s e b e l a s

4.1K 258 12
                                    

Seseorang datang kepada rabi’ah, tetapi ia mengumpat dunia. Rabi’ah lalu mengatakan:
“Rasulullah SAW bersabda: Jika seseorang mencintai sesuatu lebih dari mengingat Allah, lalu ingatannya itu akan membawanya kepada kesia-siaan.”


(Syair Rabi’ah Al-Adawiyah)

°°°°

"Mbak Asma' dipanggil Mbak Sarah keluar buat sarapan," Asma' tersenyum melihat Bik Idah berdiri di depan pintu kamarnya. "Ayo, Mbak."

"Saya lagi puasa, Bik. Saya di sini saja," jawabnya lembut dan Bik Idah mengangguk mengerti, menutup pintu kamar Asma' kembali.

Dibukanya genggaman tangannya, tasbih birunya. "Ya allah, ampuni segala dosa-dosa hambaMu ini." kembali digenggamnya di atas pangkuannya sendiri, menatap langit melalui jendela kamarnya.

"Asma', kenapa tidak bilang kamu puasa?" Sarah berdiri di ambang pintu kamarnya, "harusnya kamu ijin dulu,"

Kesal. Asma' menatap Sarah, "aku harus ijin ke siapa, Mbak? Ini masalah ibadahku, kenapa jadi aku harus ijin-ijin? Apa Mbak mau mengatur kehidupanku? Aku bukan boneka dan Mbak bukan Tuhanku," ujar Asma' tersinggung.

"Bukan begitu,"

"Astagfirullah hal adzim," Asma' kembali duduk di tempatnya dan mengusap dadanya pelan. Asma' tidak boleh terpancing emosi, tidak boleh.

"Asma',"

"Tolong, Mbak. Saya puasa, kalau Mbak mau sarapan, silakan saja." katanya, menunduk menatap lantai marmer di bawahnya.

"Asma',"

"Mbak sarapan saja."

"Iya," ucap Sarah yang menutup kembali pintu kamarnya.

°°°°

"Asma'," ummi Ulfa mengusap lembut kepala Asma', "kamu ngelamun apa toh, nak? Kenapa sekarang suka ngelamun?"

Tersenyum pura-pura, "Asma' baik-baik aja kok, ummi."

"Kami minta maaf, nak. Abah sedih dengan sikapnya dulu, maafin kamu," Asma' memeluk ummi menumpahkan semua tangis yang sedari tadi dia, kini akhirnya pecah. "Maaf Asma',"

"Asma' mau di sini aja, ummi," isak Asma'.

Di luar kamar, abah menangis pilu, menyesali apa yang telah dia perbuat. Demi kehormatannya agar tak menanggung malu, abah tak memikirkan perasaan Asma'.

"Maafin abah nak. Maaf." gumam abah yang kemudian berlalu, duduk termenung di tepi ranjang. Tangisan Asma' terus mengiangi telinganya tanpa henti. Tangisan pilu akan kehilangan Irfan, calon suaminya hingga tangisan yang baru saja dia dengar, tangisan Asma' yang tak mampu lagi menahan siksa batin.

"Ya allah, ya rabb, Kau menitipkan anak pada hamba, ampuni hamba yang tak mampu memberikan kebahagian pada titupanMu. Ampuni hamba ya rabb," isak Abah pilu dalam sunyi.

"Bah," Asma' memanggilnya dengan suara sumbangnya. "Asma bawain teh kesukaannya, abah sama pohong keju." diamatinya Asma' yang meletakkan nampan yang dia bawa. "Abah,"

Tasbih Cinta [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang