Berterima kasihla pada waktu karena dengan waktu kita dapat bertemu tanpa kita rencanakan.
-nd"Gue yakin pasti lo kan Ther yang pilih tempat duduknya"
"Jelasla gue lagian apa sih yang mau diharapin dari tuh manusia es. Dia ikut aja udah bersyukur gue"
"Alah bilang aja lo mau modus biar bisa liat cogan kan?"
"Ya itu termasuk salah satunya"ucap There dengan tampang tidak berdosanya.
"Eh dua menit lagi pertandingan mulai"
"Buset dah itu kenapa yang main pada cogan semua sih. Sampe bingung gue mau pilih yang mana satu"
"Cih PD amat lu. Kalo sampe lo milih diantara mereka berarti musibah bagi orang itu"
"Iri lo sama gue"
"Ngapain juga gue iri sama lo. Buang-buang waktu gue aja"
"Bodo ah mending gue liat cogan siapa tau jodoh kan"
"Eh itu yang nomor punggung 18 siapa sih. Mukanya kayak gak asing gitu. Kayaknya gue kenal deh. Tapi siapa ya?""Itu Dyon. Masa lo lupa sama dia. Diakan pernah sekelas sama kita kelas 10. Biasanya jugak kalo cogan kan lo selalu ingat"
"Gimana gak lupa coba tu orang udah kayak Nadine kedua. Sifatnya dingin terus juga cueknya gak ketulungan. Yakin gue mah si Dyon tu Nadine versi cowok"
"Kali ini gue setuju sama lo. Gue aja yang sekelas sama dia lagi sampe bosan ngeliat sikap tuh anak gak ada perubahan sama sekali dari kelas 10"
"Sampe sekarang tu anak masih cuek. Serius lo Fi?"tanya There dengan wajah yang sedikit serius dan hampir mendekatkan wajahnya ke wajah Iffi sebagai respon terkejutnya.
"Tampang-tampang kayak Dyon mah mana bisa berubah sih"
Diantara percakapan Iffi dan There ada seseorang yang diam-diam menguping pembicaraan mereka.
"Jadi nama cowok itu Dyon"ucap seseorang tersebut dalam hati."Wah anjir itu cogan kenapa liat kesini. Malah kearah kita lagi. Gak salah lagi nih pasti kearah gue. Aduh pake senyum lagi. Manis banget anjir. Butuh oksigen gue fi"ucap There dengan nada setengah berteriak diantara teriakan penonton yang lain.
"Najis! balik lo sana. Malu gue punya temen kayak lo"
"Ih jahat"
Pertandingan sudah dimulai sejak tadi. Sejauh ini SMA 2 lebih unggul dalam mencetak skor. Perbedaan skor keduanya sangat tipis sekali. Suara teriakan dari baris penonton juga sudah memenuhi tribun lapangan basket. Pertandingan kali ini gak kalah seru dengan konser oppa-oppa korea. Suara teriakan itu juga yang membuat kepala Nadine pusing. Kali ini ia benar-benar harus pergi ia tidak betah jika harus bertahan disini sampai pertandingan selesai.
"Fi kantin buka gak?"
"Biasanya sih buka"
"Lo mau kekantin?"Nadine hanya menganggukkan kepalanya.
"Bentar lagi lah Nad lagi seru nih pertandingannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadine
Teen FictionApa jadinya ketika cowok baik-baik bersahabat dengan cowok berandalan. Gadis dingin dan dua cowok yang menyimpan banyak luka. Namun mereka punya cara tersendiri untuk menyimpan lukanya rapat-rapat. Cerita ini mengisahkan tentang persahabatan anak...