06

1.8K 300 4
                                    

Aku terengah-engah di koridor serba putih ini. Bau obat-obatan terus menyerang indera penciumanku. Aku berlari dengan mata sembab akibat menangis tanpa henti sejak di kantor tadi. Aku seketika panik dan tidak bisa berpikir saat menerima panggilan dari eomma.

"Jisoo-ya, appamu... appamu pingsan"

Aku terdiam saat melihat Doyoung, adik laki-lakiku, memeluk eomma yang menangis di pundaknya. Ada apa? Apa ini?

"Doyoung-ah, ada apa? Kenapa dengan appa?"

"Aku tidak tahu. Eomma hanya berkata padaku bahwa appa pingsan, tapi eomma tidak mengatakan penyebabnya...."

Dokter keluar dari ruangan dengan wajah lesu. Aku menghampirinya takut-takut. Dokter memintaku untuk ikut dengannya ke ruangannya.

***

"Pasien memiliki riwayat penyakit jantung. Kurasa penyakit ini sudah lama. Hal ini terjadi karena pasien tidak menjalani treatment sesuai prosedur."

Penyakit jantung?

"Maaf dok.. tapi kami sekeluarga tidak tahu kalau appa memiliki riwayat penyakit jantung"

"Benarkah?? Kalau begitu. Kau bisa berdiskusi dengan pasien juga keluargamu terlebih dahulu karena kami tidak bisa melakukan penanganan lebih lanjut tanpa persetujuan kedua belah pihak. Kalau sudah mencapai kesepakatan, kau bisa mendatangiku lagi untuk penjelasan treatment yang akan kami lakukan"

***

Aku berjalan menghampiri eomma dan menjelaskan semuanya.

"Appa sudah menyembunyikan penyakitnya selama ini...... eomma, bagaimana bisa kita tidak mengetahuinya?"

Aku menangis dengan keras.

Aku lebih mengutamakan pekerjaanku dan memilih tinggal di apartement dekat kantor. Doyoung sedang fokus dengan persiapan ujiannya karena dia di tingkat tiga sekolah menengah atas. Eomma... eomma sibuk mengurus butiknya.

Kami semua, kami semua terlalu sibuk mengurus urusan kami sendiri hingga kurang memperhatikan appa. Appaku yang sangat ramah dan baik hati, appaku yang selalu tersenyum itu sedang sakit. Tapi ia memilih merahasiakannya karena tidak mau membuat kami semua cemas.

Aku terduduk lemas di lantai koridor sambil menangis. Aku akan menjagamu appa, aku janji...

***

"Selamat siang, Tn. Kim. Senang melihat anda sudah pulih dengan cepat", ujar dokter Han yang menangani appa.

"Ne. Terima kasih atas bantuannya dokter", jawab appa sembari tersenyum lebar.

Aku dan eomma duduk menemani appa sepanjang hari. Doyoung juga selalu datang setelah dia pulang dari bimbingan. Kami semua, kami semua menjaga appa dengan cukup baik. Kami tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali.

"Ah, nanti sore akan aku kenalkan dengan dokter handal yang akan menghandle treatment yang akan dijalani oleh Tn.Kim", ujar dokter Han masih dengan raut wajah ramahnya.

"Apa? Jadi bukan dokter yang akan menangani appa?", aku bertanya dengan panik.

"Tenang Jisoo-ssi. Dokter ini adalah murid andalanku di universitas dulu saat di Amerika. Dia adalah mahasiswa terpandai di bidang jantung yang pernah aku temui. Aku bisa menjamin itu. Aku memintanya untuk menjaga ayahmu dengan baik dan dia pasti akan melakukannya."

"Kenapa bukan dokter Han saja?"

"Aku adalah ketua tim bedah di rumah sakit ini, aku juga sekarang menjabat sebagai seorang professor di Universitas Seoul. Aku takut dengan kesibukanku, treatment yang akan dijalani appamu akan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu aku memberikan tugas itu pada muridku"

"Iya tidak apa-apa dok. Kami yakin dokter akan memberikan yang terbaik untuk suamiku", sahut eomma sembari mengelus lembut lengan dan rambutku.

"Percayalah pada dokter Han, sayang", bisik eomma padaku.

***

"Kau dimana? Eomma sudah di ruangan dokter Lee", eomma menelpon saat aku sedang berjalan dari minimarket. Aku sangat lapar tadi dan memututskan untuk memakan ramyun di minimarket seberang rumah sakit.

"Dokter Lee?"

"Iya. Dokter Lee Taeyong. Dia yang akan membantu dokter Han mengurus appamu."

"APAAAAA?"

"Kau ini kenapa berteriak seperti itu. Cepat. Aku dan appamu di lantai tiga di ruang perawatan."

Aku seketika berlari ke lantai 3. Lee Taeyong? Tidak, tidak. Di Korea nama Lee Taeyong tidak hanya ada satu kan? Lagipula mana mungkin si gila itu bisa jadi dokter? Saat sekolah dasar saja dia tidak pernah mendapat nilai bagus bahkan peringkat 10 besar sekalipun.

Aku tiba di depan ruangan dan menenangkan jantungku yang berdebar keras. Aku membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan dengan menundukkan kepala.

"Jisoo-ya, kau tiba juga. Beri salam pada dokter Lee."

Aku menundukkan tubuhku, memberi salam padanya.

"Kim Jisoo imnida."

"Annyeong, Jisoo. Lama tidak berjumpa."

Aku seketika berdiri tegak dan terkejut dengan mata membulat. Bagaimana bisa..... si gila itu?

"KAU LAGIII???"

***

Undeniable ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang