Mata Vanya berkedip lambat. Pelan-pelan ia melangkah mundur, melirik kembali jendela kaca panjang dikamarnya. Seingatnya tadi ia melihat seorang wanita menggunakan gaun pengantin berdiri disana. Namun ketika ia melihat kembali, ia tak melihat apa-apa disana.
Vanya mengernyit tak mengerti. Ia tak mungkin salah lihat, jelas-jelas ia melihat wanita itu berdiri disana. Vanya kemudian melangkah maju mendekati kaca itu, hendak melihat lebih jelas dan memastikan apakah penglihatannya benar atau malah sebaliknya.
Tok tok tok!
Vanya tersentak kala pintu kamarnya diketok, ia memilih meninggalkan kegiatan awalnya untuk mengecek jendela dan berjalan menuju pintu. Rara adalah orang yang ada dibalik sana.
"Ngapa?" Tanya Vanya.
"Nih ayam krispi sisa satu, lo mau kagak?" Rara menyodorkan sebuah piring kepada Vanya.
"Wah! Mau dong! Sini!" Vanya langsung antusias, membuat Rara mencibir kecil. Tidak menyangka bahwa Vanya masih sanggup memakan sesuatu setelah mencicipi semua makanan di bazaar.
"Makasi!!" Ucapnya sebelum menghempaskan pintu didepan wajah Rara.
"bangsat ni bocah." Umpat Rara. Ia kemudian berjalan menuju kamarnya. Namun saat tangannya akan menekan knop pintu, sekelebat bayangan lewat disampingnya. Membuat Rara menoleh dengan kening mengernyit.
"Van? Vanya?" Panggilnya berusaha menebak.
"Hwa? Apwaan?" Terdengar sahutan Vanya dari dalam kamarnya, Rara yakin bahwa mulut gadis itu tengah penuh. Namun Rara tak pedulikan itu, jika Vanya masih didalam kamar, lalu siapa? Atau harus disebut apa?
Tak mau ambil pusing, Rara kembali masuk kekamarnya.
***
Mata Adibha mengernyit gelisah, keningnya pun tampak berkerut dan juga badannya yang bergerak tak beraturan pertanda ia tengah mengalami mimpi buruk.
Didalam mimpinya, Adibha tengah melewati lorong gelap nan panjang disertai bisikan-bisikan lirih yang tak berhenti menyapa telinganya. Suara itu terus-menerus melirihkan kata tolong disana. Kaki Adibha terus berjalan walaupun ia ketakutan menelusuri lorong itu. Dipenghujung lorong, Adibha melihat sebuah pintu kayu yang telah usang. Tanpa diperintahkan, tangan Adibha memutar knop pintu dan membukanya.
Adibha menemukan ruangan kecil disana, berkisar 6×6 m. Disamping kanan ruangan tampak ada sebuah peti yang sudah dihiasi oleh bunga mawar putih dan hiasan khusus pengantin lainnya terbuka dengan seseorang didalamnya.
Kaki Adibha melangkah masuk mendekati peti itu, betapa terkejutnya ia melihat seorang wanita didalamnya. Wanita itu menggunakan baju pengantin berwarna putih, wajahnya dipoles sedemikian rupa dengan tangan terlipat diatas perut memegang sebuket mawar putih. Yang membuat Adibha semakin terkejut, kulit wanita itu teramat pucat dari kulit orang lain kebanyakan sehingga Adibha berspekulasi bahwa wanita itu adalah mayat.
"To–tolong...."
Kembali rintihan itu terdengar, membuat Adibha mendongak refleks kearah sudut lainnya dimana Suara itu berasal. Dan jantung Adibha seakan berhenti berdetak.
Disana ada wanita yang sama yang terbaring didalam peti, berdiri dengan gaun pengantinnya yang menyentuh lantai. Rambutnya yang panjang menutupi sedikit sisi kiri dan kanan wajahnya. Adibha merasa kelu, ia tak bisa bergerak juga berteriak.
Wanita yang tadinya menunduk itu mendongak menatap Adibha dengan wajah pucat dan pandangan yang sendu. Namun itu semua tidak berlangsung lama, detik berikutnya pupil mata wanita itu kian mengecil dan hilang meninggalkan warna putih menyeramkan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Story
HorrorCuma macam-macam cerita horor pendek picisan yang diperankan oleh pemeran yang sama dan dengan karakter yang beragam di tiap ceritnya. Yang mau buang-buang waktunya bisa mampir. [Shoot story] Selamat membaca cerita membosankan iniヾ( ̄▽ ̄)