d u a b e l a s

4K 256 4
                                    

"Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)."

(QS. Ali Imran: 42)

°°°°

"Mbak Atikah," Asma' membelai lembut kepala Atikah, "Mbak," prihatin, Asma' sedih melihat kondisi Atikah saat ini. Diasingkan oleh keluarga dengan kondisi mengandung. Dia sendirian. "Mbak enggak apa-apa kan?"

"Dia mati kan?" Atikah berteriak histeris mendapat jawaban yang tak sesuai dengan apa yang dia inginkan. "Kenapa enggak mau mati sih?" isak Atikah.

"Mbak, jangan seperti itu."

"Hidup dia akan susah nanti, lebih baik dia mati," isak Atikah, Asma' mengenggam erat tangan Atikah, menangis dengan ibu muda itu. Asma' sedih saat melihat di dalam kamar Atikah yang banyak obat-obat yang tujuannya menghilangkan nyawa lain di dalam perut ibu muda itu.

"Mbak Atikah," panggilnya lirih, mencoba menenangkan Atikah yang terus berteriak histeris. Asma' mengusap lembut kepala Atikah dan membacakan surah Maryam.

"Asma',"

"Saat Ibunda Maryam mengandung Nabi Isa, apa Mbak Atikah tau bagaimana cemoohan yang dia dapat? Ibunda Maryam adalah wanita suci yang dilindungi Allah, tanpa pernah tersentuh oleh kaum adam tapi mengandung," ujar Asma', dibelainya kembali kepala Atikah, "Allah mempercayakan seorang anak kepada Ibunda Maryam. Berbagai cemoohan dia dapat, tapi dia tabah mendapatkan semuanya. Baginya, cinta Allah yang lebih penting. Allah akan melindungi kita jika kita mau meminta ampun dan pertolongan kepadaNya. Hanya kepadaNya."

Kedua tangan Atikah terulur ke arah Asma' dan merangkul leher Asma' dengan erat. Menangis sejadi-jadinya pada bahu Asma'.

"Mbak kuat," Asma' harus menjadi orang yang kuat dan memberi semangat hidup untuk Atikah, "masih ada Allah, Mbak." ucapnya lagi sambil mengusap punggung Atikah.

"Semua ninggalin aku. Semuanya." isak Atikah.

"Tidak, Mbak. Allah selalu bersama Mbak Atikah," elak Asma' yang senantiasa mengusap punggung Atikah. "Allah selalu mencintaimu, Mbak. Cinta sejati yang tak terhingga."

°°°°

Asma' duduk di pinggir ranjang, menatap sedih pada Atikah. Gadis dua puluh tahun yang nyari sebaya dengannya itu terlihat menggenaskan. Tak ada wajah berserinya seperti dahulu, selain kantong mata hitam yang semakin terlihat karena wajahnya yang semakin tirus.

"Mbak," Asma' menompangkan telapak tangan Atikah pada telapak tangannya. "Mau makan? Asma' ambilkan bubur ya?"

Hanya gelengan lemah dari Atikah dengan pula tatapan kosong.

"Mbak belum makan dari tadi pagi, kasihan bayi di perut Mbak," seketika Atikah menoleh dengan raut wajah sedihnya. "Dia tidak salah, Mbak. Dia tidak salah."

"Kenapa dia milih aku jadi ibunya?"

Asma' mengusap punggung tangan Atikah yang ada di atas telapak tangannya, "karena Allah tahu, Mbak Atikah adalah ibu yang terbaik buat dia. Allah titipkan nyawa di perut Mbak."

Tasbih Cinta [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang