9. hati yang terkunci

35 10 0
                                    

Tet.. Tet..

Kini sudah bel pulang berdering. Seluruh siswa pasti buku-buku serta alat tulis lainnya ke dalam tas mereka.

Hari yang suram.
Bukan berarti ujian tadi menyulitkan,
tetapi. . .
Entah mengapa hati gue terasa memiliki banyak gelembung udara kebencian hingga membuat dia ingin pecah. Berkeping-keping. Batin Sarah, sedari tadi dia melamunkan sesuatu sambil meresletingkan tasnya. Dengan pandangan kosong ke depan.

Kemudian Ketua murid berdehem sebentar, lalu ia pun berkata dengan lantang, "sebelum pulang, marilah kita berdoa menurut keyakinan masing-masing." Sarah pun tersadar dari lamunannya, dan ia pun segera memasukkan tangannya dan menempatkan sling tasnya itu di pundak.

"Berdoa, mulai!"

Berdoa pun dilakukan dengan khidmat. Semuanya terdiam tanpa suara. Terkecuali Sarah yang seperti menggeleng-gelengkan sesuatu saat berdoa yang sedang dilaksanakan. Dia sepertinya terlihat memikirkan apa yang tidak seharusnya ia pikirkan dalam berdoa.

Hingga saat guru di depan melihatnya seperti itu-bangun, lalu mengambil dan melempar spidol ke arah kepala Sarah itu. Dan hasilnya. . .

Plukk

"Itu, kamu-cewek barat. Ayo berdoa sendiri, sekarang!" tegas ibu guru itu. Sarah pun yang berhasil dikenai spidol itu mulai sadar dari khayalnya. Dan dia pun mulai berdoa sesuai perintah dari gurunya tadi.

****

Kelas pun bubar, semua anak-anak pun seperti sekawanan semut yang keluar dari lubangnya. Riuh-keramaian pada sekolah setelah bel pulang sungguh membuat suasana bising.

Tak terkecuali lagi si Sarah, ia masih memelamunkan sesuatu sambil memainkan ponselnya dengan mengetuk-ngetuk ke bangkunya.

Kenapa harus begini?
Sebenarnya gue udah seneng, udah teriak bahagia karna dia udah putus. Tapi kenapa malah muncul yang lain? kenapa? Apa yang kurang dari gue? Jerit Sarah dalam hatinya. Lumayan agak lama sebenarnya, sampai ketua murid di kelasnya kembali dari ruang guru menyelesaikan urusannya.

KM itu pun langsung menghampiri Sarah dan menggernyit keheranan, ia pun menepuk pundak Sarah pelan. "Hey!"

"Ya Ampun!!" sentak Sarah sambil mengusap dadanya.

"Ngapain kamu masih disini? Piket kelas?" tanya KM itu.

"Eng-enggak kok, ini aku udah mau pulang. Mm. . Yaudah aku duluan ya, hehe bye!" ia pun beranjak bangun dari kursinya. Saat Sarah akan berdiri tangannya langsung di genggam oleh KM itu.

"Gue anter lo sampe depan gerbang, takutnya lo kenapa-napa. Udah sore soalnya." ucapnya sambil tersenyum lembut, sedangkan yang si penanggap hanya menarik satu sudut bibirnya ke atas.

"Bentar dulu donk, gue ambil tas dulu." tambahnya lagi, lalu si km itu langsung pergi menjauh menuju bangku dan mengambil tasnya sendiri. "Kuy!" dan Sarah menganggukkan kepalanya.

Mereka pun mulai keluar dari kelas dan berjalan dengan posisi Sarah berada di depan KM.

Setelah beberapa langkah menjauh dari anak tangga dari atas, Sarah pun memulai obrolan. "Lo kenapa gak di samping gue aja? Di belakang kek bodyguard tau!" ucapnya kesal, sedangkan orang yang di tuju melepaskan headsetnya satu dan mematikan hpnya lalu ia masukkan ke dalam saku celananya. Reaksinya cuman tersenyum mengerti dan menjawab mantab sambil melihatnya seolah ia sedang berhadapan dengan cewek ini.

"Bukannya itu tugas ketua murid kan? Gue pun sebagai wakil dari guru berhak bertanggung jawab kalo temen sekelas gue kenapa-napa." Sarah pun terdiam mendengarnya. "Lo bisa anggep gue temen curhat kok kalo lo mau, keliatan dari tadi lo lamunin sesuatu tuh." ucapnya lagi, dan reaksi Sarah kini membuatnya berhenti berjalan juga si KM itu pun ikut berhenti.

my love, gone...? (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang