Prolog

2.6K 143 6
                                    

'Because your smile and your eyes changes my world'

-SUPERNOVA

_________________________________________

Seorang laki-laki dengan postur tubuh sempurna, terlihat berjalan santai di koridor kelas. Sapaan dan senyum yang siswi lain berikan sama sekali tak digubrisnya. Tak apa, karna bagi mereka, itu pemandangan yang biasa. Dan siswi-siswi tersebut pun tak pernah mempermasalahkannya. Mereka malah senang karna faktanya salah satu cogan di SMA mereka itu, sampai sekarang masih belum memiliki seorang pacar.

Bukankah itu suatu kabar gembira?

"Riksa!" tanpa memperdulikan siswi kurbel disekitarnya, gadis itu tetap berlari kearah Riksa.

"Hobi banget sih ngacangin orang!" ucapnya sesaat setelah ia bisa mensejajarkan langkahnya.

"Lepasin." ucapan dingin itu lantas menyentaknya saat gadis itu baru saja bisa menormalkan deru nafasnya. Setelah melepaskan tangan gadis itu di bahunya. Riksa pergi. Pergi meninggalkan gadis itu yang hanya bisa menghela nafas pelan.

Gadis itu.

Fera Felorena.

"Mungkin lain kali." batinnya lantas menormalkan kembali langkahnya. Tenang saja, Fera sudah mulai terbiasa.

Disamping itu, cowok dengan almamater biru navy yang tengah sibuk menatap lapangan didepannya. Lantas menoleh saat merasa ada seseorang disampingnya. "Tumben lo awal, Sa. Biasa juga tepat waktu." kata cowok almamater biru itu.

Tanpa menoleh, Riksa menjawab, lempeng. "Bunda gue yang nyuruh."

Entah karna apa, Varrell -sahabat Riksa sekaligus waketos itu- terkekeh pelan.

"Gue jadi mikirin gimana Bunda lo marahin cowok muka datar kayak lo, Rik."

Riksa menoleh, membalas kekehan Varrell dengan wajah flatnya.

"Gue kalo liat keluarga lo, kadang gemes. Tau nggak, lo itu sama persis kayak papa lo, yang anak-anak sini bilang dia hot daddy. Ck! Sifatnya sama banget kayak sifat lo. Dingin kaku kayak es batu gitu. Kan kan?!"

Riksa mendiamkannya. Kadang Varrell itu bisa jadi cowok super cool dengan segala pesonanya atau tiba-tiba berubah jadi seperti cewek yang hobi menebar gosip murahan. Malas meladeni, Riksa memilih menatap puluhan siswa-siswi baru yang berbondong-bondong memasuki sekolah mereka, SMA BINA BANGSA.

"Kalo adek lo yang gemesin banget kayak artis korea-korea yang biasa adek gue tonton itu. Nah, sifatnya persis nyokap lo. Ceria, cerewet, murah senyum lagi! Seandainya aja, si Dila mau ya sama gue?"

"Jangan ngimpi."

Varrell tergelak. "Gini-gini tampang gue nggak beda jauh sama lo, Rik. Bahkan kayaknya gue malah lebih ganteng dari lo."

"Sayangnya, otak lo--" ucapan Riksa terhenti saat netranya mendapati seorang gadis yang berjalan dengan tongkat ditengah kerumunan anak baru lainnya. Entah kenapa, melihat senyum dan binar dimata gadis itu, Riksa merasa berbeda. Terasa seperti ada sengatan kecil di hatinya.

"Kenapa otak gue?" balas Varrell menyentak Riksa, membuat dia menoleh kesamping.

Riksa menyahut sarkas. "Rada' konslet."

"Gue manusia, Rik. Bukan tiang listrik. Main-main konslet." ia menatap sahabatnya kesal. Riksa tak peduli, ia mengedarkan pandangannya ke depan lagi. Dan saat itulah, gadis yang ia pandangi beberapa detik yang lalu tengah dikerumuni anak lain. Entah kenapa, Riksa memilih mendekatinya.

SUPERNOVA [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang