09

1.7K 256 19
                                    

JISOO POV

Sejak kejadian itu aku berusaha menjauh dari Taeyong.

Aku berusaha menjauh darinya, seperti dulu.

Ketika menemani appa kontrol dan terapi, aku akan berusaha sebisa mungkin tidak bertemu dia, meninggalkan appa sendirian di ruangan, kemudian kembali ketika appa selesai dengan terapinya.

Aku tidak tahu darimana Taeyong tahu nomor handphoneku.
Dia mengirimiku pesan setiap minggu untuk memberitahu perkembangan terapi appa. Aku bersyukur akan hal itu. Tapi tetap saja, aku hanya akan membaca pesannya tanpa membalas.

Entah kenapa aku bisa setega itu padanya. Aku sendiri bingung dengan apa yang aku rasakan. Entah itu marah, benci... atau malu?

Ya, aku malu.
Aku malu karena faktanya akulah yang pertama mencium Taeyong dengan membabi buta. Salahkan aku.
Karena jujur, saat itu aku berkhayal Taeyong akan menyetubuhiku dengan brutal di ruangan itu. Menjijikkan sekali kau Kim Jisoo.

Namun faktanya, dia berhenti. Dia berhenti menciumku dan menjauhkan tubuh kami berdua. Itu sangat membuatku kecewa.

Aku malu. Aku malu karena aku berkhayal tentang sesuatu yang sangat sensual dengan orang yang paling aku benci di dunia ini.

Sialnya sejak kejadian itu, setiap malam, aku tidak pernah berhenti mengingat betapa lembut bibir Taeyong yang menciumku. Aku... rindu bibir itu.

***

"Yeoboseyo?"

"Eung....yeoboseyo"

"Apa benar ini istriku?"

"Huh? maaf?"

"Ini benar istriku kan?"

"Sepertinya kau salah sambung tuan"

"Sepertinya tidak"

"...."

"Ini benar nomor Kim Jisoo kan?"

"Ya? kau benar. Tapi aku bukan Kim Jisoo istrimu tuan"

"Simpan nomorku, ini aku Taeyong"

"hhh... berhenti bermain-main denganku Lee Taeyong. Ini masih jam 4 pagi!!!"

"Aku tidak main-main kok. Aku yakin kau akan jadi istriku suatu hari nanti"

"Dasar gila!"

Begitulah percakapanku dengan si gila Taeyong seminggu yang lalu. Entah mendapat nomorku darimana, tapi kurasa semakin dewasa dia jadi semakin gila.
Dia terus menelfonku untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting dan konyol. Sudah puluhan telefonnya kuabaikan seminggu ini, tapi dia malah mengirimkan ratusan pesan yang jauh tidak penting SETIAP HARI!

***

"Kenapa namamu Kim Jisoo?"
*read*

"Kenapa namamu bukan Kim Taeyang?"
*read*

"Padahal kau adalah matahariku"
*read*

Dia tidak pernah berhenti mengirimiku pesan-pesan aneh yang membuatku geli setengah mati, padahal jelas-jelas hanya kubaca.

"Tadi di rumah sakit aku lemas. Kata perawat aku butuh suntikan vitamin c agar sehat. Tapi aku menolaknya. Kenapa harus suntik, padahal vitaminku adalah kau. Hahahahahaha"
*read*

Aku memutar mataku bosan membaca rayuan busuk Lee Taeyong. Sekarang sudah satu bulan sejak pertama dia mengirimiku pesan, tapi dia tidak menyerah juga. Aku pun tidak menyerah untuk tidak membalas satu pun pesannya, meski terkadang membaca pesan-pesan anehnya membuatku tertawa.

***

Sudah beberapa hari ini Taeyong tidak pernah menghubungiku lagi. Dia tidak pernah menelfonku di pagi buta, dia juga tidak mengirimiku pesan-pesan tidak masuk akalnya.
Harusnya aku merasa senang. Tapi kenapa aku malah menunggunya? Aku terus merasa gelisah dan jujur secara tak sadar aku menunggu kehadirannya.

Satu hari.
Dua hari.
Lima hari.
Seminggu.

Aku merindukannya. Iya, aku merindukan pria gila itu.
Kemana dia? Sedang apa? Kenapa tidak menghubungiku?

***

Aku terkejut setengah mati. Ternyata begitu. Bodoh sekali kau Kim Jisoo.
Sekali musuh, maka ia akan terus menjadi musuh. Tak perlu berharap lebih Jisoo-ya.

"Yeoboseyo?"

"Heung? Chichu, kaukah itu?"

"Hmm.. "

"..."

"Kau sedang apa?"

"Hanya berbaring. Aku sedang sakit. Kau merindukanku ya?"

"TIDAK!"

"HAHAHAHA"

"..."

Kami terdiam cukup lama sampai kudengar seseorang datang menghampiri Taeyong dan mengecupnya. Iya mengecupnya. Entah di bagian mana. Namun aku tidak salah aku mendengarnya secara jelas.

"Siapa itu sayang?"

"Temanku"

Aku memutuskan panggilanku. Aku terduduk lemas. Jadi selama ini.. dia memiliki kekasih?

***

Undeniable ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang