Mentari bersinar terang diufuk timur, cahaya memaksa masuk melalui celah jendela kamar seorang Park Jimin. Si manis bersurai cokelat itu menggeliat dalam tidurnya, akibat merasa terusik. Well, dia berencana untuk hibernasi seharian ini.
Ya, itu pemikiran awal.
Sebelum ingatan Jimin kembali berputar akan sosok Jeon Jungkook, si bos yang juga merangkap sebagai kekasih pura-puranya, dia mengancam Jimin ketika keduanya berada dibandara waktu itu.
Heol, Jungkook tidak sebodoh itu. Dan Jimin hanya bisa mendengus ketika menyadari pemikiran pendeknya.
Dia segera bangun dari tidurnya, terduduk sejenak untuk sekedar mengumpulkan kesadarannya yang masih tertinggal di Jepang.
Negara itu memang banyak kisah tentangnya. Jimin sadar itu.
Alasan kenapa waktu hibernasi seorang Park Jimin harus ditunda sementara waktu adalah berkat ancaman Jeon Jungkook mengenai gajimu kupotong jika membolos. Jangan mencari alasan karena kau habis berlibur di Jepang. Memangnya kau pikir mencari pekerjaan itu mudah apa dan segala macam ocehan panjang lebar yang dilontarkannya pada Jimin. Gila memang.
Sehabis membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi, Jimin memutuskan untuk menikmati semangkuk sereal di pagi hari. Dia tidak cukup peduli akan datang terlambat, karena Jungkook sedang berada di Thailand itu artinya Jimin tidak akan mendapat teguran keras atau makian seperti biasanya.
Ya, mengingat Jungkook itu tipikal pemuda hiperbola. Tidak ada baik-baiknya sama sekali. Jimin bahkan cukup heran kenapa manusia sempurna seperti Yoongi bisa jatuh cinta pada bos brengseknya itu.
Jimin menghabiskan sarapannya dalam damai, kemudian mulai melangkah keluar dari dalam apartemen yang baru sama ditempati semalam olenya. Oh, omong-omong tentang apartemen, ini tentu bukan properti milik Jimin. Dia tidak punya uang sebanyak itu untuk dihambur-hamburkan membeli apartemen kelewat mewah didaerah cheongdamdong.
Pemuda manis itu hanya menumpang disini dalam jangka waktu yang tak ditentukan. Ini milik Jungkook, sang kekasih pura-puranya. Ide untuk menetap disini jelas bukan usulannya maupun Jungkook, namun sang ibu mertualah yang memaksanya. Ya, Ibu Jungkook berpikir itu tidak masalah sama sekali.
Memang sih tidak ada masalah. Keduanya sekarang berada dalam hubungan sepasang kekasih, wajar saja jika Jimin harus berada dekat-dekat dengan Jungkook. Itu pemikiran Ibunya seorang Jeon Jungkook.
Yang jadi masalahnya bagi Jimin adalah, fakta bahwa dia harus berada dalam radius dekat dengan seorang Jungkook. Oh, bukan hanya satu tempat kerja tapi sekarang juga tinggal satu atap. Jimin mana kuat menghadapi si kepala batu dan tukang oceh yang satu itu.
Kepalanya mau pecah.
Tidak akan berhenti mengumpati Jungkook, dan Jimin punya banyak dosa sejak kenal pemuda itu.
Sungguh, Jimin akan memberikan apresiasi pada seorang yang akan menikah dengan Jungkook besok. Well, dia harus siap diceramahi tiap hari.
×
×
×
"Aku sudah menduga kau akan terlambat, dasar siput."
Helaan nafas Jimin terdengar keseluruh penjuru ruangan. Ya, mengingat hanya ada mereka berdua disini Jungkook jadi tahu pemuda manis ini sarat akan rasa frustasi.
Tapi, jangan panggil dia Jeon Jungkook kalau peduli. Jimin yang frustasi atau kesal sama sekali tidak menghentikan niatannya untuk mulai berkomat-kamit mengenai sikap kedisiplinan. Perusahaan ini mana bisa maju jika punya pegawai segudang seperti Park Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Starry Night [KM]
FanfictionJimin punya seorang Bos yang kelewat menyebalkan. Jeon Jungkook namanya.