05

10.4K 1.1K 60
                                    

Ini hari terakhir keduanya berada di Jepang, sebelum kembali ke Korea. Ya, untuk Jungkook sendiri harus pergi ke Thailand untuk mengadakan pertemuan penting dengan rekan bisnisnya. Well, sepertinya kita harus berdoa agar Jimin tidak hilang saat melakukan perjalanan seorang dirinya ke Korea.

Pagi ini, Jimin bangun lebih awal daripada Jungkook. Sehabis mandi dan mengenakan pakaiannya, si mungil memutuskan untuk berjalan ditepi pantai seorang diri tanpa peduli sosok kekasih yang masih terbuai dalam mimpi.

Celana pendek selutut dan kaos panjang yang sama-sama berwarna putih membuat kesan manis dalam diri Jimin. Teriknya matahari sama sekali tak membuat Jimin mengurungkan niatnya untuk menyusuri pantai ini lebih dalam lagi.
Seraya bersenandung ria dengan suara manisnya yang kelewat memikat, ditemani dengan aluanan ombak yang begitu menenangkan. Jimin ingin lebih lama lagi berada disini sepertinya.

Kini, pria itu sudah berjalan menjauh dari tempat dimana ia dan Jungkook menginap. Sepatu converse berwarna putih itu pun telah berada dalam genggaman tangannya. Jimin tidak ingin kakinya bau hanya karena sepatu yang dipakainya sudah basah akibat berjalan di pinggiran pantai.

Selagi menunggu jam makan siang, ia memutuskan untuk beristirahat sejenak diatas pasir nan putih. Duduk bersila sembari menatap cerahnya langit biru, lalu mulai lelah dan memutuskan untuk mengganti posisinya menjadi terbaring.

Oh, Jimin sudah tidak peduli lagi jika dirinya dibilang gila atau apapun itu. Heol, tujuannya kemari pun jelas untuk bersenang-senang.

"Hyung terlihat menyedihkan," suara sehalus kapas itu menyapa indera pendengarannya.

Sejun berdiri disisi kanan Jimin, mengamati pahatan wajah sempurna milik si manis, lalu beralih pada kelopak mata yang menyembunyikan manik cokelat kesukaan Sejun.

Yang lebih muda terkekeh pelan saat tak ada tanggapan apapun. Dia berpikir jika Jimin sudah terlelap akibat berjalan sendirian diteriknya matahari begini.

Ia pun memutuskan untuk duduk disisi Jimin, lalu menggunakan jaket denimnya sebagai pelindung tubuh Jimin dari hangatnya cahaya mentari.
Hamparan awan diatasnya memang sangat indah untuk dipandang, tapi Sejun menampik betapa indahnya semesta ketika dia bertemu dengan si mungil bernama Park Jimin ini.

Jimin adalah definisi dari keindahan.

Semua yang ada didalam diri Jimin mampu mendebarkan hati seorang Lim Sejun. Pria Park itu benar-benar manusia yang mendekati kata sempurna. Dan seorang Sejun cukup paham jika Jimin adalah sosok yang ia cari selama ini.

Tangan berototnya pun tergerak untuk membelai surai halus milik Jimin. Atensinya tak pernah lepas dari yang lebih tua, karena Jimin sendiri adalah pusat gravitasinya. Ia benar-benar tidak bisa menolak pesona pria manis itu.

Gerakan jarinya kini berganti menuju wajah mulus milik Jimin. Oh, dia bahkan punya kulit seputih dan selembut kapas. Benar-benar menakjubkan.

"Dia seperti malaikat," gumam Sejun sembari menyusuri bibir berisi milik Jimin. Gosh, dia cukup takut jika si manis akan segera terjaga dari tidurnya.

Well, meskipun dalam keadaan marah sekalipun, Sejun cukup yakin jika Jimin tak akan pernah jauh dari yang namanya menggemaskan. Itu sama sekali tidak menakutinya.

"Apa yang kau lakukan? Menyentuh milik orang lain bukankah salah satu tindak kejahatan?" suara dingin dengan nada tidak suka mengudara, hingga menusuk ke telinganya.

Sejun menghentikan kerja jemarinya, lalu mulai beralih pada sosok Jungkook yang berdiri di samping Jimin. Pandangan pemuda Jeon itu kelewat pongah, dia bahkan tak segan untuk melemparkan tatapan setajam belati miliknya pada Sejun.

The Starry Night [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang