Supernova || 10

584 62 2
                                    

***

Pulang sekolah seperti biasa. Menunggu kendaraan pribadinya-angkot-di halte samping sekolah. Seperti biasa lagi, hanya ada dirinya sendiri disana. Menunggu meski sedari tadi perutnya terus berbunyi. Ia lapar. Tapi, ia harus menahannya. Toh, lagian ini sudah menjadi hal yang lumrah. Lantaran ia terkadang tidak memiliki cukup uang untuk jajan.

Raina menggoyang-goyangkan kakinya seraya tersenyum tipis. Berusaha menyamarkan rasa perih di perutnya. Ia bersenandung kecil.

Sesaat tiba-tiba, Raina mendengar bunyi klakson yang mengejutkannya. Raina sontak tersentak lantas mengangkat kepalanya. Kepalanya miring tanpa sadar saat melihat sebuah mobil sedan hitam yang berhenti tepat didepannya.

Perlahan kaca mobil terbuka. Raina melebarkan matanya melihat si pengendara mobil.

Riksa.

"Naik." ujar cowok itu yang membuat Raina bergegas mendekat dengan tongkatnya.

Ia menyangga tubuhnya dengan tongkat saat sudah berada di depan Riksa. Cowok itu selalu saja menatapnya datar. Raina mengumbar senyum tipis. "Nggak papa?"

"Cepetan."

Raina mengangguk cepat lantas bergegas membuka pintu mobil jok belakang. "Eh," Raina menilik tangan Riksa yang sengaja dikeluarkan untuk menahannya.

Raina menatap iris Riksa. "Lo kira gue supir lo?"

"Duduk disamping gue." titahnya membuat Raina menurut saja. Ia membawa kakinya perlahan berjalan ke samping mobil.

Sesaat setelah masuk mobil, ia memberanikan diri menoleh pada Riksa. Berusaha menahan senyumnya karna kelewat bahagia. "Tumben bawa mobil?"

"Kepo."

Raina menggigit bibir bawahnya, malu. Ya juga ya kenapa ia bertanya begitu. "Ya kan aku maksudnya cuman nanya. Hm, makasih ya, Sa."

"Hm."

Raina menatap dua tangannya yang saling bertaut. Ia tak bisa menahan senyumnya. "Makasih karna kamu selalu mau nganterin aku pulang. Aku seneng bisa punya temen kayak kamu. Soalnya, enggak ada yang pernah seperhatian ini sama aku kecuali ibu sama anak-anak panti." cerita Raina tanpa disuruh. Riksa hanya berdehem.

"Sekali lagi makasih ya, Sa."

"Lo, jangan ge-er." telak. Ucapan Riksa membuat Raina diam sejenak.

Raina otomatis menatapnya. "Lo tahu kan gue mau numpangin lo, karna gue kasihan. Lo jangan sampe baper. Gue males tanggung jawab soalnya. Ribet."

Raina terpaksa menundukkan kepalanya. Ia kira Riksa tidak seperti orang-orang yang mengasihani dirinya karna dia cacat. Ternyata, penilaiannya salah. Riksa nyaris sama dengan orang yang sering berfikir skeptis terhadapnya.

"Ngerti nggak lo?" tiba-tiba Raina merasa kecewa.

"I-iya." Riksa melirik gadis yang tampak melemparkan pandangannya ke luar jendela kaca.


"Yaiyalah gue cuman kasihan sama dia! Enggak mungkin juga gue sampe naksir."

Batin Riksa yang entah menyiratkan sebuah penolakan atau berusaha menyangkal fakta.

SUPERNOVA [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang