23:00
Sebentar lagi acara yang paling ditunggu akan dimulai, Fireworks. Dan kami semua sedang menuju ke halaman gedung untuk melihatnya.
Setelah pengumuman king and queen tadi, gue sama Calum lebih banyak diam. Tapi, tangan Calum masih setia untuk menggenggam tangan gue.
dia gatau aja jantung gue lagi muterin lagu all time low.
"Aww—"
Mantap mamah, kaki gue lecet. Pakai berdarah lagi.
Gue ngeliat wajah Calum. Wajahnya menunjukan ekspresi khawatir membentuk garis tipis di bibir gue.
Harusnya gue sedih kaki gue lecet, tapi engga. Gue seneng, karena gue bisa ngeliat Calum yang peduli sama gue.
"Aduh ca, kok bisa lecet sih, gak cocok lo jadi cewek,"
Dia berjongkok untuk melihat kaki gue dan melepaskan high heels yang gue pakai lalu tanpa seizin gue, dia menggendong gue ala bridal style.
"TURUNIN GUE GAK! CALUM TAI TURUNIN GUE WOY!"
Gak ngaruh,
"CALUM WOY ANJIR! DILIATIN ORANG INI BEGO!"
masih gak ngaruh.
Akhirnya gue pasrah, gue diem sampai Calum nurunin gue.
"Apaansi lo pakai gendong-gendong. Diliatin orang tadi, kan gue malu."
Setelah itu gue liat dia membuka sepatu pantofel yang dia pakai dan dia jongkok lalu meletakkan sepatunya didepan kaki gue.
"Pakai." Ucapnya lembut masih dengan posisi yang sama.
"Gak, kalau gue pakai lo pakai apa Calum pinter." Dia mengadah untuk menatap gue.
"Bukannya tadi gue udah bilang? Gue bakal selalu ngelindungin lo walau gue harus berkorban."
Pipi gue panas, gue yakin sekarang udah memerah. Dengan susah gue menelan ludah karena tingkah Calum hari ini yang gak gue ngerti sama sekali.
"Jadi, pakai sepatu gue ya ca?" Dengan perlahan gue mengangguk dan memakai sepatunya Calum.
Buset, sepatunya besar sekylie
Gue tersenyum lalu menatap Calum lembut. "Makasih ya Cal." Dia mengangguk sambil senyum lebar.
23.55
Saat gue lagi sibuk mengamati bintang, sebuah tangan merangkul pinggang gue lalu menarik tubuh gue kedalam dekapannya, Calum.
Gue menoleh kearah dia yang ternyata lagi menatap gue.
Gue menyerngitkan dahi bingung.
"Ca," Panggilnya sambil mengubah posisinya menjadi menghadap gue.
"Ya?"
"Jadi gimana?"
Mulai deh nih Calum ngawur,
"Gimana apa sih Cal?"
"Lo mau gak jadi prioritas gue? Orang yang akan selalu gue lindungin, yang akan selalu ada dalam seneng susahnya gue, yang selalu ada kalau gue lagi butuh, dan yang selalu jadi segalanya buat gue,"
Gue kaget, refleks gue mundur satu langkah menjauhi Calum.
"Marsha Neela, lo mau gak jadi pacar gue?" Air mata gue jatuh, jantung gue berdegup kencang lebih dari biasanya.
"Tapi Cal, maaf gue gak bisa,"
Air muka Calum berubah, senyum yang tadinya mengembang sekarang tersisa wajah shock disertai senyum tipis, sangat tipis dan mungkin tidak bisa dikatakan sebuah senyuman.
"Iya ca, gapap—"
"Gak bisa nolak maksudnya Cal."
"Caca tai! Gue udah kaget tadi gue kira lo nolak gue!" Muka Calum berubah, jadi Hulk.
Bercanda.
Mukanya berubah jadi merah, sambil memajukan bibirnya.
Gue ketawa ngakak sambil menghapus air mata, terus meluk Calum yang masih kesal. Dia ngebalas pelukan gue.
Gue bisa merasakan nafasnya menerpa leher gue. Bikin bulu kuduk gue tegak seketika.
Ketika gue sama Calum lagi pelukan, suara kembang api terdengar membuat kami melepaskan pelukan lalu melihat ke langit yang sedang dihiasi kembang api.
"Cantik," Ucap Calum, gue mengangguk tanpa melihat kearahnya.
"Iya Cal, cantik ya. Apalagi yang warna pelangi itu." Ucap gue masih melihat ke atas.
"Gak Ca, gue bilangin lo," Gue menoleh sambil menyerngitkan dahi bingung.
"Lo cantik."
the end.
ini beneran end kok, q tau ini sangat membosankan, maapkan ya wankawan.
tengkyu semua yang udah mau baca, ku syang kalian smwah!lots of love 💗 ,
nabila
KAMU SEDANG MEMBACA
Prom Night; cth
Short Storycalum namanya, gak romantis, gak peka, gak ada roti sobeknya, usil, ngeselin, tapi selalu bisa bikin gue bahagia. copyright © 2018 by kangpermen