Supernova || 13

639 71 7
                                    

***

Sepulang sekolah tidak seperti biasanya, hari ini Raina memilih tidak pulang terlebih dahulu. Gampanglah nanti untuk memberikan alasan kepada Ibu Rani. Intinya, itu bisa ia pikirkan nanti.

Raina berjalan dengan tongkatnya seraya disebelah tangannya memegang selembar brosur. Brosur yang tertulis disana sedang mencari pegawai kerja baru.

Sejujurnya, Raina sudah lama berusaha untuk mencari pekerjaan. Sayangnya, kebanyakan dari mereka tidak menerima Raina karna keterbatasannya itu. Raina paham. Karna, mereka tentu saja tidak mau merugi jika harus menerima pegawai cacat seperti dia.

Meskipun begitu, tetap tidak menyurutkan hati Raina untuk mencari lowongan pekerjaan yang mau menerima dia.

"Semoga saja yang ini." gumam Raina menampilkan senyum termanisnya. Setelah keluar dari angkot tadi, ia menatap sejenak kafe didepannya sesuai dengan alamat yang tertera di brosur.

"Bismillah,"

Tatkala ia masuk ia sudah menjadi bahan tontonan. Raina menyunggingkan senyum berusaha santai. Ia lantas membawa kakinya menuju tempat barista. Ia menyunggingkan senyum. Si barista itu menatapnya.

"Ya, mau pesen apa?" tanyanya ramah.

Raina membasahi bibir bawahnya. "Mm, bukan. Saya kesini mau ketemu pemilik kafenya, Kak."

Cowok yang terlihat masih muda itu, menaikkan sebelah alisnya. "Ya, saya sendiri."

"Oh, kalau begitu kedatangan saya kesini, saya mau melamar kerja di kafe ini, Kak. Katanya, kafe ini sedang mencari pegawai baru."

Cowok itu sejenak menatap dirinya. Melihat tatapan itu, Raina langsung paham. Semua orang ternyata sama saja. Membuat gadis itu menunduk malu.

Seolah menyadari gurat kesedihan yang terpancar di wajah Raina. Ia berucap. "Boleh." ujarnya tanpa pikir panjang. Satu kata yang langsung membuat Raina terkejut.

"Maksudnya, Kak?" cowok itu menyunggingkan senyum tipis. Setelah selesai membuat satu coffelate, ia lalu mendekat pada Raina. Mereka hanya dibatasi oleh satu meja saja. "Iya, kamu boleh kerja disini." ujarnya memperjelas. "kamu nanti bagian pengantar ya,"

Raina tersenyum lebar. Ia tak bisa menahan rasa bahagianya. Astaga, setelah sekian lama akhirnya doanya di ajabah juga sama Allah.

"Makasih, Kak." ia menumpukkan tangannya. "terima kasih, saya janji saya akan bekerja sebaik mungkin. Makasih." ucapnya terharu bukan main.

"Iya. Karna, memang saya kebetulan sedang kekurangan pegawai. Kamu bisa kerja mulai besok sore."

"Iiya, Kak. Sepulang sekolah saya akan langsung ke sini." cowok itu tersenyum tipis. Hal pertama yang ia lihat dari gadis ini ialah kesungguhan tekadnya. Hal yang jarang sekali ia temukan pada orang yang memiliki fisik tak sempurna.

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Kak." balas Raina lantaran ia juga sadar jika beberapa pegawai khususnya yang perempuan, terlihat meliriknya terang-terangan. Raina bukannya tidak tahu makna tatapan yang ditujukan padanya itu.

"Iya."

Tapi, sekarang bukan itu yang terpenting. Intinya, sekarang ia sudah mendapat pekerjaan. Sesuatu yang sudah ia idam-idamkan sejak lama.

Akhirnya, setelah sekian lama mencari-cari. Tuhan telah menjawab semua doa-doanya. Raina berjanji akan giat bekerja setelah ini.

***

"Assalamualaikum," salam Raina saat ia menginjakkan kaki di rumah. Ia tersenyum saat Bu Rani membukakan pintu untuknya.

"Waalaikumsalam, kenapa baru pulang, Ai? Ibu khawatir dari tadi nungguin kamu."

SUPERNOVA [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang