08

9K 1K 99
                                    

Penampilan konser seorang Min Yoongi sudah berakhir sejak beberapa jam yang lalu. Jungkook menapati janjinya untuk menunggu sang pujaan hati di backstage malam ini.

Beberapa staf sibuk berjalan kemari untuk mengemasi segala barang yang berserakan di ruangan yang terbilang cukup besar ini.

Jungkook tahu jika Yoongi masih harus membersihkan dirinya terlebih dahulu. Meskipun begitu, dia dengan setia menunggu layaknya anak anjing yang patuh pada pemiliknya.

Sesekali staf yang berlalu-lalang akan melontarkan kalimat sapaan padanya, dan Jungkook membalasnya dengan senyum kelewat manis. Ya, walaupun jauh dari lubuk hatinya rasa cemas menghinggapi.

Jungkook punya perasaan buruk mengenai apa yang akan Yoongi sampaikan, dia tidak pernah seserius ini sebelumnya.

"Lama menunggu?" suara Yoongi memecahkan lamunannya yang sarat akan rasa takut.

Jungkook menoleh untuk menampilkan senyum manisnya. Dia harus bersikap seolah baik-baik saja dihadapan Yoongi. Dia tidak mau Yoongi merasa bersalah atau semacamnya.

"Tidak juga. Apa hyung lelah?" Jungkook mencoba berbasa-basi disaat Yoongi tahu akan perasaannya sekarang.

Kepala yang lebih tua menggeleng pelan, lalu tubuhnya bergerak untuk memeluk Jungkook. Tangannya terus mengusap punggung kokoh Jungkook dengan sayang, sambil sesekali bergumam hyung minta maaf.

Dan Jungkook makin yakin dengan asumsinya.

"Jangan menunggu hyung lagi, Jung. Kau tidak akan baik-baik saja."

Jungkook menggeleng. "Tidak──"

Dan Yoongi dengan cepat menyelanya."Kau harus! Hyung akan segera menikah setelah menyelesaikan pendidikan di Amerika. Maaf baru memberi tahumu sekarang," dan suara yang semula meninggi mulai lirih seketika.

Jungkook dapat merasakan Yoongi yang terisak didada bidangnya. Pemuda Jeon itu merasakan hatinya yang hancur bak ditikam menggunakan belati. Ia benar-benar benci takdir yang mempertemukan Yoongi dan dirinya sebagai saudara angkat.

"Belajarlah untuk mencintai orang lain. Dan ubah sikap menyebalkanmu itu jika tidak ingin melajang sampai mati."

Sisa malam ini dihabiskan Jungkook untuk minum beberapa gelas vodka ditemani dengan hati yang remuk dan malam yang sarat akan kesendirian.

×

×

×

Tubuh mungilnya dibiarkan basah akibat guyuran dari shower yang kian mengalir. Dadanya berdenyut sakit, pun dengan lehernya yang serasa dicekik hingga Jimin tak lagi punya tenaga untuk menangis ataupun berteriak menyuarakan kata hatinya.

Beberapa jam yang lalu sejak penyatuan keduanya, Jimin membopong tubuh Jungkook untuk dibaringkan ke atas ranjang. Pemuda Jeon itu tertidur sehabis memasukinya, dan Jimin tidak setega itu untuk membiarkan Jungkook berada diatas kursi dalam kurun waktu yang lama.

Ia menyelimuti tubuh Jungkook, setelah sebelumnya memakaikan piyama ditubuh bongsor itu dengan sedikit kesusahan. Jimin hanya bisa terduduk lemas disamping ranjang, matanya memburam karena air mata, namun Jimin tidak sebodoh itu untuk membiarkan air matanya keluar secara cuma-cuma hanya karena kebodohan Jeon Jungkook, kekasih pura-puranya.

The Starry Night [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang