15. Lotus Yang Mati

36 10 0
                                    

Indah yang berkesan
Namun perih dengan waktu yang tercuat tak tahan dengan beban yang menimpuknya.

Dia yang terkubur dengan segala bising yang memutarinya.

✴✴✴

Satu bulan dua minggu kemudian..

Dengan tampilan kusut, pemuda itu menutup kembali pintu kamarnya.

Dengan berjalan gontai ia melepas kemeja hitamnya dan saat mendekati ranjangnya kakinya telah tertusuk secercah kaca yang agak kecil.

Ia pun melihat ke bawah bermaksud untuk mencabutnya, setelah mencabutnya, ia melirik ke sebelah kakinya dan menemukan figura. Didalamnya ada gadis yang tengah tersenyum tanpa khawatir akan kejamnya dunia hingga akhir hayatnya.

"Lo gak cocok senyum kayak gini, Sar.." lirihnya yang berubah menjadi sendu, "lo gak seharusnya terlahir di dunia, Sar.. Kalo ujung-ujungnya bikin gue menyesal.." tak sadar ia pun menjatuhkan figura berbingkai itu hingga jatuh ke lantai, serpihan kaca pun mulai menusuk kembali pada tubuhnya.

"Dan lo seharusnya bener-bener gak ada di kehidupan gue." Danny pun cegukkan tak tahan dengan tangis yang ia tahan semenjak di pemakaman.

"Ini salah gue.. astaga!!" ia pun mengerjapkan matanya beberapa kali, "seharusnya gue emang gak menerima sodara adopsi yang rela berkorban demi gua!" ia pun melihat ke arah jendela yang terlihat cerah tanpa ikut bersedih atas berita duka keluarganya Freddem.

"LO GAK SEHARUSNYA MATI SARAH! Lo gak seharusnya mati.." tangisnya pun pecah, ia pun mulai jatuh dengan lutut yang mencium lantai namun terhalang pula oleh serpihan kaca yang runcing. "Gue sayang sama lo.. Tapi gue gak ngerti perasaan gue gimana ke elo. gue menyesal." cicitnya yang terdengar seluruh di keheningan kamarnya itu.

"apa gue harus nyusul lo juga buat nebus kesalahan gue yang udah selalu memberi lo harapan palsu?!" ia pun mengangkat wajahnya yang otomatis ia melihat cermin di depannya itu. Bagai mayat hidup berhati mati ia menemukan ide yang salah.
"Kalo lo yang gak nerima keputusan gue, gue yang akan mematahkan itu."

Danny pun berjalan menuju pintu kamarnya, saat dibuka seorang bertopeng pun langsung membekap mulut Danny dengan kain. Tentu Danny melawannya namun orang yang sedikit sejajar dengan dagunya itu memiliki kekuatan yang lebih besar hingga saat Danny mengambil napas untuk kekuatannya, ia tak sadarkan diri.

✴✴✴

Seorang gadis yang duduk di pinggir ranjang, menatap pemuda yang sedang tak sadarkan diri dengan perasaan iba.

"Lo pasti menderita banget kan Dan?"

Hening

"Sampai kapanpun rasa gue ke elo pun gak bakal lo tau sebesar kuku jari pun." ia pun memainkan kaki-kakinya yang tak menyentuh lantai, "karna sebenernya Sarah itu-" ia pun terhenyak ketika sebuah memori ia dengan Sarah berbagi rahasia.

"Gue gak bisa kasih tau elo. Yang jelas, gue ngasih nih hadiah buat lo dari Sarah. Selamat ulang tahun dan mengurangi umur, Danny. Semoga elo makin peka, kata dia." ia pun memberikan flashdisk berwarna hitam yang sebenarnya itu adalah flashdisk dirinya-Danny ke tangannya dan ia mengepalkan jari-jemari Danny agar ia memegang nya.

"Gue harus cabut.. Gue belom ziarah makam Sarah. Gue tau lo belom kesana juga jadi gue ngawasin elo." ujar Bella yang langsung berdiri dan dengan cepat ia meninggalkan rumahnya itu yang hanya dihuni Danny seorang karna yang lain belum pulang.

✴✴✴

Kini sudah jam dua sore dan matahari pun mulai menerangi wajah tenang Danny yang menerobos melalui jendela kacanya. otomatis ia pun terbangun dan merasakan sakit dibagian leher belakangnya, lantas ia pun memijat-mijat daerah tengkuknya itu. Setelah ia mengingat sesuatu barulah matanya dibuka lebar, dan pada saat ia turun dari ranjang dan mulai melangkah sebuah flashdisk terjatuh dan dia pun melirik hal yang janggal.

my love, gone...? (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang