Bab 2 (BUJUKAN)

177 12 0
                                        

Tiiiinggg

Suara bunyi pintu lift terbuka. Claire melangkah memasuki lift, saat pintu lift akan tertutup sebuah tangan tiba-tiba menghentikannya. Claire sedikit kaget dengan interupsi itu tapi ia segera bersikap biasa saja saat seorang pemuda dengan sweeter berwarna hitam lengkap dengan hoodinya lalu dengan masker berwarna abu-abunya dan seperti biasa ripped jeans hitam yang sedang populer sekarang.

Claire menjaga jaraknya saat melihat penampilan aneh pemuda jangkung disampingnya. Suasana nampak hening hanya suara dentingan lift yang terdengar setiap turun 1 lantai. Herannya tidak ada seorangpun yang bergabung dengan mereka. Diam-diam claire mencuri pandang kearah pemuda disampingnya. Iris mata berwarna abu-abu itu sungguh sangat familiar bagi claire tapi ia sendiri lupa dimana pernah melihatnya.

Pemuda disamping claire mengambil sesuatu disaku celananya. Ternyata ia mengambil iphonenya dan mengetik sesuatu disana.

Claire kembali menatap bulu mata yang panjang dan lentik itu dengan perasaan iri. Alis pemuda ini sangat tebal. Belum lagi hidung mancungnya yang masih tetap terlihat walau ditutupi masker dan rahang tirusnya.

Tampan puji claire dalam hati namun ia enggan memalingkan matanya.

Pemuda itu tahu bahwa dia sedang diamati oleh gadis disampingnya, namun ia tetap bersikap cuek dan sangat...sangat biasa.

"Kamu.." Suara kecil itu keluar dari bibir claire

.....

Sama sekali tidak ada jawaban dari pemuda disampingnya, jangankan itu respon saja tidak ada.

Claire membuang nafas jengkel sambil mengerucutkan bibirnya. Padahal ia bermaksud baik ingin berteman. Jujur berdua di lift dengan pemuda tampan tanpa pembicaraan, bukankah itu sesuatu yang eumm.. awkward.

Seolah tidak menyerah, claire dengan lebih percaya diri membalikan badannya dan menunjukan senyum ramahnya.
"Bukan dengan maksud menggoda, tapi sepertinya aku tidak asing dengan dirimu, kayak pernah lihat tapi aku sendiri lupa dimana" ucap claire sekali lagi dengan maksud mencairkan suasana tapi,

......

Masih sama tidak ada jawaban bahkan reaksi apapun dari pemuda itu

Tiiinggg~~

Pintu lift terbuka dan pemuda itu segera meninggalkan claire yang masih berdiri tidak percaya. Dilihatnya angka yang tertera diatas pintu lift. Ternyata, mereka setujuan. Ground flour. Claire masih tersenyum kikuk saat beberapa orang yang berdiri didepan pintu lift menatapnya heran.

"A...oh... sorry" ungkapnya seakan baru mengerti "silahkan" lanjutnya dan segera keluar. Ternyata sedari tadi mereka menunggu dirinya keluar dulu sebelum mereka masuk.

C laire menggelengkan kepalanya, ia masih memikirkan kejadian pengabaian tadi dengan perasaan malu.

Manusia patung!! Batinnya.

***

Claire duduk manis sambil menyesapi frappuchino favoritenya. Masih dengan mata yang terpejam, ia menikmati rasa kesukaannya. Suasana cafe sore ini agak sepi dari biasanya dan claire menikmatinya.

Ia sedang berada di starbuck yang tidak jauh dari perusahaan musik kakak sahabatnya. Tadi saat hendak berpamitan, nathan menahan sahabatnya disana. Maka jadilah ia sendiri disini. Masih dengan mata yang menatap lurus kearah taman yang berada diseberang jalan, sebuah pemikiran mengunjungi kepala kecilnya.

Dengan cepat claire mengambil kertas kontrak yang baru saja diberikan oleh nathan padanya. Ia belum memutuskan untuk menandatangani kertas itu tapi ia juga belum memikirkannya namun ia tertarik untuk membacanya. Dengan saksama claire .membaca isi kontrak itu, mungkin sewaktu-waktu ia bisa berubah pikiran.

Music

Sungguh bagi claire, penawaran ini sama sekali tidak pernah dipikirkan olehnya. Jangankan dipikirkan, terbesitpun tidak.
Dan sekarang ia heran, apa yang sebenarnya nathan lihat dimusicnya. Karena baginya lagu-lagu buatannya itu hanyalah music sederhana dan bukanlah masterpiece hingga nathan eumm.. maksudnya Mr. Nathan harus mengikatnya dengan kontrak.
Ia sama sekali tidak bisa menebak jalan pemikiran pria itu.

***

"Oh..  kau tahu claire, apa yang dilakukan si monster itu padaku kemarin?" Keluh blaire

Claire hanya menggelengkan kepalanya dan fokus dengan layar notebook-nya. Untuk hari ini, ini sudah ke-9 kalinya blaire mengulang-ulang kejadian kemarin. Dimana kakaknya menjadikannya budak setengah hari bahkan hingga pagi tadi, mungkin jika ia tidak masuk hari ini, blaire sudah bisa membayangkan akan berakhir dimana dirinya.

"Claire, kau mendengarku?" Tanya blaire kesal merasa diacuhkan

"Ya tentu" jawab claire cepat tanpa memalingkan pandangannya dari sektch yang baru saja dibuatnya di norebook-nya
"Kamu sudah menceritakan kisah itu sebanyak 9 kali hanya dalam jangka waktu 5 jam, blaire"

Blaire membuang nafas kesal

"Dan sekarang, it's my turn" claire menutup notebook-nya dan menatap wajah sahabatnya tajam membuat blaire sedikit bergidik

"A...apa?" Tanya blaire berusaha tenang

"Jujur padaku!.... Apakah kamu menceritakan soal music-ku pada kakakmu, Bi?"

Glek

"Ti...tidak"

"Jangan bohong, Bi"

Blaire mncoba menenangkan dirinya lalu tersenyum polos "He...he...he, iya"

Sudah kuduga!

"Tap...tapi claire, soal kertas musikmu, kakak memang mendapatnya sendiri dan katanya dia tertarik"

Claire kembali menatap sahabatnya "Dia? Siapa?"

Blaire mengangkat pundaknya "aku juga tidak tahu, hanya kakakku yang mengatakan bahwa dia tertarik dan aku sama sekali tidak ambil pusing"

"Tu,,tunggu"

"Tapi, setelah melihat kertas itu kakak memang menanyakan soalmu dan musik padaku, lalu aku ceritakan bahwa kamu memang menyukai musik bahkan tidak bisa hidup tanpanya. Aku juga cerita bahwa diwaktu senggangmu, kamu selalu membuat lagu-lagu sederhana namun menarik. Aku juga cerita kalau kamu menguasai alat musik gitar dan biola"

See!! Sahabatnya memang pabrik bocor batin claire kesal

"Bi... kamu tahu tidak, jika ayahku tahu tentang ini ia akan..."

"Iya..iya, aku tahu. Maka dari itu kamu harus usahakan agar ayahmu tidak tahu tentang ini"

Claire menatap sahabatnya khawatir

"Tenanglah claire, kamu hanya membuat musik dan tanpa seijinmu mereka tidak akan mencantumkan namamu dimedia. Mereka hanya menginginkan bakatmu dan kamu tidak akan tampil di media. Aku berani jamin tidak seorangpun yang mengetahuinya"

"Aku tidak percaya"

"Percayalah"

Claire membuang nafas berat lalu menganggukan kepalanya setuju. Segera blaire berseru senang dan memeluk sahabatnya.

Tanpa claire ketahui, melalui sahabatnya ia telah digiring kesuatu peristiwa besar yang tidak pernah diduga siapapunsebelumnya. Bahkan dirinya.
.
.
.
.
.

Okeh... blum kerasa mengigit yah...
Ditunggu bab selanjutnya...
Aku usahin UP malam ini kok...
🤣🤣🤣🤣

MY SONG IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang