l i m a

4.5K 243 1
                                    

Ku cari alasan dari dosa yang ku lakukan
tapi kau paksa aku menjadi pemutus tali
kau bawa pergi akalku di kesempitan jurang
setelah aku berumur akal itu kau bawa kembali
itulah cinta kami yang berdampingan
engkau telah mensigati dengan adil dan jeli

(Syaur imam ibnul qoyyim al jauziyyah)

***

Dua bulan Asma' memilih untuk tidak menghubungi keluarga Zulkar, baik Sarah atau pun Irfan. Tak memberikan jawaban apapun untuk dua lamaran dari keluarga Zulkar, dia tak ingin menyakiti dua orang itu untuk pilihannya kelak.

"Asma' beberapa minggu ini Irfan sering telpon ummi," katanya setelah selesai muroja'ah bersama. "Ngasih kabar keadaan di rumah Sarah, belum cukup membaik tapi alhamdulillah."

Asma' diam, menatap pintu depan, sebentar lagi abah akan pulang dari urusan pondok dan setalahnya seperti kebiasaan beliau, merawat tanaman sayurnya di halaman belakang.

"Asma'," ummi Ulfa mengenggam tanganku lembut, "sudah menemukan jawabannya?"

Asma' menggeleng lemah, "belum, ummi. Ini seperti mencari jarum ditumpukan jerami, harus dipilah satu per satu dengan teliti," jawaban Asma' hanya dibalas denga anggukan pelan dari ummi Ulfa.

"Tidak apa. Ummi cuman pesan, segala urusan, libatkan Allah di dalamnya. Bisa saja di mata kita itu buruk tapi di mata Allah itu baik. Allahu'alam," ujarnya, Asma' merebahkan kepalanya di atas pangkuan Ummi, tempat favoritnya.

"Asma' selalu melakukan apa yang ummi katakan," katanya sembari memejamkan mata cukup lama.

"Ummi tahu kamu dilema, nak. Di sisi lain, kamu memiliki hati untuk Irfan, di sisi lain kamu memiliki hutang budi pada Mbak Sarah," ucap Ummi Ulfa. "Libatkan allah untuk pilihan sulitmu ini," Asma' mengangguk sekali lagi.

"Kalau kamu sudah siap ke sana, kami siap mengantarmu, nak. Abah tidak akan tega membiarkan kamu ke sana sendirian," ucapnya lagi.

"Terimakasih, ummi."

"Kamu anak kami, apapun yang terjadi, kami akan melindungimu, nak. Kami akan menjadi pagar utama untuk. Kami berdua yang akan mengantarmu pada calon imam mu kelak," ujar ummi Ulfa, satu teteo air matanya jatuh ke pipi Asma'.

"Ummi," Asma' tak lagi tidur di pangkuan ummi, dia duduk di depan wanita setengah abad itu dan mengusap air matanya yang luruh. "Terimakasih,"

"Asma' anakku," derai air mata ummi Ulfa dengan pelukan eratnya pada Asma', "kami selalu berdoa untuk kebahagianmu, nak. Kami ingin melihatmu tersenyum dengan imam dunia akhiratmu."

"Doakan Asma' ummi." Asma' tak ingin menangis di depan ummi. Dia tak ingin membuat wanita setengah abad itu kian menangis.

Didekatkan kepala Asma' ke arah ummi Ulfa dan mengecup kening Asma', "kami selalu doain yang terbaik buat kamu,"

Asma' mengangguk dan memeluk ummi Ulfa, menompangkan kepalanya pada pundak Ummi Ulfa.

Asma' selalu bersyukur dipertemukan dengan keluarga abah Ghofur. Merela begitu menyayanginya bak putrinya sendiri. Asma' selalu merasa nyaman berada di dekapan kedua orangtua angkatnya, merasa terlindungi sebagai anak putri dari abah Ghofur.

Tasbih Cinta [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang