11

9.5K 1.1K 76
                                    

Tubuh mungil berbalut selimut itu menggeliat dalam buai mimpinya. Jimin mendadak gelisah, belum lagi dengan peluh yang hampir membasahi seluruh permukaan tubuhnya.

Raut cemas yang ditampilkan oleh Jimin tak pernah lepas dari pandangan Jungkook. Manik sehitam arang itu terus saja berdiri di sisi kanan ranjang, tak lupa dengan kedua tangan dilipat pada permukaan dada.

Jungkook kembali teringat akan insiden dimana pertahanan Jimin mencapai batas. Si manis jatuh pingsan tepat dihadapan Jungkook.

Beberapa saat yang lalu, Dokter pribadi keluarga Jeon pergi sehabis memeriksa keadaan Jimin. Pria usia pertengahan 40-an itu berkata jika Jimin merasakan nyeri pada bagian ulu hatinya, hingga asam lambungnya naik menuju esofagus. Berdasarkan informasi yang diterima Jungkook dari salah satu pegawai hotel, Jimin memang melewatkan jam makan siangnya karena menunggu Kakek Lee keluar dari dalam kamar hotelnya.

Si pemuda Jeon itu jelas tak habis pikir. Jimin ini kelewat gila, bodoh, dan nekat. Otaknya memiliki pemikiran yang jauh dan tak terkontrol. Jungkook jadi bingung, kenapa bisa mengenal seorang pria gila bernama Park Jimin.

Tak habis sampai disana, sehabis Jungkook pergi membeli jajangmyeon, ayam goreng bumbu pedas, tteokboki, dan sebotol air mineral, Jungkook menaiki lift bersama seorang pria beperawakan tak kalah kekar dari tubuhnya.

Ya, mulanya Jungkook tak mengindahkannya. Pikirannya hanya terpusat pada Jimin yang sakit diatas ranjang. Melihat betapa pucatnya wajah pria mungil itu, membuat Jungkook dihantui rasa bersalah.

"Oh! Bukankah kau pria yang bersama Jimin hyung waktu itu."

Kepala Jungkook sontak menoleh dengan raut kelewat datar. Pemuda dihadapannya mengukir senyum, kemudian mengulurkan tangannya tepat dihadapan Jungkook.

"Aku Lim Sejun kalau kau lupa," katanya bersemangat, namun Jungkook tak mau repot untuk memberikan respon apapun.

Jungkook melirik sekilas pada tangan Sejun yang lumayan berotot, lalu kembali memfokuskan atensinya kedepan.

"Wah, kau benar-benar arogan. Kuharap Jimin hyung bertahan disisimu," perkataan Sejun terdengar santai, meskipun itu punya maksud untuk meledek atau semacamnya.

Tatapan tajam Jungkook berikan pada pemuda itu, tangannya yang berisi kantong plastik mengepal dengan kuat hingga kuku jarinya memutih.

"Apa Jimin hyung juga ada disini? Aku merasa terikat takdir dengannya." Sejun hanya akan berceloteh jika itu menyangkut Park Jimin. Si manis kesayangannya. Ia juga kembali teringat akan pertemuan tak sengaja antara dirinya dan sang pujaan hati. "Well, semacam serendipity," kalimat itu diakhiri dengan kekehannya yang terdengar begitu memuakan bagi Jungkook.

Pintu lift terbuka dengan cepat, sesuai harapan Jungkook dalam hatinya. Pemuda Jeon itu segera berlalu dengan wajah dibuat sepongah mungkin, meninggalkan Sejun dalam seringaian penuh maknanya.

Well, Sejun tidak menyangka jika semuanya akan semenarik ini. Dia sangat bersyukur akan takdir Tuhan yang selalu membimbingnya menuju Jimin.

Lain Sejun yang dibuat kesenangan, maka Jungkook malah mengeluarkan aura suramnya. Pemuda tampan itu melangkahkan tungkainya kedalam kamar hotel Jimin, kemudian membanting pintu dengan cukup kencang. Nah, dia jadi sadar akan pesona Jimin. Ya, meskipun sangat terlambat.

Jungkook meletakkan makanan yang dibawanya diatas nakas, kemudian pergi ke dapur untuk membuatkan manisan jahe guna menurunkan asam lambung Jimin──Itu juga atas saran Dokter pribadinya──Ya, walaupun Jungkook harus membuatnya dengan sesekali melirik pada layar ponsel yang menyala.

The Starry Night [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang