PROLOG

441 21 0
                                    

Masa sekarang

Mata hazel itu menatap lautan manusia dihadapannya. Suara teriakan menggema memenuhi lapangan terbesar di London, Inggris. Hembusan nafas beratnya terdengar dimicrofon. Laki-laki berambut hitam itu memejamkan matanya.

Suara gaduh kini terdengar melemah, para penoton yang awalnya bersemangat kini menatap sosok idola mereka yang tertunduk lesu diatas panggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara gaduh kini terdengar melemah, para penoton yang awalnya bersemangat kini menatap sosok idola mereka yang tertunduk lesu diatas panggung. Laki-laki yang sedang duduk dengan gitar dipangkuannya itu kini menundukan wajahnya dalam.

Saat suasan menjadi lebih tenang, laki-laki itu membuka matanya dan kembali melihat kearah penonton. Tidak ada senyum yang dinampakan diwajahnya, baik dulu maupun sekarang.

"Ehmm..." akhirnya untuk pertama kalinya setelah beberapa belas menit berlalu, laki-laki itu memperdengarkan suaranya.

"Aku pernah mencintai.." ungkapnya mengundang suara bisik-bisik dari segala penjuru dan dalam sekejap suasana mulai riuh

Laki-laki itu kembali menundukan kepalanya dan tersenyum tipis, ia menengok kearah belakang panggung. Sosok sahabat yang sejak dulu mendampinginya, menganggukan kepala mantap, seolah mendukung semua keputusannya.

"Tch..." ia kembali menatap penonton, kali ini dengan tatapan yang tajam.

Layar dibelakangnya menampakan wajah dinginnya dan tatapan tajam. Semua yang melihatnya segera terdiam, sejak dulu kharisma yang dimilikinya membuatnya terlihat menarik daripada yang lain.

"Ketidakberadaannya, membuatku gila" lanjutnya. Ia kembali menundukan kepalanya dan tersenyum.

"Dan keberadaanmu, membuatku hidup"

Mata hazel itu memalingkan wajahnya kesisi kiri panggung, entah apa yang dicarinya disana.

"Cinta pandangan pertama? Dia percaya.
Cinta itu indah? Dia percaya.
Cinta itu soal memberi? Dia percaya
Dan...." tampak berat baginya untuk melanjutkan kata-katanya.

"Cinta itu...soal mengorbankan" laki-laki itu kembali terdiam "dia berhasil mengajarkannya padaku"

"Ada kata-kata yang belum sempat kuucapkan padamu.." laki-laki itu mulai memetik gitar accoustiknya. Serentetan nada indah terlahir dari petikan jari-jemarinya yang panjang.

"It's not about love, is it you"

Lantunan suara merdunya kini menggema diseluruh ruangan.

MY SONG IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang