01

4.8K 425 6
                                    

JISOO POV

Aku membencinya.

Aku sungguh-sungguh membencinya.

12 tahun sudah berlalu sejak kejadian itu, tapi entah mengapa rasa marah dan kesalku masih saja terus ada jika mengingatnya. Mungkin orang pikir aku sudah gila jika mendengar ceritaku.

Maksudku, cerita kenapa aku membenci pria itu. Bahkan para sahabatku selalu menertawakanku dan berkata bahwa rasa benciku hanya sebuah dendam konyol layaknya cinta monyet.

"Kau tidak bercanda kan, eonni? Itu sudah 13 tahun yang lalu. Lagipula saat itu kau masih di sekolah dasar hahaha", Lisa menertawaiku.

"HAHAHA you're so naive", timpal Rose.

Bahkan para teman dekatku berpikir ini adalah hal yang konyol. Baiklah. Mungkin memang ini terdengar sedikit konyol, aku bahkan sudah hampir tidak mengingatnya kalau saja dia tidak mengajakku berbicara kemarin.

***

16 Januari 2019

Aku menunjukkan wajah tidak mood ku sepanjang perjalanan menuju airport

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menunjukkan wajah tidak mood ku sepanjang perjalanan menuju airport. Aku benci penerbangan pagi. Bayangkan saja, kami  baru saja menyelesaikan dekorasi pernikahan untuk klien pukul 3 dini hari, dan jam masih menunjukkan pukul 7 pagi saat salah satu asistenku mengetuk pintu kamar dan mengatakan bahwa penerbanganku ke Jepang yang awalnya dijadwalkan pukul 4 sore berubah menjadi pukul 10 pagi. Ini benar-benar gila.

Aku masih berada di Korea karena hanya aku yang memiliki tanggung jawab penuh untuk mengaudit keseluruhan dekorasi pernikahan klien kami. Para sahabat yang juga bekerja denganku, Lisa dan Rose, mereka semua sudah berangkat ke Jepang kemarin siang.

Penyebab kekesalanku tidak berhenti disitu saja. Entah karena apa airport hari ini sangat penuh oleh kerumunan para fans. Kurasa biasanya airport tidak sepadat ini. Mobil kami bahkan tidak bisa berhenti di tempat drop off karena para fans itu berdiri memenuhi jalan tersebut hingga ke pintu masuk.

Oleh karena itu, supir terpaksa memarkirkan van di tempat parkir yang letaknya cukup jauh. Dengan terpaksa, dalam keadaan sangat mengantuk aku berjalan dengan raut muka yang aku yakin sangat amat tidak sedap dipandang. Aku sedang tidak dalam keadaan ingin tersenyum, aku sungguh sedang tidak mood pagi ini.

Salah satu asisten pria berusaha membukakan jalan agar aku dan satu asistenku yang lain bisa masuk ke dalam. Aku tetap menundukkan wajahku dan menghindari tatapan beberapa orang saat aku tak sengaja melihat seorang fans menjatuhkan bannernya. Aku menunduk dan mengambil banner itu.

Tidak sengaja aku membacanya sekilas.

Banner itu tertulis sebuah nama boygroup. SUPER JUNIOR.

Aku menyerahkan banner tersebut ke pemiliknya. Gadis itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih padaku. Aku mencoba untuk bersikap biasa saja. Aku mengacungkan jempolku pada gadis itu. Ah, pantas saja airport jadi begitu ramai.

Kami menuju waiting room saat waktu menunjukkan pukul 9 kurang 15 menit. Karena bosan menunggu, aku berkata pada asistenku bahwa aku akan berkeliling sebentar. Ia menegaskan bahwa aku tidak boleh pergi terlalu jauh dan terlalu lama karena setidaknya 45 menit lagi kami harus sudah berada di dalam pesawat. Dengan malas aku mengangguk menandakan bahwa aku mengerti.

Aku memasuki sebuah kedai kopi terkenal untuk membeli Americano. Setelah selesai membeli, aku berencana kembali ke waiting room saat seseorang menepuk pundakku. Reflek, aku membalikkan badanku dan mencoba melihat siapa orang yang menepuknya. Betapa terkejutnya aku saat membalikkan badan dan mengetahui bahwa dialah orangnya.

"Hai Chikin Chikin Chichu, lama tidak berjumpa", sapanya sembari tersenyum padaku.

***

Undeniable ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang