.
."Yoonbyul-ah.. bangun! Sadar!" Yena menepak nepak pipiku.
"Apa??" Badanku kembali tegak saat menyadari Yena memanggilku sedari tadi.
"Apa yang salah denganmu hari ini, eoh? Apa gara gara kemarin kita batal refreshing dan kau menjadi tambah stress seperti ini?"
Yena benar, aku menjadi stress hari ini. Setelah kejadian kemarin yang membuatku sangat terkejut, aku mulai berpikir bahwa keputusan yang orang tuaku ambil benar benar konyol.
Aku sangat tidak suka perjodohan. Apalagi perjodohan ini terlihat sangat tidak adil. Bagaimana bisa eomma tiba tiba menjodohkanku dengan Jaemin setelah ia sendiri memarahiku atas hubungan kami. Bahkan mereka berkata dengan mudahnya bahwa mereka sepakat akan hal ini karena keluarga Jaemin itu telah membantunya banyak kali.
What?
Tapi mengapa harus Jaemin? Aku sudah tidak memiliki rasa apapun padanya. Bahkan kini yang kurasakan adalah benci. Aku kesal setiap melihat senyum penuh kemenangannya itu.
"Hei." Seorang namja yang tak asing lagi bagiku menyenggol sikutku pelan.
Jeno datang menempati tempat duduknya dengan penuh senyum.
"Annyeong." Aku membalas senyumannya.
"Uwo.. jankkaman. Mengapa senyummu tiba tiba sangat manis, eoh? Astaga ada apa dengan kalian?" Ucap Yena sambil menatapku, lalu menatap Jeno, dan menatapku lagi.
"Aniyo."
"Hahahah.. aku tau. Kalian itu lucu, ya?"
"Kau ini berisik sekali. Diamlah." Protes Jeno sebelum akhirnya keluar kelas lagi.
Pikiranku sedikit berubah tentang Jeno. Ternyata ia tak seburuk yang kukira.
"Ei! Jangan menatapnya terus! Nanti suka!"
Aku yang tak sadar sedari tadi mataku mengikuti jalannya Jeno langsung menunduk malu karena perkataan Yena.
Malu? Kenapa aku harus malu?
..
-12.05-
Sungguh, antrian kantin selalu saja sepanjang kereta api. Apalagi hari ini menunya sangat spesial, jadi banyak sekali murid yang tadinya malas makan tiba tiba saja ikut memasuki antrian. Aku membenci hal itu.
Sedangkan kakiku dibawah sini sangatlah pegal, perutku juga meraung marah karena tak diberi asupan. Astaga, bahkan kakiku hanya bisa maju selangkah demi selangkah seakan antrian didepanku panjang sekali.
"Yoonbyul!" Jaemin berlari kecil dari bawah tangga untuk menghampiriku.
"Kau.. tidak mengantri?"
"Aniyo. Oh ya, tadi eomma memberimu ini. Aku tidak tau apa ini, tapi.. terimalah." Jaemin memberikan sebuah plastik kecil berisi sesuatu.
"Gomawo." Aku menerima bingkisan itu.
Jaemin melambaikan tangannya kecil yang lalu turun lagi melalui tangga.
"Hei.. sepertinya eomma-nya Jaemin menyukaimu." Lontar Yena yang ternyata sedari tadi memperhatikan kami.
Aku langsung menatap Yena yang ada didepanku ini dengan tatapan tajam.
"Kau menguping?"
"Ini bukan menguping namanya, bagaimana aku tidak dengar kalau kalian berbicara sekeras itu? Apalagi dibelakangku persis."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little First Kiss • JenoLee
Fiksi PenggemarLee Jeno, ia hanya kuanggap sebagai teman sekelas. Tapi entah apa yang merasuki tubuhnya hingga tiba tiba ia menciumku tanpa aba aba dan seijin dariku. He's such a weird boy. -Jloveluvv, 2018.