s e m b i l a n

4.1K 269 16
                                    

Jila kau terlalu sibuk melihat masa lalumu
Atau bahkan cemas terhadap kehidupan masa mendatang
Kau tidak akan melihat-Nya
Dan jika kau melupakan-Nya
Hidup ini tak layak kau jalani

[Syair Maulana Jalaluddin Rumi]

°°°

Sudah satu bulan Asma' hanya diam diri di dalam kamarnya, bahkan ummi dan abah tak melakukan banyak hal. Asma' berduka sekarang.

"Asma'," ummi membelai lembut kerudung Asma', "ada Mbak Sarah di sini,"

"Asma'," tak asa reaksi atas panggilan Sarah hingga wanita itu berdiri tepat di depan Asma', "sampai kapan kamu meratapi lelaki yang tidak seharusnya kamu ratapi seperti ini?"

"Sarah," ada nada penekanan pada panggilan ummi.

"Ada lelaki yang harus kamu beri kehormatan, kamu beri perhatian. Kamu tahu, ini salah." kata-kata Sarah memancing Asma' menatap dirinya. "Ya, Allah akan murka pada istri durhaka sepertimu. Allah membenci wanita yang sudah bersuami tapi memikirkan lelaki lain."

"Sarah,"

"Ya, kamu itu istrinya Mas Erwin. Dia yang menikahimu, dia yang menikah denganmu waktu itu," ucapan Sarah membuat Asma' terbelalak, terkejut tentu saja. Ditatapnya ummi yang terlihat serba salah.

"Kami akan jelaskan." ucap ummi.

"Tidak, ummi. Asma' harus menerima ini. Kamu istri Mas Erwin dan kamu harus berbakti padanya," Asma' mencengkram erat tasbih yang ada digenggamannya.

"Sarah. Sudah cukup!" bentakan Erwin membuat Sarah terkejut.

"Mbak," panggil Asma' serak. "Sedari awal, aku sudah katakan, aku tidak mau menikah dengan Mas Erwin. Istri? Istri apa? Aku tidak merasa menikah dengan suamimu," ujar Asma' tersinggung.

"Kamu sudah sah secara agama, tinggal legalitas di pemerintahan," telak Sarah.

"Itu urusan kalian. Aku tidak pernah merasa menjadi istri suamimu." ucap Asma' yang mulai kesal dengan pemaksaan Sarah.

"Kamu itu istrinya Mas Erwin sekarang,"

"Mbak Sarah, apa mbak tahu apa itu poligami? Apa mbak kira poligami itu mudah?" isak Asma'.

"Aku ingin memberikan yang terbaik untuk Mas Erwin," Asma' memejamkan matanya sejenak.

"Dan aku bukan barang yang bisa mbak berikan pada orang, begitu juga suami Mbak." tukas Asma' tak suka. "Ini sudah bukti'in ke suami Mbak gimana Mbak ke dia,"

"ASMA'!" bentak Sarah, tersinggung.

"Ini bukan tentang suami Mbak yang mengucapkan ijab qabul di depan abah dan aku sah menjadi istrinya, bukan Mbak. Tapi, ini tentang gimana suami Mbak akan berlaku adil pada istri-istrinya dan gimana Mbak harus rela berbagi suami dengan istri lainnya."

"Asma', aku enggak akan biarin Mas Erwin nyentuh kamu. Aku cuman ingin dia nikahin kamu." desis Sarah yang mulai memerah matanya.

"Itulah Mbak Sarah, terkadang Mbak egois dan tidak mau mendapat nasehat orang lain. Ini pernikahan Mbak, bukan permainan." Asma' berlalu meninggalkan Sarah di kamarnya bersama ummi.

Tasbih Cinta [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang