Supernova || 6

660 67 1
                                    

***

Bel pulang sudah berbunyi sedari tadi. Tapi, Raina terlihat belum ada niat untuk pulang. Ia masih berada didalam kelasnya, sendirian. Menggambar sebagai hal yang menjadi rutinitas wajibnya. Setelah merampungkan gambarnya, barulah Raina mengemasi barang-barangnya. Dan seperti biasa, ia juga yang mengunci pintu kelas. Ia akan memberikan kunci pintu kepada pak satpam didepan. Raina lantas berjalan menggunakan tongkatnya dengan tas digendongannya.

Di koridor hanya ada dirinya sahaja. Ia kemudian berjalan melewati lapangan basket di arah kirinya. Takut terkena lemparan, ia memacu kakinya secepat yang ia bisa untuk menjauh. Dan lantas segera berhenti saat sudah berada di hadapan pak satpam.

"Pak, ini kunci kelas saya."

"Makasih, Neng. Nggak ditutup juga enggak papa. Biar nanti bapak yang nguncinya."

Raina tersenyum, "Nggak papa, Pak. Lagian, Raina seneng bisa bantu."

"Neng Raina emang paling baik. Seneng bapak kamu sekolah disini. Bapak berasa kayak ada asisten cantik."

Raina tergelak mendengarnya. "Bapak te bisa aja."

"Bener, Neng! Oh ya, ada enggak anak yang nakal yang gangguin Neng Raina? Nanti biar bapak kasih dia hukuman!"

"Enggak ada, Pak. Bapak te berlebihan." kelakarnya.

"Yaudah, bapak mau ngunciin semua kelas yang masih kebuka. Kalau kamu mau dianter sama bapak tunggu bapak aja."

Raina cepat-cepat menggeleng, "Angkot langganan Raina bentar lagi dateng kok, Pak."

"Oh, gitu. Yaudah, bapak tinggal dulu ya." Raina mengangguk. Gadis itu kemudian berbalik hendak berjalan menuju halte tempat ia menunggu seperti biasa.

Namun, saat ia hendak keluar pagar seseorang dari arah belakang menggunakan sepeda motor tak sengaja menyenggolnya. Raina yang tak mengira langsung saja terjerembab. Gadis itu meringis menahan perih. Karna kakinya bergesekan dengan tanah berbatu.

Nyaris saja ia ingin menangis. Ia menguatkan hatinya lalu mengambil tongkatnya yang terjatuh agak jauh. Ia sampai berengsot untuk mendekatinya. Tapi, sebelum sampai sebuah tangan sudah terlebih dahulu mengambil tongkatnya. Raina mendongak.

"Gue heran, tiap ketemu elo pasti lo lagi susah." sahut Riksa lantas memberikan tongkatnya pada Raina.

"Makasih." ujar Raina pelan.

Riksa berdehem. "Mau nunggu angkot lagi?" tanyanya.

"Iya."

"Bareng gue aja." belum sempat Raina menolak, Riksa sudah memotongnya. "gue orang baik. Bukan penjahat." balasnya.

"Lo tunggu sini. Jangan kemana-mana." lalu Riksa berlari untuk mengambil motornya. Ditempatnya berdiri, Raina mendengus.

Siapa juga yang nuduh cowok resek itu penjahat?

"Naik." titahnya saat sudah sampai. Raina terdiam lama. Ia menunduk melihat sepasang kakinya. "bisa. Percaya sama gue. Nanti gue bawanya pelan-pelan."

Raina kemudian akhirnya menurut. Dengan dibantu Riksa, Raina akhirnya bisa naik ke atas motor. Dengan sebelah tangan ia memeluk pinggang cowok itu. Pasalnya, ini kali pertama sejak kejadian na'as itu ia kembali naik ke atas motor.

SUPERNOVA [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang