Beberapa bulan sebelumnya
London, InggrisLaki-laki dengan sweeter rajutan berwarna bau-abu dan ripped jeans hitam sedang tertidur disebuah kursi dengan kaki yang dinaikkan diatas meja dihadapannya. Sudah sejak 2 jam yang lalu, laki-laki muda itu tertidur, masih dengan earphone yang menghiasi telinganya.
Ceklek...
Dari balik pintu, seorang pria dengan pakaian yang casual hanya menatap laki-laki muda itu sambil menghela nafas. Walaupun ia memakai earphone tapi tetap saja suara musik yang didengarnya menjangkau pendengaran pria berusia 40an yang baru saja masuk itu.
"Luke" panggilnya sambil menepuk bahu laki-laki muda bernama, luke itu.
Luke menatap pria yang mengganggu kesenangannya. Laki-laki itu kini duduk dimeja tempat ia menyandarkan kakinya. Tidak ada kata-kata yang terucap dari bibirnya, hanya pandangan mata yang seolah berkata -ada apa?-
"Apakah kamu tidak ingin rekaman?" Tanya pria itu
Luke memasang muka datarnya seperti biasa dan memalingkan pandangannya kearah yang berlawanan. Bisa dikatakan ini sudah yang ke 57 kalinya dibulan ini, prodecer musiknya menanyakan hal itu padanya, dan mungkin ia juga akan memberikan jawaban yang sama selama 57 kali ini.
Merasa pengap dan malas, ia berdiri dan meninggalkan pria itu yang hanya bisa menatap kepergiannya dengan gelengan kepala.Luke bukanlah orang yang suka mengulang-ulang kata-katanya lebih dari 2 kali. Baginya mengambil keputusan hanya sekali, dan itu tidak akan berubah. Baginya laki-laki itu harus setia pada kata-katanya. Baginya laki-laki itu bertanggung jawab dengan sikapnya. Dan, baginya laki-laki itu harus mempunyai pendirian dan prinsip, laki-laki itu harus tegas.
Luke berjalan keluar ruangan producernya. Terlihat hampir semua karyawan wanita dari segala usia menatapnya. Bagaiman tidak, memiliki wajah setampan dewa yunani wanita mana yang bisa menolak?
Luke turun dilantai dasar, perusahaan ini. Ia mengambil kunci mobil di saku celananya. Mobil sport berwarna hitam membunyikan suara merdu saat sang empunya menekan tombol yang ada dikunci mobilnya. Dengan langkah panjang ia memasuki mobil kesayangannya.
***
Luke memacu mobilnya dengan kecepatan biasa. Kacamata hitam dengan model terbaru menghiasi hidung mancungnya. Ia menikmati waktu kesendiriannya, hingga waktu yang ditentukan baginya tiba.
Luke memasuki halaman sebuah apartement mewah. Ia turun didepan lobby dan menyerahkan kunci mobilnya pada salah satu penjaga apartement untuk memarkirkan mobilnya.
Luke menaruh ibu jarinya saat memasuki lift, untuk membuka kunci acceses keapartement pribadinya yang berada dilantai 17.
Tiiing
Pintu lift terbuka dan langsung menampakan ruangan tamu bernuansa dark. Pemilihan warna ruangan yang gelap, grey ditambah dengan perabotan berwarna hitam seakan menandaskan aksen ketenangan didalamnya. Dengan leluasa luke berjalan langsung menuju dapur, tampaknya tidak ada siapapun yang tinggal diapartement mewah ini selain dirinya.
Luke membuka lemari es-nya dan mengambil sebotol air mineral. Ya, tidak ada pemilihan minuman lain disana mengingat hanya ada 1 produk yang sama yaitu air mineral. Luke membuka botolnya dan berjalan menuju balkon."Lupakanlah dia luke, dan majulah" nasihat sahabatnya semalam masih terdengar ditelinganya. Luke kembali meneguk minuman dinginnya, entah kenapa nasihat sahabatnya kali ini benar-benar membuatnya marah. Luke meramas botol air mineral yang sudah kosong itu dan membuangnya sembarang, sebagai pelampiasan emosinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY SONG IS YOU
Ficção AdolescenteSEQUEL CERITA -BESIDE YOU- NOW I KNOW I NEVER BE YOUR- Jika MEMPERTAHANKANMU adalah hidupku, maka aku akan melakukannya. Karena bagaimana aku tidak bisa hidup tanpa music, maka musicku tak akan berwarna TANPAmu Luke Cross Claire sama sekali tidak ta...