Stalker

91 13 5
                                    

Len terlihat sedang gelisah. Dia menatap layar hpnya frustasi. Entah kenapa dia jadi seperti itu dari kemarin. Dan yang membuat Rin dan Miku jengkel,tentu saja karena dia sama menyebalkannya dengan bayi. Cocok deh dia jadi kembaran bayi beel sekalian!

"Hoi,baka. Mau sampai kapan kau menjadi tahanan? Sampai sekarat? Terima saja kenyataanmu. Cepat pakai jaketmu sana!"Miku melipat tangannya di hadapan Len yang sedang duduk hampa di pojokan. Dia sengaja mengajak Len ikut belanja keperluan bersamanya agar penyakit 'hampa' nya itu menghilang jauh jauh.

"Nggak...aku nggak mau ikut...nggak...nggak..."

Miku berteriak kesal,"Yasudah!"

Miku mengajak Rin pergi bersamanya tetapi karena Rin ada tugas sekolah menumpuk,dia jadi menetap di kamarnya seharian.

"Aku tidak lapar. Aku akan makan jika sudah waktunya!"Rin emosi. Miku tahu jika Rin malah dipaksa,sifat liarnya bakal memuncak. Hiiy..ngeri deh.

"Ah! Tau ah-hari ini aku mau menginap di rumah Luka-senpai! Urus saja diri kalian sendiri sendiri!"sembur Miku. Jika sudah begitu,dia akan pulang kampung ke rumah mbak nya. Alias senpai tersayangnya.

...

Luka menahan tawa. Dia tahu mengapa Len dan Rin sibuk sibuk sendiri. Mendengar Miku yang menceritakannya,membuatnya tertawa parah.

"Itu sih...pengkhianatan namanya"

Miku keki berat. Dikiranya ini balasan tuhan untuknya. Lagian,memang sih cecan cantik a.k.a  negi-sama a.k.a ya nona Hatsune,terlihat gagah perwira. Soalnya kan dia bos di rumahnya(melatih pita suara dengan teriak teriak nggak jelas).Yah..walau masih. Dan tetap akan masih, Rin-lah rajanya.

Luka mengibas rambutnya,"Enak sih ya. Jadi diriku.  Hidupku nggak berat. Tanggungan cuma sedikit. Dan aku cantik"Luka berucap semudah mencelupkan jari ke dalam air. Wah,nusuk.

Miku mengangkat alisnya,"Ha? Kenapa kau jadi seperti ini?"Miku gondok berat. Salah tujuannya mengungsi kemari. Benar benar nyesek.

Luka melepas kacamatanya,"Ada tuh kamar kosong. Banyak. Terserah mau yang mana"ucap Luka santai. Sedangkan Miku? Ekspresinya sudah kayak mau mengeksekusi syaithon alias watak syaithonnya Megurine Luka. Lha gimana nggak? Yang nawarin setengah hati. Yang nerima juga setengah hati-lah.

"Kau ini kenapa sih,senpai?"Miku menyambar pada salah satu kamar pilihannya. Dari dulu jika menginap di sini dia selalu memilih kamar paling pojok. Kejadiannya berbeda dengan yang lalu. Jadi,lupakan saja.

Kamarnya? Tidak terlalu besar tapi desainnya minimalis.

"Enggak"kilahnya. Lho? Jadi berubah 180°?

Luka menyandar pada ambang pintu,"Jadi kau beneran nggak mau pulang? Terus nasib saudara saudaramu?"tanya Luka.

"Mereka bisa lakukan sendiri. Aku nggak dibutuhkan. Yang penting aku bisa santai seharian ini"ucap Miku pelan. Luka masih berdiri pada tempatnya. Kemudian ia mengernyitkan dahi.

"Jangan bilang kalau kau tidak mau pulang sebab hari ini giliranmu memasak? Hatsune-san?"

"Eeh?"
Luka mengepal tangannya kesal. Dengan senyuman sinisnya dia menghampiri Miku yang sedang santai. Wajahnya kini lebih seram daripada Daruma-san,"Begini ya...kakak yang baik itu..."

Miku langsung tegak berdiri dengan tangan posisi berhormat. Dengan suaranya yang lantang tapi nge-bass,dia berteriak kencang"Siap kanjeng! Saya,Hatsune Miku tidak akan mengulanginya lagi!"

Luka menatap Miku dengan tatapan aneh,"Waras?"

Miku merangkul pundak sohibnya sembari berjalan gontai menuju pantry nona Megurine Luka,
"Ya ampuun..senpai,kau serius sekali...maa~maa~ bagaimana kalau kumasakkan sesuatu yang enak? Kuyakin kau bukan tipe memperbudak perut"

VocaloidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang