t u j u h

4.2K 244 4
                                    

Kujadikan Kau teman berbincang dalam kalbu
Tubuhku pun biar berbincang dengan temanku
Dengan temanku tubuhku berbincang selalu
Dalam kalbu terpancang selalu Kekasih cintaku

(Syair Ummul Khair Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyyah Al-Qisiyyah)

°°°

"Ya allah, anaknya ummi cantik sekali." dikecupnya kening Asma', "biar ummi yang pakaikan niqab kamu, nak." Asma' mengangguk dan membiarkan ummi Ulfa memakaikanya niqab putih, "sebentar lagi kamu akan menjadi makmum," ujar Ummi Ulfa.

Asma' mengenggam tangan ummi Ulfa, mendengarkan penuturannya, "seperti dalam sholat, jika imam melakukan kesalahan, tegurlah dengan halus. Jika terasa salah dari jalan Allah, ingatkan dengan hati lembut seorang istri," Asma' mengangguk.

"Jangan menangis, Asma' anakku," ucap ummi Ulfa yang dirinyalah menangis. "Tangan ini," ummi mengenggam tangan Asma', "bukan kami berdua yang mengenggamnya, tapi imam mu juga,"

Asma' tak kuasa, dipeluknya ummi erat, menumpahkan harunya pada orangtua angkat yang mencintainya dengan tulus. "Terimakasih buat ummi dan abah yang sudah mencintai Asma' begitu besar, maaf jika Asma' belum bisa menjadi putri sholihah buat kalian,"

"Tidak, Asma'," sambar ummi yang mengusap punggung Asma'. "Kamu sudah memberikan kami lebih dari cukup," dikecup kedua pipi Ummi dan menarik tangan kanan ummi untuk Asma' kecup sebagai penghormatannya.

Sebentar lagi, imam dunia akhiratnya menjemput dirinya, mengucapkan janji suci kepada Allah dan abah untuk menjaganya, menjadikan dirinya sebagai makmumnya.

"Kata abah, Irfan sudah di jalan," ucap ummi yang menemani Asma' duduk di sofa ruang tunggu, mendengarkan Irfan yang akan mengucapkan ijab qobul dan saat abah menggatakan sah, dia akan mendengarkan Irfan membacakan surah Maryam dan mengajaknya salat pertama sebagai seorang kekasih halal.

Ya allah, hatiku memburu
Imamku kian dekat menjemputku
Hati mendamba dia melantunkan surah Maryam
Mendamba mengikutinya berbicara padaMu sebagai makmumnya, mengucap segala syukur yang telah Kau karuniakan

"Ummi," Asma' melihat abah yang terlihat tak biasa, raut wajahnya menggambarkan ada sesuatu telah terjadi.

"Ada apa, abah?" ummi Ulfa menghampiri Abah dengan raut sama bingung dan penasarannya seperti Asma'.

Tak menjawab pertanyaan ummi, abah melangkah ke arah Asma', mendudukan pantatnya di samping Asma', "anakku, kamu harus tabah,"

"Kenapa, bah? Mas Irfan kenapa?" Asma' merasa sudut hatinya merasa berdenyut sakit, dia merasa ada sesuatu telah terjadi.

"Irfan, calon imam mu, nak," tangis abah, meski ummi mencercah abah banyak pertanyaan, abah hanya menangis memandangku.

"Katakan saja, bah, ada apa dengan Mas Irfan?" Asma' memohon.

"Kuatkan hatimu, Allah mencintai kalian lebih dari apapun,"

"Bah," desak Asma'.

"Allah lebih mencintai Irfan, nak."

"Maksud abah apa? Asma' enggak ngerti," luluh sudah air mata Asma', denyutan nyeri itu semakin menjalar sakit.

"Mobil yang ditumpangi keluarga Irfan dan Irfan mengalami kecelakaan, nak," ujar Abah terisak.

"Allahu akbar!" teriak ummi.

Hatiku mendera nyeri, perih, terluka sakit.
Mas Irfan, calon imamku dipanggil sang Illahi
Cintaku tak begitu besar untuknya
Cintaku kalah denganNya
Cintaku... Mas Irfan

Tasbih Cinta [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang