"Gak kemana mana di hari pertama liburan? Gak ada spesial spesialnya sama sekali." Liam menekuk wajahnya. Menopang dagunya dengan muka malas. Dari siang hingga sore ini mereka berlima tengah bersantai diruang tamu.
"Lu kira martabak apa? Pake spesial spesial segala." Celetuk Rara yang duduk diatas sofa single sambil menonton.
"Setidaknya kita mengistirahatkan otak kita." Sahut Adibha yang duduk disofa panjang dengan Vanya.
"Sinyal disini jelek, kayak Liam." Celetuk Vanya sambil memandangi ponselnya dengan nanar.
"Dih, katarak lo Van. Orang ganteng gini dibilang jelek," Ujar Liam tak terima.
"Iya ganteng, kalo diliat dari ujung kulon!" Sambar Rara.
"Wah.... ngajak berantem ni anak. Lo liat, banyak ngantri buat jadi pacar gue, tapi gue tolak itu semua karna l—" kata kata Liam tergantung. Untung otaknya cepat mengirimkan sinyal, kalau tidak, habislah dia.
"Karna?" Vanya membeo. Menantikan kata kata Liam bersama yang lain.
"Karna.... karna gue betah jadi jomblo!" Tegas Liam.
"Cih, lo selalu ngeluh kalo ada yang pacaran depan lo! Trus bilang 'kapan gue gak jomblo lagi'." Decih Tian dengan menirukan suara Liam.
"Ngenes banget idup lo Am," kata Adhiba cekikikan.
Pranggg!
Tawa mereka seketika berhenti kala mendengar kaca yang pecah dari arah dapur. Semuanya saling pandang.
"I—Itu apa?" Tanya Vanya membuka suara.
"Ntar gue liat." Tian berdiri dari duduknya dan menuju kedapur. Semuanya kembali diam. Menunggu dengan was was.
Saat Tian sudah sampai didapur, pria itu melihat sebuah gelas kaca pecah dilantai.
"Apaan Yan?" Tian sedikit kaget saat Liam menepuk singkat pundaknya. Ternyata teman temannya menyusul dirinya.
"Kok bisa pecah?" Tanya Adibha entah pada siapa. "Lo udah letak gelas di rak kan Ra?" Adibha melirik Rara karna siang ini yang mendapat jatah cuci piring bergilir.
"Udah kok." Rara mengangguk mantap.
"Ah, palingan juga kucing atau tikus." Tian berusaha berfikir positif. Ia berjalan kearah pecahan kaca dan membersihkanya dibantu Adibha.
♣️♣️♣️
Siang berganti malam. Malam ini hujan turun dengan deras disertai petir dan kilat. Setelah makan malam, semua kembali berkumpul diruang tamu dengan aktifitas masing masing. Minus Vanya.
Rara dan Tian yang sibuk dengan ponsel mereka, Adibha dengan novelnya dan Liam dengan mimpinya.
Vanya sendiri tengah mencuci piring bekas makan malam karna malam ini adalah gilirannya. Awalnya keadaan baik baik saja. Tapi tiba tiba, Vanya merasa sebuah bayangan lewat dibelakangnya. Vanya berbalik, tidak ada siapa siapa disana. Vanya bisa merasakan bulu lehernya berdiri tegak.
Vanya menepis perasaan takut yang timbul dan kembali ke pekerjaannya. Namun lagi lagi ada yang lewat dibelakangnya dengan arah yang berbeda. Vanya kembali menoleh kebelakang, kali ini dengan nafas naik turun. Tidak ada siapa siapa.
"Am, Ra, Yan, Dib, jangan becanda dong. Gak lucu tau!" Vanya sedikit berteriak. Berharap ini hanya keisengan salah satu sahabatnya. Tapi tak ada yang keluar. Suasana dapur kosong. Hanya suara hujan jatuh keatap yang mendominasi.
Vanya membuang nafas. Berharap rasa takutnya ikut terbuang. Vanya membalikan badannya, buru buru menyelesaikan pekerjaannya.
Setelah menyusun piring, gelas dan sendok pada tempatnya, Vanya mencuci tangannya di wastafel. Ketika akan berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Story
HorrorCuma macam-macam cerita horor pendek picisan yang diperankan oleh pemeran yang sama dan dengan karakter yang beragam di tiap ceritnya. Yang mau buang-buang waktunya bisa mampir. [Shoot story] Selamat membaca cerita membosankan iniヾ( ̄▽ ̄)