Part 17

437 66 31
                                    

DISTANCE



-TUJUHBELAS-




===







Dengan alat bantu pernafasan, kini Woohyun terbaring begitu lemah. Dengan infuse yang setiap harinya di ganti. Alat medis yang menempel dengan berbagai macam di tubuhnya. Mungkin itu adalah salah satu penopang hidup dan mati Woohyun agar sedikit di perlambat.


Taecyeon menatap Woohyun dengan nafas berat yang sudah berapa kali ia hembuskan.

“Kamu harus bertahan, di sana kakak kamu juga berjuang demi kamu. Kamu namja terkuat yang pernah aku lihat, kamu harus sadar. Aku akan menjadi dokter yang gagal kalau kamu tidak bisa sembuh.” Ucap Taecyeon lirih.


Detak jantung Woohyun terlihat sangat damai saat ini, berbeda dengan orang orang yang berada di sekitarnya. Mereka terlihat tegang dan harap harap cemas.


“Bagaimana keadaan Woohyun dokter? Apa kondisinya masih sama?”  Jiae terlihat begitu rajin menanyakan hal ini pada Taecyeon.

Taecyeon langsung tersadar dari lamunannya, ia segera menatap Jiae yang entah kapan sudah berada di sampingnya. Ia hanya mampu menggeleng pelan, Woohyun juga belum sadar. Apa sesungguhnya yang membuat namja itu betah dan tidak ingin terbangun dari mimpi indahnya.



“Jangan paksa dia untuk mengikuti lomba itu, apapun yang terjadi kesehatan Woohyun di atas segalanya” Ucap Taecyeon sebelum berlalu pergi.


Jiae mengumpat berbagai macam umpatan melihat sikap dingin Taecyeon padanya akhir-akhir ini. Tapi jika bersama Woohyun, ia jauh lebih terlihat tampan dengan sifat ramah dan lembutnya. Dasar dokter labil, gumam Jiae menatap punggung Taecyeon dari kejauhan.


Jiae kini beralih menatap Woohyun yang setia menutup matanya, ia terlihat sangat tampan dan manis saat ini. Jika setiap hari ia selalu memangdang wajah bodoh Woohyun dengan senang hati. Kini Jiae hanya bisa berharap jika suatu saat ia bisa melihat wajah bodoh itu lagi.

“ Nappeun namja, kau bilang kau kuat? Tapi kenyataanya, kau tidak kunjung bangun. Jebal...  Ireona Woohyun ah, apapun mimpi mu, seindah apapun mimpi mu. Kau harus bangun Woohyun, Kau tidak ingin ku caci lagi kan? Jebal Woohyun ah..  Bangun... Kau akan di gantikan dengan Mijoo jika kau tidak bangun. Apa kau mau? Ingat perjuangan mu Woohyun. Jebal, Ireona Woohyun ah..hikks”



Jiae lagi - lagi hanya bisa menangis dan berharap jika sahabatnya itu bisa bangun dan tersenyum kembali. Terkadang diri nya sendiri sangat takut saat ia melihat matanya sendiri tertutup dan terbuka kembali. Ia takut jika matanya tidak bisa terbuka lagi seperti Woohyun.

Jiae memeluk erat tubuh Woohyun dari samping. Ia menangis terseduh- seduh di sana.

Membuat Sungjong tidak kuat menahan tangis di ambang pintu. Ia tidak sendiri, di sana ada Sunggyu. Mata Sunggyu juga terlihat sedikit berkaca - kaca. Ia benar - benar sangat ingin menguatkan namja yang terbaring lemah itu, tapi waktu memaksanya untuk menjauh. Sunggyu benar - benar menyesal saat ini, seharusnya ia selalu ada untuk namja itu. Selalu berada di sisinya untuk menguatkannya.


Keadaan yang sudah malam, memaksakan Jiae dan Sungjong harus pulang. Dan kembali besok siang setelah pulang sekolah. Suster penjaga sudah terlihat stand by di depan pintu. Namun Sunggyu, ia segera bersembunyi dan sudah berusaha bekerja sama dengan Sungjong agar tidak berbicara macam - macam dengan Jiae.


Setelah semuanya beres, Sunggyu bisa masuk dengan leluasa dan tenang. Ia member isyarat agar suster tersebut keluar agar ia bisa leluasa menjaga Woohyun.

“Saya keluarganya sus, jangan khawatir. Dan tolong jangan bilang siapa - siapa kalo saya ada di sini” Ucap Sunggyu, dan mendapat anggukan ramah dari suster tersebut.

Sunggyu menghela nafasnya pelan, ia tersenyum kecil melihat Woohyun tertidur dengan nyenyaknya saat ini. Ia jadi teringat, saat ia selalu tertidur di pangkuan Woohyun. Dan jemari lembut Woohyun yang selalu menyentuh rambutnya dengan lembut. Bahkan selalu menjadi kecanduan jika tidak menyentuhnya sehari saja, Apa Woohyun sudah terbiasa untuk tidak menyentuh rambutnya?

“Haii, mianhe Hyun ah,  Aku menghilang begitu saja dari kehidupanmu Hyun. Aku menyesal sudah meninggalin mu. Ternyata aku salah memandang Mijoo selama ini, ternyata hanya kau yang bisa mengerti ku. Yang bisa mengalah jika kita sedang bertengkar. Aku merindukan panggilan - panggilan aneh dari mu, minion, hamster, sipit, gila, apa kau tidak ingin memanggil ku dengan sebutan itu lagi?” Ucap Sunggyu lirih.


Sunggyu menggenggam erat tangan Woohyun, ia terlihat sesekali menciumi tangan pucat itu. Seperti yang dulu ia lakukan, Sunggyu menatap wajah Woohyun dengan lekat. Ia melihat air mata tengah menetes di sana. Ternyata Woohyun bisa mendengarnya, meskipun alam bawah sadarnya tengah membawanya pergi entah kenapa.

“Aku yakin kau medengerkan ku kan, aku minta maaf .. hikss. Aku sudah lalai, aku laki laki terbodoh yang sudah membuat mu menangis waktu itu. Aku janji, setelah kau sadar. Aku akan membahagiakan mu lagi. Akan selalu ada untuk mu, kumohon... bangunlah hyunnie... Jangan membuat ku frustasi Woohyun ah” Erang Sunggyu dalam tangisnya. Ia sedikit terisak saat mengingat beberapa kenangannya bersama Woohyun. Itu terlalu indah~


Sunggyu yang masih terisak kini tidak sadar dengan mata itu, mata yang terbuka dengan indah. Mata yang terlihat sedikit sendu dan berair di sana. Dengan perlahan tangan pemilik mata itu terangkat untuk mengusap rambut lebat berwarna caramel itu. Ia merindukan rambut itu. Sangat merindukannya. Ia tidak munafik, ia mengakui jika perasaannya masih setia mengabdi pada Sunggyu.

“U-ul...ji...ma..ra.. ”

Sunggyu terdiam, ia mendeongakkan kepalanya dengan cepat menatap Woohyun dengan tatapan tidak percaya. Woohyun hanya tersenyum kecil menatap kepanikan Sunggyu saat ini. Seperti maling yang sedang di pergoki mencuri. Woohyun terkekeh kecil melihat Sunggyu sedikit berteriak memanggil dokter.

“Ka..u..ke..na..pa..”

Sunggyu kembali duduk dan menatap Woohyun dengan tidak percaya.

Woohyun tersenyum menatap Sunggyu, ia menggeleng kecil. Agar ia bisa kembali duduk dengan tenang.

Sunggyu kini tersenyum histeris saat melihat Woohyun mengedipkan matanya untuk menghindari air matanya agar tidak jatuh. Ia kembali memeluk Woohyun dari sebelah, ia sangat senang melihat mata itu kembali manatapnya.

“nan...gwaen..cha..na.. ”

Sunggyu menggeleng lirih, ia menatap Woohyun dengan sedikit sendu. Jika kalian tau bagaimana wajah Sunggyu saat ini. Pasti kalian akan bilang jika ia terlihat sangat payah. Menangis di saat seseorang itu kesakitan, dan tersenyum saat ia sehat. Sungguh, itu bukan niat Sunggyu. Ia hanya diam untuk menghindari berbagai macam fitnah jika ia berkata sesuatu.

“Kau kenapa - napa Hyun, Mianhe, aku baru bisa datang sekarang. Kau harus sembuh? Kau harus bisa melawan mereka. Bogoshippeo Hyunnie,  Aku rindu sifat jail mu, rindu sifat ketus mu, sifat pendiam mu selama di sekolah?” Ucap Sunggyu lirih.

“Ka..u..ta..u?”

“SEMUANYA” Ucap Sunggyu penuh penekaan.



To Be Continue



Gimana kalau GyuWoo bersatu?

DISTANCE [√ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang