"Jungkook! Bagaimana mungkin kau mengatakan hal konyol begitu pada ibumu?"
Jimin terus saja berceloteh, ketika keduanya memutuskan untuk pulang pada Nyonya Jeon. Oh, sungguh. Ingatkan Jungkook, jika beberapa menit yang lalu Jimin masih dalam sikap menggemaskannya.
Manik hitam Jungkook terus saja terfokus pada jalanan didepannya. Lain halnya dengan Jimin yang tak kunjung menghentikan sumpah serapahnya.
"Dimana etikamu? Kau baru saja memanggilku Jungkook," omel sang bos saat menyadari kesalahan Jimin.
Ya, sebenarnya Jungkook itu sudah tidak punya tenaga lagi untuk menghadapi celotehan Jimin. Kepalanya benar-benar sakit sekarang, dan dia butuh pulang ke rumahnya dengan cepat.
"Etika sialan. Kau bahkan tidak pernah memanggilku hyung," balasnya tak mau kalah. Tetap dengan sikap keras kepalanya.
Jungkook menghentikan laju mobilnya ketika bertemu dengan lampu merah. Pemuda Jeon itu mengacak surainya dengan gemas. Tak habis pikir dengan apa yang baru saja dilakukannya.
Tapi, sungguh. Jungkook lebih baik mati daripada harus menikah dengan Minah, gadis jalang itu. Dan opsi lain yang lebih baik adalah menikah dengan Park cerewet Jimin tentu saja. Ya, setidaknya Jimin tidak terlalu bergantung padanya. Pria mungil ini adalah tipikal uke mandiri dan cuek. Jadi, mungkin mau menikah dengan Jimin atau tidak sikap keduanya akan tetap sama.
Tanpa bumbu-bumbu romantis tentu saja adalah hal yang utama.
"Kau punya pacar?" tanya Jungkook dengan kembali melajukan mobilnya. Jimin mendengus, sebab merasa diremehkan. "Tidak, tapi aku suka Taehyung."
Jungkook menganggukan kepalanya tanda mengerti. Otaknya berusaha berpikir keras untuk memecahkan masalahnya yang kelewat menyebalkan itu.
"Nah, kalau begitu menikah saja denganku," kata Jungkook santai. Jimin dengan cepat menolehkan kepalanya, lalu menggerakan tangannya untuk memukul bagian tengkuk Jungkook.
Wah, bocah ini memang sialan. Pikir Jimin saat ini. Well, bagaimana mungkin Jungkook meremehkan ikatan yang dinamakan pernikahan itu. Jelas, jika Jimin hanya akan berdiri diatas altar bersama Taehyung. Tidak yang lain. Apalagi bocah bergigi kelinci ini.
"Jim, dengarkan aku. Kita hanya akan menikah, itu hanya status. Tapi, kau bebas untuk mencintai siapapun."
Bibir Jimin mengerucut, menampilkan raut yang kelewat mengemaskan bagi Jungkook.
"Tidak. Itu hanya menguntungkan satu pihak," balasnya kesal.
Flat Jimin sudah ada didepan mata. Si mungil berniat keluar, sebelum sosok bocah tengik itu mengunci pintunya.
Ia berteriak penuh frustasi. "Jungkook!" benar-benar tidak peduli akan status keduanya.
"Aku akan mengajakmu makan malam bersama Min Yoongi, bagaimana?" tawar Jungkook.
Jimin menoleh dengan wajah sumringah. Jadi, dia tidak salah dengar kan.
"Min apa?" nadanya terdengar tak percaya, dan Jungkook hanya balas terkekeh pelan. "Min Yoongi, penyanyi populer itu. Kau menyukainya, kan?"
Jimin tersenyum lebar, menampilkan mata seindah bulan sabit miliknya.
"Iya! Iya! Nikahi saja aku."
×
×
×
Jimin menarik kopernya dengan langkah malas. Beberapa menit yang lalu, pesawat yang ditumpanginya baru saja mendarat di negara macan asia ini. Jepang namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Starry Night [KM]
FanfictionJimin punya seorang Bos yang kelewat menyebalkan. Jeon Jungkook namanya.