s e p u l u h

4.1K 253 5
                                    

Malapetaka paling besar adalah bila engkau mencintai seseorang yang sedang mencintai orang lain. Atau jika engkau mengharapkan kebaikan seseorang, akan tetapi justru orang itu berharap agar kita celaka atau binasa.

[Syair Imam Syafi'i]

°°°

"Maafin ummi, nak. Kami terpaksa. Kondisinya, nak," isakan ummi tak meluluhkan tindak diam Asma' pada kedua orangtua angkatnya. "Kami tahu, ini salah. Menikahkanmu tanpa menanyakan persetujuan ketersediaanmu menikahi dia. Maafin, ummi."

"Asma' tidak mau ke rumah itu, ummi."

"Tapi kamu sudah sah menjadi istri dari suaminya Sarah," ujar Ummi Ulfa, menarik tangan Asma' untuk ia genggam. "Jangan menjadi istri durhaka, nak. Belajarlah untuk ikhlas menjadi yang kedua, ummi tahu ini sulit."

Ditatapnya ummi dengan linangan air mata, "Asma' tidak mau ummi. Mungkin Mbak Sarah menggatakkan ikhlas tapi, belum tentu hatinya sepenuhnya ikhlas. Mas Erwin juga belum tentu akan berperilaku adil untukku, mengingat dia tak tahu menahu tentang aku ataupun aku pada dia. Dan satu hal lagi yang sudah ummi tahu, dia tak menyukai pernikahan ini, dia hanya mencintai Mbak Sarah." isakan Asma' lolos kembali, "aku tidak mau seperti ini."

Ummi menarik Asma' dalam dekapannya, "maafin kita, Asma'."

Asma' hanya bisa menangis, mengenggam erat tasbih pemberian Irfan. 'Mas, kenapa pergi seperti ini? Aku terluka,'

"Semuanya biar Allah yang mengurus, kamu lakuin baktimu sebagai istri, nak." Ummi menghapus pipi Asma' yang basah karena air matanya sendiri. "Kami antar,"

"Tidak ummi,"

"Asma'," iba ummi dengan penolakan Asma'. "Jadilah istri sholeha meski rasanya berat untuk ikhlas dengan keadaan ini."

"Biar Asma' di sini saja," pinta Asma' memohon. "Biar Asma' di sini sama kalian,"

"Tidak, nak."

"Kamu harus mengikuti suamimu. Surgamu ada padanya," ummi mengusap lembut pipi Asma' dan mencium pipi putrinya dengan kelembutan hatinya. "Maafin kami, Asma'."

"Tidak, ummi," Asma' kembali terisak, dipeluknya ummi lebih erat lagi.

"Maafin kami, Asma'," gumamnya terus dengan penyesalan tak ada henti-hentinya.

°°°°

"Hah," hela Lita dengan kedua tangannya bersedekap angkuh di depan dadanya, "si miskin berhasil menjadi Nyonya besar,"

Asma' hanya diam, menatap pintu rumah keluarga Zulkar, pintu yang dipakai orangtuanya keluar dari rumah ini untuk kembali ke rumah mereka sendiri.

"Ya, kamu berhasil." ejek Lita tajam.

Asma' hanya diam memejamkan matanya, mendengarkan tanpa membalas itu lebih baik. Dia tak ingin melakukan hal sia-sia, percuma menjelaskannya pada Lita. Wanita itu memiliki peringai keras kepala sejak dulu.

"Ma, jangan ngomong gitu. Ini suaminya Mas Erwin, Ma." ucap Sarah membela, memeluk pundak Asma'.

"Istri kedua. Dengar ya kamu, sampai kapanpun, kamu enggak akan menjadi istri yang dicintai. Keberadaanmu di sini tidak ada gunanya," ucap Lita yang pergi menyusul suaminya terlebih dahulu pergi.

Tasbih Cinta [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang