SEQUEL CERITA -BESIDE YOU- NOW I KNOW I NEVER BE YOUR-
Jika MEMPERTAHANKANMU adalah hidupku, maka aku akan melakukannya.
Karena bagaimana aku tidak bisa hidup tanpa music, maka musicku tak akan berwarna TANPAmu
Luke Cross
Claire sama sekali tidak ta...
Luke berdiri dengan wajah dinginnya. Amarah terpancar dari kedua iris matanya. Suara diujung telepon terdengan semakin menciut saat sama sekali tidak mendengar balasan dari luke.
"M... My Lord"
Luke masih terdiam sebelum kembali berucap "pastikan dia baik-baik saja"
"Baik"
"Aku akan ke sana"
Luke menutup teleponnya. Dan segera berlalu dari tempatnya.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Claire baru tersadar. Dirinya tengah terlentang diatas ranjang. Kedua tangannya diikat di kepala ranjang sementar kedua kakinya juga mengalami hal yang sama. Claire baru menyadari ia berada di sebuah ruangan yang sangat kumuh dengan bau hutan yang khas. Hanya sebuah lampu yang berada dipojok ruangan yang menjadi penerangan.
Jantungnya berdetak tidak karuan. Rasa takut menyelimuti dirinya. Wajah dan tangannya berkeringat sekarang.
KREK
Terdengar pergesekan dari pintu dan lantai kayu yang sudah tua. Dua orang pria kini berjalan memasuki ruangan tempat dimana claire disekap.
"Wah..wah... sesuai perhitungan, dia sudah sadar" ucap pria yang sepertinya berusia 40an
"Dia sangat cantik bukan?" Tanya seorang pria yang lebih muda
"Ya"
Suara claire tercekat dilehernya saat mendengar percakapan kedua pria itu. Ia bisa melihat pancaran nafsu di mata keduanya, dan itu semakin membuatnya gemetar.
"Lihat! Dia gemetar"
Pria yang lebih muda itu menatap seluruh badan claire dan mendekat kerahanya. Claire terlonjak saat tangan pria itu menyentuh dan mengelus betisnya.
"Kulitnyapun sangat mulus" komentar laki-laki itu "aku suka melohatmu memakai seragam sekolahmu ini, darling"
Claire gemetaran, air mata jatuh membasahi pipinya. Ingin baginya berteriak dan mengumpat namun sebuah kain yang diikat dan menutupi mulutnya menghalangi suaranya. Ingin baginya memberontak namun tangan dan kakinya terikat. Ingin baginya melawan namun rasa takut menguasai dirinya.
Sungguh ia sangat membenci dirinya sekarang, dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa. Dirinya yang hanya bisa menangis dihadapan orang-orang yang ingin melecehkannya. Ia membenci air matanya yang sekarang.
"Dia gemetaran, matt" ulang pria yang lebih tua itu
"Sangat tidak adil bagimu, jika kamu pingsan saat kami tengah menikmatimu. Akan lebih baik jika kita semua dalam keadaan sadar bukan?"
Claire menggelengkan kepalanya kuat. Jantungnya berpacu semakin kencang. Kini ia memberontak. Dengan keras ia mencoba memutuskan tali yang mengikat kedua tangannya dikepala ranjang. Sementara kakinya juga terikat di ranjang.