d u a p u l u h

6K 258 1
                                    

Tempat abadi hanyalah di sisi-Nya
Menemani-Nya dengan damai
Karena Dia adalah Maha Pelindung

°°°°

Kedua tangan Asma' masih saja bergemetar hebat meski Erwin sudah mengenggamnya dengan erat. Kejadian beberapa jam yang lalu masih terasa segar diingatannya. Sarah yang tak sadarkan diri dengan mulut dan hidungnya menggeluarkan darah. Ketidakbecusannya mengakibatkan Sarah seperti saat ini.

"Ini bukan salahmu," ucap Erwin menenangkan, ditariknya tubuh Asma' ke dalam dekapannya. "Jangan takut. Allah pasti menguatkannya."

"Ini salahku,"

"Tidak, Asma'," Erwin terus menenangkan Asma', mengusap lembut punggung Asma' dan membisikkan kata jika semua yang terjadi bukan salahnya.

°°°

Asma' duduk diam di kursi plastik, menemani Sarah yang masih belum sudi membuka matanya. Masker oksigen masih bertengger di wajahnya, membantu wanita muda itu untuk bernapas lebih baik.

"Aku cari makan dulu, ya." pamit Erwin yang mengusap lembut kepalanya.

Mengangguk lemah, "ya,"

"Jaga Sarah sebentar," kembali Asma' mengangguk lemah.

Diam. Asma' meraih tangan Sarah, mengusap lembut punggung tangan kurus milik Sarah. "Maafin aku, Mbak." isakannya lolos begitu saja. Dia tak bisa membendungnya lagi. "Maaf,"

"Asma'," satu panggilan lirih sarat akan ancaman dan kemarahan. Ya, Lita berdiri di ambang pintu, menutup pintu ruang inap Sarah dan berjalan menghampiri ke arah mereka berdua berada.

PLAK

"Kamu mau bunuh anak aku?" jerit Lita setelah menampar pipi Asma' hingga dia duduk tersungkur di lantai. "Kamu ingin jadi Nyonya besar satu-satunya, hah?"

"Tante,"

"Langkahi mayatku dulu. Jangan mimpikan itu. Sekalipun hanya sebuah pemikiran, aku akan menjadi bencana untukmu. Ingat itu," jari telunjuk Lita terarah pada Asma', matanya yang memerah menandakan amarahnya yang membuncah. "Kamu pikir aku akan diam saja untuk ini? Sudah cukup masa kecilmu yang menghancurkan kebahagiaan keluargaku, tidak dengan sekarang. Tak akan kubiarkan satu incipun tanganmu menyentuh Sarah." ujarnya kembali. "Jangan harap!"

"Tante salah paham."

"Salah paham kamu bilang?" teriak Lita nyalang jari telunjuknya terarah pada brankar Sarah, "Anakku kritis karena kamu. Kamu gagal menyingkirkan anakku," desisnya yang membuat Asma' terisak pilu. "Tidak akan kubiarkan," gumam Lita berang, kembali dia mendorong tubuh Asma'.

"Ma," Erwin menjauhkan Lita dari Asma', "apa-apaan, Ma?"

"Kamu itu apa-apaan?" balik Lita bertanya, jarinya mengacung tepat di depan hidung Erwin. "Kamu belain dia terus, lihat Sarah. Dia hampir meninggal karena dia."

Erwin menghela napas lelah dengan kelakuan ibu mertuanya itu, "Ma, Mama terlalu berlebihan,"

"Apa?" pekik Lita tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Mama terlalu berlebihan," ulang Erwin dengan lembut.

"Kamu itu yang berlebihan keterlaluannya," teriak Lita berang. "Dia salah, tapi kamu masih saja membelanya. Apa yang sudah dia berikan ke kamu? Harga dirinya?"

Tasbih Cinta [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang