Setibanya Jungkook dan Jimin di Seoul, sang Ibu mertua meminta pemuda mungil itu untuk mampir ke rumahnya terlebih dahulu. Well, wanita paruh baya itu berniat memaksa Jimin untuk menginap lagi di rumahnya.
Ingat, jika Jungkook itu anak tunggal. Terlebih dengan sikap menyebalkan begitu, Ibunya Jungkook tak dapat kecerian sama sekali. Suami dan anaknya sibuk bekerja, tidak ada yang mau mengisi kekosongan hatinya. Kecuali, pemuda manis bersurai cokelat terang itu. Park Jimin namanya, menantu yang telah mencuri hatinya sejak pandangan pertama.
Pasangan kekasih itu dihidangi makan malam buatan spesial Nyonya Jeon. Makan malam terasa begitu khidmat, namun Jimin tetap antisipasi jika pertanyaan Nyonya Jeon akan membuatnya sesak nafas seketika. Semisalnya, sekarang ini.
"Jimin?" panggil Ibunya Jungkook dengan nada kelewat bahagia. Ya, siapa yang tidak senang mendapati fakta jika sang anak menyusul Jimin ke Pulau Jeju.
Sangat romantis, kan? Pikir Ibu Jungkook.
"Y... Ya?" Jimin hampir tersedak, dan Jungkook cekatan menyodorkan air putih padanya. Jimin terbatuk sebentar, kemudian menarik nafas guna mempersiapkan diri.
Ibunya Jungkook terkekeh pelan, seraya memukul bahu sang suami dengan lembut. "Wah, kenapa menantu kita bisa menggemaskan begini. Jungkook tidak salah pilih."
Atensi Ibunya Jungkook kembali pada Jimin. Si manis mengerjap pelan, dan sang kekasih mengukir senyum simpul di sampingnya.
"Omong-omong, bagaimana honeymoon kalian saat di Jeju kemarin?" suara wanita itu terdengar begitu antusias, Jimin jadi bingung sendiri ingin memberikan tanggapan seperti apa. Lain halnya, dengan Jungkook yang sudah punya pemikiran mesum sedari awal. Pemuda itu dengan santainya menjawab, "kami akan buat cucu yang banyak untuk Ibu."
Nah, sialan betul, kan?
Memangnya, Jungkook pikir Jimin itu bisa hamil? Heol, kelewat mustahil sekali.
Jawaban yang diberikan oleh Jungkook membuat Ayahnya tertawa keras seraya memegangi permukaan perutnya, dan sang Ibu balas menatap datar pada keduanya. Well, sesekali Jungkook akan bertindak menyebalkan begini pada Ibunya.
"Dasar sialan," maki Ibu Jungkook kesal bukan main. Atensinya kembali tertuju pada Jimin yang duduk dihadapannya, pun dengan tangannya yang mengusap jemari lembut milik Jimin dengan sayang. "Apa tidak ada teknologi untuk membuat Jimin bisa hamil? Ibu ingin seorang cucu."
Perkataan Ibu Jungkook jelas menimbulkan keheningan. Sang wanita paruh baya menghela nafas sejenak, kemudian bangkit berdiri untuk menyudahi acara makan malamnya bersama sang calon menantu.
Ibu Jungkook sangat tahu mengenai terobosan dunia kesehatan baru-baru ini, tentang transplantasi rahim bagi pasangan gay yang berkeinginan untuk punya anak, namun Ibu Jungkook tak punya hak dalam memaksa Jimin begitu. Well, putranya sudah menerima segala kekurangan Jimin, dan wanita itu berasumsi jika dia pun harus bisa menyadari posisi calon menantunya.
Acara makan malam usai dengan begitu cepat. Jungkook pergi ke kamar lebih dulu, sementara Jimin bekerja seorang diri untuk mencuci piring di dapur. Ya, meskipun punya seorang asisten rumah tangga, Ibu Jungkook tak sepenuhnya menggunakan tenaga para pekerjanya.
Jimin menyelesaikan cuciannya dengan cekatan, lalu menaiki anak tangga guna menuju kamar Jungkook. Pikirannya masih berkelana seputar cucu yang diinginkan oleh Ibunya Jungkook. Gosh, Jimin sudah punya keinginan untuk mengakhiri ini sedari awal. Dia terlalu benci hidup dalam kepura-puraan begini. Belum lagi fakta, jika Ayahnya sudah menyadari ini lebih dulu.
"Kau tidak takut dengan penunggu rumahku?" candaan Jungkook setibanya dia di kamar, membuat Jimin jengkel setengah mati. "Sialan, jangan bercanda," katanya seraya melemparkan bantal tepat diwajah Jungkook. Yang dilempari pun balas terkekeh gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Starry Night [KM]
FanfictionJimin punya seorang Bos yang kelewat menyebalkan. Jeon Jungkook namanya.