13

9K 1K 48
                                    

Pagi-pagi begini, Hoseok berniat untuk hibernasi sebab tidak ada kegiatan hingga rembulan menjemput nanti. Ya, Hoseok sih biasanya mengajar di salah satu akademi tari terkenal Seoul, hanya saja teruntuk hari ini ia tidak punya jadwal sama sekali. Well, Hoseok amat bersyukur berkat waktu liburnya kali ini.

Ia kembali menenggelamkan tubuhnya dalam balutan selimut putih. Memejamkan matanya kembali, meskipun harus melewatkan sarapan paginya. Hoseok butuh tidur ketimbang apapun, karena gosh, tubuhnya serasa remuk beberapa bulan ini. Mengingat, murid-muridnya di akademi akan mengikuti salah satu perlombaan tari bergengsi.

Oh! Omong-omong tentang Jimin, sahabat dekatnya, sekaligus roomate Hoseok di apartemen ini. Well, mereka memilih hidup berdua guna meringankan beban ekonomi. Sedikit pun sudah banyak artinya bagi masyarakat kelas menengah seperti ia dan Jimin.

Sudah beberapa bulan ini Hoseok harus menjaga apartemen sendirian. Walaupun begitu, Jimin tak henti mengirimkan setengah dari uang sewaan apartemen padanya. Malaikat itu pikir Hoseok seraya tak henti-hentinya tersenyum layaknya orang gila.

Jimin itu ceria, tak ada wajah suram sama sekali. Hanya saja, pemuda mungil itu teramat lihai dalam menyembunyikan perasaannya. Sulit sekali bilang tidak, hingga terkadang menyiksa dirinya sendiri. Kadang kala agak ketus, namun Jimin juga punya sisi lembut dan rapuh. Hoseok paham betul tabiat temannya satu itu, sangat tak suka ketika ia harus menunjukkan sisi lemahnya pada semua orang, Hoseok sekalipun.

Baru-baru ini, Hoseok mendapat kabar dari Ibunya Jimin di Busan. Wanita itu bilang anaknya akan segera menikah dengan salah satu Direktur perusahaan ternama. Hoseok jelas kaget, apalagi menyangkut kenyataan jika temannya itu memegang teguh prinsipnya untuk tidak menjalin suatu hubungan dengan pria maupun wanita.

Hal yang paling menyedihkan, Jimin sama sekali tak menceritakan hal itu pada Hoseok. Pemuda Jung ini jadi merasa tak ada gunanya dalam hidup Jimin, hingga si mungil tak mau menumpahkan keluh kesah padanya. Hoseok jadi berpikir, apa Jimin pernah menganggapnya teman? Meskipun teman selama beberapa bulan, jam, menit, atau detik. Sedih sekali, kan?

Nah, baru-baru ini juga Hoseok mendengar dari Taehyung, jika Jimin sepertinya menjalin hubungan serius dengan sang direktur tempat kerjanya. Jungkook namanya. Dan seingat Hoseok, Jimin hanya pernah menceritakan hal-hal buruk tentang calon suaminya itu. Heol, kesalahpahaman macam apa ini? Pikir Hoseok.

Sibuk menyelami mimpi dengan sesekali terngiang akan masalah Jimin, sahabat manisnya. Hoseok tiba-tiba mengumpat, manakala bel apartemennya berbunyi sedari tadi. Niatnya sih Hoseok ingin tetap lanjut, lagian mana mungkin itu Jimin. Pemuda manis itu jelas tahu password apartemen ini.

Jadi, dia berniat acuh. Kembali mengeratkan pejaman matanya. Namun, jantung Hoseok serasa mau copot saat dengar teriakan amat keras dari balik pintu.

"Hoseok hyung!"

Sudah dipastikan jika itu adalah si pendek bernama Park Jimin.

"Jangan begini padaku!"

Well, Hoseok tengah dalam mode merajuk. Sama sekali tak berniat bangkit sekedar membukakan pintu. Ah, sudahlah. Hoseok lelah. Ia akan memaafkan Jimin, jika pemuda mungil itu membayarinya makan nanti malam. Lagipula, Jimin tidak akan berhenti teriak, yang justru membuat tetangga sebelah mengamuk.

×

×

×

"Jungkook," suara Ibunya terdengar begitu geram akan sikap anak tunggalnya kali ini. Pun yang dipanggil namanya sama sekali tak mengindahkan, dia justru berjalan acuh menaiki anak tangga untuk menuju kamar miliknya. "Ibu pikir kau tahu betul jika pernikahan bukan sebuah lelucon," wanita itu tetap melanjutkan kalimatnya.

The Starry Night [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang