Delapan Belas

510 88 20
                                    

Mobil silver itu melaju pelan, kemudian berhenti di depan gedung bertingkat. Satu orang dengan boomber juga masker yang menutupi wajahnya keluar dengan terburu.
Sedikit berlari sebelum memasuki gedung tadi

Ia mengetuk pintu sesaat, kemudian masuk setelah terdengar suara dari dalam. Di sana seseorang duduk membelakangi, rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai

Suasana hening sesaat, pria bermasker tadi belum berani mengeluarkan suara sekecil apapun, ia masih berdiri dengan jarak sedikit jauh dari tempat si gadis duduk

"Kau gagal?" Pertanyaan singkat itu mampu membuat Taehyung -pria bermasker bungkam, ia tahu gadis dihadapanya tengah marah. Meski nada bicaranya terdengar biasa

"Maaf, ada orang yang menyelamatkanya tadi." Taehyung berucap hati-hati. Ia tahu bagaimana Rose, putri dari salah satu pejabat berpengaruh Korea Selatan. Sangat mudah baginya untuk melakukan sesuatu yang berbahaya bagi Taehyung

Gadis itu berbalik secara perlahan, wajah cantiknya menunjukan ekspresi datar dengan tatapan tajam. Ia mengamati wajah Taehyung lamat-lamat

"Aku tahu," ujarnya pelan, ia melangkah pelan ke satu laci. Membukanya pelan lalu terdiam

Ia meraih satu botol kecil lalu memandangnya lama. Setelahnya ia kembali menghampiri Taehyung yang masih diam di tempat

"Sudah kuduga, kita harus gunakan cara yang lebih lembut."

"Cara yang lebih lembut?"  Taehyung mengcopy ucapan Rose, ia masih belum mengerti kemana arah pembicaraan gadis itu

Rose masih terdiam, seperdetik kemudian satu seringai muncul diwajah cantiknya

°•°•°•°•°

Eunji daritadi menunduk, ia masih tak berani menatap ke arah depan. Meski daritadi Jiyeon sudah berusaha membujuknya untuk mendongak, takut-takut gadis itu menabrak saat berjalan

Genggaman tangan Eunji pada lengan Jiyeon juga kian mengerat, ia menutupi sebagian wajahnya dengan rambutnya yang digerai bebas.

"Eunji-a lihatlah ke depan, kau bisa menabrak nanti." Bisik Jiyeon, namun lagi-lagi Eunji menggeleng sebagai jawaban

"Ck, percuma aku saja me-make overmu pagi-pagi buta jika pada akhirnya kau menyembunyikan hasil karyaku." Jiyeon berujar dengan nada merajuk dan hal itu mampu membuat Eunji mendongak dalam sekejap

"Aniya, bukan seperti itu..." Eunji terdiam, Jiyeon terkikik. Ia barus sadar jika nada bicaranya sedikit keras,  membuat beberapa siswa yang ada di lorong menoleh ke arahnya

Beberapa siswa ada yang terdiam dengan bibir terbuka, sebagian lagi ada yang terkagum-kagum dan sisanya berbisik setengah menyindir

Kembali Eunji menunduk, namun kali ini Jiyeon mengangkat dagunya. Memintanya untuk tegap dan menatap lurus ke arah depan

"Woaaaaahhhh kalian sudah sa..." ucapan Cchanyeo terhenti saat ia menoleh ke arah Eunji, mulutnya terbuka lebar, matanya membulat sempurna

"Kau siapa?" Ia berjalan mendekat setelahnya mencengkeram bahu Eunji cukup kencang, hingga membuat gadis itu meringis

"Dia Eunji, bodoh!" Jiyeon yang menyahut, sedetik setelahnya Chanyeol berujar heboh. Ia memekik tak percaya, lalu memutar tubuh Eunji beberapa kali. Meneliti dariatas sampai bawah

"Kau... Eunji?" Dengan pelan Eunji mengangguk, dalam hati Jiyeon merutuk harusnya ia tak memberi tahu Chanyeol saja.

Reaksi Chanyeol benar-benar berlebihan, ia saat ini memeluk Eunji erat-erat setelah sebelumnya berteriak heboh kegirangan

"Ya! Hentikan, kau membuat malu saja." Dengan kasar Jiyeon mendorong bahu Chanyeol yang masih belum melepas pelukanya

Chanyeol berdecak, selanjutnya ia menggengam tangan Eunji erat lalu dibalikanya tubuh gadis itu menghadap segerombolan murid yang terdiam di depan barisan loker

"Ya, kalian semua dengar! Mulai saat ini jangan ada yang berani menganggu Eunji. Atau kalian akan berurusan denganku." Chanyeol berujar lantang, yang disambut pukulan cukup keras dari Jiyeon

Sementara Eunji, ia tertegun. Diam tak berkutik dengan mata tak mengedip sejak tadi. Bukan... ia bukan terkejut akibat ujaran Chanyeol, ia bahkan tak terlalu mendengar apa yang pemuda itu ucapkan

Matanya menatap lurus ke arah lapangan, di sana seorang pemuda duduk diam memperhatikan. Kepalanya masih terbalut perban yang hampir melilit seluruh kepalanya.

Tatapanya yang tajam seakan memaku mata Eunji untuk tak berpaling, dalam hati ia terus merapal doa agar bisa menghilang detik itu juga

Sekali lagi Jiyeon mengeplak kepala Chanyeol. Ia menoleh ke arah Eunji, sebeb daritadi gadis itu hanya diam mematung.

Jiyeon ikut mengalihkan pandanganya seperti Eunji, namun ia tak menemukan apapun di sana selain sekelompok anak laki-laki yang tengah bermain basket

"Eunji-a wae?" Jiyeon menepuk bahu Eunji pelan, gadis itu tersentak.

"Aniya, eopseo."

"Ya, Jung Eunji. Kajja kita masuk," tanpa aba-aba Chanyeol segera menarik Eunji, meninggalkan Jiyeon yang menggeram kesal.

°•°•°•°•°•°•

Suasana halaman belakang sekolah terasa sepi dan mencekam, bagaimana tidak. Banyak rumor yang beredar jika halaman belakang sekolah merupakan tempat favorit siswa/i terbully mengakhiri hidup, setidaknya begitu yang Chanyeol tahu

Namun sampai saat ini ia masih belum pernah bertemu dengan arwah salah satu dari mereka.

Chanyeol kembali melangkah pelan, dua tanganya ia selipkan di saku. Matanya mengedar, mencari sosok yang jadi alasanya repot-repot datang kemari dan membolos pelajaran Han seossangnim

Langkah chanyeol terhenti saat ia menemukan seseorang tengah memunggunginya, ia mengukir smork sebelum berjalan menghampiri dan berdiri di samping orang itu

"Menunggu lama... teman lama?" Chanyeol berujar pelan, nadanya terkesan dingin juga tajam. Ia tampak berbeda dengan Cchanyeo yang biasanya

Pria itu menoleh, mengurai senyum tipis yang terkesan meremehkan

"Apa kita masih bisa disebut teman?" Orang itu menjawab pelan, pandanganya tetap lurus ke arah depan

"Aku tidak tahu, yang jelas aku masih menganggap begitu. Kau temanku dan selamanya akan begitu Oh Sehun."

TBC

Haiii 🙋

Up lagi!!!!

See you! Annyeong 😄

Who I'mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang