e p i l o g

9.1K 308 15
                                    

Sungguh, cinta dapat mengubah yang pahit menjadi manis..
Debu beralih emas..
Keruh menjadi bening..
Sakit menjadi sembuh..
Penjara berubah menjadi telaga..
Derita menjadi nikmat..
dan kemarahan menjadi rahmat..
Cintalah yang mampu meluluhkan besi..
Menghancurkan batu karang..
Membangkitkan yang mati dan memberikan kehidupan kepadanya..
serta membuat budak menjadi pemimpin..

(Jalaluddin Rumi)

°°°°

Aku tersenyum melihat anak perempuanku sedang asik bersama abangnya di teras belakang rumah. Sesekali aku mendengar tawanya bersama abangnya, Ibrahim.

"Mereka lagi apa itu?" kepalaku spontan menoleh pada sumber suara yang bertanya padaku. Kuulaskan senyum padanya dan meraih tangannya untuk kuciun.

"Nanam, abang Ibra abis beli tanaman tadi siang sebelum pulang," jawabku.

Erwin ikut duduk di sampingku setelah dia melonggarkan dasinya, bersandar nyaman pada sofa, "Sarah suka kayaknya,"

"Iya,"

"Asma'," diraihnya tanganku dan mengenggam dalam pangkuannya, "terimakasih,"

Kembali kuulaskan senyum untuknya, "aku yang berterimakasih padamu,"

"Aaabhiiiii," teriakan Sarah mengalihkan kami berdua. Anak perempuanku berlari kencang masuk ke dalam dan melompat riang ke arah Erwin, "abhi,"

Dari belakang, Ibra berjalan mengikuti Sarah, kedua tanganku sudah terentang menyambut kedatangan Ibra. Anak laki-lakiku yang sudah beranjak dewasa itu menghambur padaku, menyerukkan wajahnya pada leherku.

"Abang, sehat?" tanya Erwin.

"Alhamdulillah, abhi," jawabnya dan satu tepukan diberikan Erwin pada lengan putraku.

"Merasa nyaman kan di pondok Eyang kangkung?" kali ini aku yang bertanya.

"Iya, cuman kalo weekend Eyang putri pasti minta abang tidur di rumah. Abang jadi enggak enak sama yang lainnya." katanya, menunduk dalam.

"Biar ummi bilang sama Eyang biar enggak sering minta kamu tidur di rumah," kataku.

"Jangan ummi, eyang sebenarnya pengen ada temen ngobrol." cegah Ibra. Selalu seperti ini putra kesayanganku, lemah lembut penuh kasih sayang. Kukecup keningnya cukup lama, sebelum memeluknya penuh hangat.

"Ummi, kakak juga," pekik Sarah yang kesal.

"Abhi aja yang peluk Sarah, ya?"

"Ndak mau," tolak anak perempuanku yang menggemaskan itu.

°°°

Mbak Sarah, bagaimana kabarmu?
Kamu bahagia kan bersama Allah di sana?
Mbak Sarah, terimakasih untuk kebahagiaan yang kamu berikan
Aku selalu berdoa pada Allah, cintaNya yang akan membalas semua kebaikanmu padaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tasbih Cinta [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang