"AYAHHH!!" Aku yang masih berdiri lalu duduk dengan berlutut melihat ayah terhuyung langsung terjatuh dalam keadaan tertelungkup dan kepalanya yang menengok ke arah kanan, juga dengan mata yang masih terbuka, seperti sudah tidak ada harapan lagi untuk membuat ayah berdiri. dan darah yang terus mengalir deras darinya, ayah..
§ § § §
'Ya Tuhan, berilah aku keajaiban! Tolonglah aku, di saat yang seperti ini. Hiks... '
Aku terus terisak di dalam hati, berharap ini semua mimpi terburuk. Hanya sekali!
"ayah... bangunlah! ayah..ayah.. buka matamu. Kumohon berdiri sekarang!" Merasa sia-sia terus mengguncang-guncangkan tubuh kaku itu, tetap tidak ada respon darinya. Hingga aku pun tertarik untuk menatap lurus ke depan, dan ternyata....
TRAANG!!
GLUNDUNG!
Ibu tiriku baru saja melemparkan pipa besi yang sedikit teroles darah kental yang begitu pekat dari kepala ayahku. Dan dia mengarahkan pipa itu ke arah kepalaku dan berakhir menabrak tembok dari ubin putih. Cukup susah sekali menelan saliva, dan aku masih tidak mau berpaling menatap dari tempat jatuhnya pipa besi tadi. Dan sebagian aku sedikit merasa lega, karna jika aku tidak menunduk mungkin kepalaku sudah menjadi puing puing berserakan dari retaknya tulang tengkorakku.
"hey anak kecil!"
Aku pun segera mendongakkan kepalaku ke depan dan melihat ke arah ibu tiriku. Dengan terlukis pada wajahnya menunjukkan 'kasihan' padaku. Di saat dia akan berjalan ke arahku, aku langsung mengambil kesempatan untuk kabur dari rumah.
Dan kuharap ada yang mau menolongku nanti.
Dan dia mengejarku dengan jalan santai juga seringai miring yang dia ukir untuk membuatku takut. Dan dia juga mengambil pipa besi itu dengan cara menyeretnya.
Suara pipa besi yang di seret-seret membuat setiap langkahku di penuhi oleh debaran jantung yang tidak karuan. Aku cemas. Ketakutan. Mungkin keringat ini sudah membasahi seluruh pakaianku. Layaknya orang yang tercebur ke kolam.
Aku menggeleng keras, menghilangkan pikiran buruk yang akan terjadi kedepannya. Aku yakin di sini pasti ada keajaiban datang yang akan mengejutkan sekaligus menyelamatkanku. Kuharapkan itu.
Saat aku sudah berada di halaman rumah dan hampir menuju gerbang aku segera menuju ke tempat pos satpam, alangkah terkejutnya aku saat melihat beberapa peluru bersarang di bagian pelipis kirinya. Dan aku yakin peluru pasti tidak satu! tapi puluhan. Dan tatapannya yang tercetak seperti orang yang terkejut dengan mata sepenuhnya terbuka dan mulut pun terbuka, tapi aku tak peduli itu. Aku harus mengajaknya ke tempat yang aman dari sini. segera kuguncangkan tubuh pak satpam yang sedang di sandarkan sebelah pintu ruang keamanan itu
"pak, ayo bangun pak satpam, Pak"
Tidak ada reaksi apa-apa dari pak satpam. Aku hanya bisa menangis sambil terus kuguncangkan bahunya. Hingga guncangan dari tanganku memelan. Apakah aku ini kurang mengerti soal orang yang tak hidup lagi atau.. aku sedang di landa ketakutan hingga pikiranku membuatku tak lama lagi akan-seperti-ini?
"Hey kau, siapa disana?!" Teriak seorang pria, aku pun langsung menengok ke arah kiri dan melihat seorang pria kekar tanpa rambut dengan tangan kiri yang menunjuk ke arahku dan sebelah tangannya yang membawa karung goni. Tanpa banyak berpikir lagi aku langsung keluar dari pintu gerbang yang terbuka itu. Dan lari terbirit-birit meski tak tau arah. Karna menurutku hal kabur yang pantas untuk melarikan diri dari rumah adalah menuju tempat ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
my love, gone...? (selesai)
Novela Juvenil🔉Ini adalah cerita yang panjang (novel tapi gak diterbitin - _-) Cinta terlarang sang adik kepada kakaknya sendiri. Meski mereka hanyalah sodara angkat, bagaimana jika kakaknya sendiri telah menganggapnya sebagai sodara sedarah? Bukankah itu hal y...