Supernova || 2

1K 101 2
                                    

SUPERNOVA
_________________________________________

Di ruangan khusus yang didepan pintunya bertuliskan RUANG OSIS. Terlihat tengah dihuni oleh dua cowok dengan perawakan yang nyaris sempurna. Dua cowok yang juga memiliki jabatan penting disekolah mereka, SMA BINA BANGSA.

Riksa, sang ketos tampak sibuk mengetikkan laporan di laptopnya. Sementara Varrel, selaku waketos sedari tadi diam dan memilih menyibukkan diri dengan membaca proposal kegiatan mereka dalam rangka menyambut bulan bahasa. Sembari mengetik perihal biaya untuk kegiatan mereka nanti. Riksa sesekali melirik kearah Varrel. Melihat sikap Varrel yang tiba-tiba berubah menjadi sok cool begitu, Riksa yakin ada sesuatu yang sedang laki-laki itu pikirkan.

Ngomong-ngomong, mengenai alasan kenapa Riksa yang mengerjakan proposal dan bukan sekretarisnya. Karna Riksa tidak ingin melimpahkan semua yang berikatan erat dengan surat dengan sekretarisnya. Riksa lebih suka membaginya. Misal begini, sebagai ketua osis maka Riksa memiliki hak paten untuk menyuruh anggotanya melakukan apa yang ia minta. Jadi, untuk sesuatu yang menurut Riksa jika salah sedikit saja akan berakibat fatal, maka Riksa sendiri yang mengerjakannya. Misal, dalam hal penulisan proposal, terutama dalam hal penghitungan biaya.


Sedangkan untuk bagian undangan, penulisan susunan kegiatan, sampai pada segala perlengkapan yang dianggap perlu untuk keberlangsungan acara maka Riksa akan menyerahkannya kepada Varrel selaku wakilnya atau pada sekretarisnya dan juga kepada seluruh anggota.

"Lo kayak cewek, Rel. Sok moody-an." ujar Riksa, karna ia sendiri sudah tidak tahan dengan kebisuan tiba-tiba sahabatnya. Ya, padahal tadi pagi si Varrel masih anteng berbacot ria, kan?

Varrel tidak mengubrisnya.

"Kenapa lo?" akhirnya kata itu keluar juga dari mulut Riksa. Ia menghentikan kegiatan mengetiknya, dan memilih memperhatikan sahabatnya.

"Gue tanya sama lo." akhirnya selang beberapa detik kemudian, barulah Riksa tau jika sahabatnya ini sudah dalam mode serius. "tapi, plis lo jawab jujur."

Riksa menaikkan satu alisnya, "Oke."

Varrell kemudian menatapnya sesaat, "Lo udah move on?"

"Maksud gue, lo beneran udah bisa ngelupain Sha--"

"Berapa kali harus gue bilang, Rel. Jangankan mikirin dia. Denger lo yang nyebut namanya aja. Gue udah muak."

"Lo pasti ngerti maksud gue, Rel." mata Riksa jelas menyiratkan kebencian mendalam. "jangan sekali-kali lo bawa nama cewek itu di obrolan kita."

"Artinya lo udah move on? Lo tertarik sama cewek itu?"

"Cewek itu?"

Varrell tertawa pelan, bermaksud menyindirnya. "Faktanya, itu kali pertama lo nolongin cewek, Rik. Lo bahkan nggak sadar." katanya sontak membuat Riksa terdiam. "lo tertarik sama cewek itu kan?"

"Lo bahkan nggak pernah sekalipun ngelirik Fera, cewek yang jelas-jelas ngejar lo."

"Nggak usah bawa-bawa Fera."

"Gue bener kan?" kekehnya terdengar jelas. "lo bener-bener tertarik sama dia. Gue sahabat lo, Rik. Dan gue tau sifat asli lo."

"Jadi, cuma gara-gara itu lo dari tadi diem?" tanya Riksa tak percaya. "Lo beneran mirip banci, Rel!" Varrell diam. Sebenarnya, bukan karna alasan itu saja. Hanya saja, Varrell belum berani mengatakannya.

Riksa mendengus, "Jangan sok tau, Rel. Jangan ngerasa dengan lo selalu deket gue, lo bisa tau semuanya tentang gue." Riksa berdiri, memakai kembali almamater miliknya yang tersampir di punggung kursi. "gue cuman kasian sama cewek itu. Nggak lebih. Lo pasti tau, Rel. Cewek itu bukan tipe gue."

Riksa lantas berjalan meninggalkan sahabatnya. Sebelum benar-benar pergi dari ruangan itu, Riksa berujar. "Dan tentang Fera, gue nggak sejahat itu buat nikung sahabat gue sendiri. Kejar kalo lo suka." dan setelah mengatakan itu, Riksa benar-benar pergi. Meninggalkan Varrel yang sedari tadi terdiam.

Varrel menengok kearah pintu Ro yang terbuka, ia bergumam. "Dengan denger kata-kata lo. Gue makin yakin, Rik. Lo beneran suka sama cewek itu."

"Faktanya, itu kali pertama lo kasian sama cewek yang baru lo kenal, Riksa."[]

SUPERNOVA [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang