12

1.4K 224 9
                                    

TAEYONG POV

Sudah hampir dua minggu sejak kejadian kala itu, aku tidak bertemu dengan gadis cantikku lagi, Kim Jisoo.

Ayahnya tetap datang ke rumah sakit untuk melakukan pengobatan atau sekedar check-up, tapi dia tidak pernah ada.

Selalu ibu atau adik laki-lakinya yang yah-- mulai sedikit mencurigaiku, yang menemani ayahnya.

Aku pernah bertanya sekali pada Doyoung, adik Jisoo, kemana nunanya.
Tapi dia menatapku sinis dan berkata, "Untuk apa kau menanyakannya?".

Sejak saat itu aku berhenti menanyakan padanya tentang dimana Jisoo, dan apa kabarnya gadis itu.
Ya, meskipun aku setengah mati ingin.

Aku hampir gila selama dua minggu ini.
Jisoo tidak menjawab panggilan telfonku dan membalas pesanku, aku juga tidak bisa mengiriminya chat karena aku tau dia memblokir kakaoku.

Aku tidak menyalahkannya.
Memang akulah yang bodoh disini.

Aku rela mencarinya selama 7 tahun,
Berusaha dengan mati-matian untuk menjadi dokter agar pantas di matanya,
Dan juga rela meninggalkan ibuku di Busan dan bekerja di Seoul untuk semakin dekat dengannya.

Tapi apa yang kulakukan setelah Tuhan mempertemukan aku dengan gadis itu?
Hanya menyakitinya.

Aku tau, aku bukanlah orang yang pandai mengungkapkan perasaanku..
Tapi, kali ini aku benar-benar sangat sangat sangat bodoh.
Bahkan Yuta yang bodoh saja mengataiku bodoh.
Ah Lee Taeyong... Mengapa begini...

Dia satu-satunya gadis baik hati yang kucintai sepanjang hidupku.
Jisoo.. Kim Jisoo yang cantik dan pintar..
Kumohon maafkan aku..

FLASHBACK

Aku laki-laki berumur 10 tahun yang usil dan disegani oleh seluruh murid sekolah dasar, yang memiliki tampang dingin sehingga ditakuti semua murid, menangis tersedu-sedu kala itu di belakang gudang sekolah.

Aku mendapat kabar bahwa ayah dan ibuku akan bercerai.
Ya, mereka akan pisah.
Aku sering melihat mereka bertengkar, tapi aku tak tahu bahwa akan begini akhirnya.

Aku yang masih kecil berpikir bahwa hidupku sempurna.
Memiliki banyak teman, wajah yang tampan, uang yang banyak, dan keluarga yang utuh.
Tapi perceraian orang tuaku benar-benar membuatku hancur.

"Ini ambil sapu tanganku", ujar gadis manis yang berdiri di hadapanku.
Aku menangis tersedu-sedu kala jam istirahat waktu itu.

"Untuk apa? Aku tidak menangis!", jawabku karena malu terpergok menangis di hadapan seorang gadis. Apalagi dia sangat cantik.

"Aku tidak berkata sapu tangan ini untukmu membersihkan air mata", ujarnya tersenyum jahil.
Kemudian kulihat gadis itu duduk di sebelahku.

"Aku tidak tahu kenapa kau menangis. Tapi.. Kata ibuku, setiap manusia pasti pernah merasa sedih. Dan menangis bisa membuatmu lega. Jadi kau tak perlu malu akan hal itu", tambah gadis itu dengan tersenyum lembut.

Perkataannya menyadarkanku bahwa ya, setiap manusia bisa merasakan senang sedih dan itu adalah hal yang wajar.
Aku tersenyum pada gadis itu.

"Apa kau mau sandwich?", tanyaku menawarkan bekal yang sangat bosan sekali untuk kumakan.

"Wah sandwich strawberry! Aku sangat suka strawberry, terima kasih Taeyong!", jawabnya dengan gembira dan tersenyum riang.

"Bagaimana kau tau namaku?", tanyaku heran.

"Seluruh siswa di sekolah ini tentu tahu murid nakal bernama Lee Taeyong", ujarnya malu-malu dengan sedikit rona merah di pipinya.

"Siapa namamu?"

"Aku Jisoo. Kim Jisoo dari kelas 4-2"

Hatiku berdetak dengan cepat sejak saat itu setiap melihatnya.
Sejak saat itu pula aku jadi semangat bersekolah hanya untuk bertemu dengannya saat istirahat dan pulang.

Aku menyukainya.
Ya aku menyukai Kim Jisoo.
Jisoo yang cantik, Jisoo yang baik, Jisoo yang pintar.

Aku sangat senang bisa sekelas dengannya di kelas 5 dan 6.
Aku selalu melakukan hal-hal konyol hanya untuk mendapat perhatiannya, tapi dia tidak mempedulikanku.

Aku yang masih tidak paham bagaimana harus bersikap di hadapan gadis yang kusuka, akhirnya hanya bisa menggodanya habis-habisan untuk mendapat perhatiannya.

"Kalau sudah dewasa aku ingin menikah dengan seorang dokter", tidak sengaja kudengar Jisoo berkata malu-malu ke teman sebangkunya, Seulgi.

Sampai pada kelulusan sekolah dasar,
Aku ingin berkata bahwa aku menyukainya.

Tapi sialnya, ibu membawaku ke Busan untuk tinggal dengannya di rumah nenek.
Sejak saat itu, aku berpisah dari gadis itu.
Aku bertekad suatu saat aku akan datang menemuinya.

FLASHBACK END

Ingatan masa kecilku akan Jisoo membuatku berpikir bahwa aku tidak boleh menyerah.
Ya, Aku tidak boleh menyerah.

Setelah semua perjuanganku selama ini,
Aku tidak akan menyerah.
Aku harus menemui Jisoo dan memohon maafnya.

***

Undeniable ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang