Rara menutup kulkas setelah memasukkan kembali teko berisi air kedalamnya. Ia sengaja belum tidur karna Adibha memintanya untuk menunggu, dan kini saat kedua jarum jam hampir berada pada posisi yang sama gadis itu tak kunjung datang membuat Rara uring-uringan akibat resah, takut sesuatu terjadi pada sahabatnya itu.
Rara melangkahkan kakinya untuk keluar dari dapur dan kembali menungu Adibha diruang tamu. Akan tetapi langkahnya terhenti saat pintu kamar milik Vanya terbuka.
Yang ia herankan adalah, bagaimana bisa pintu itu terbuka sedangkan Vanya terbaring lemah didalamnya? Vanya memang sempat sadar, dan gadis itu hanya meraung seperti orang ketakutan dan mengeluh bahwa tubuhnya menggigil.
Akhirnya dengan langkah cepat Rara berjalan kesana dan kaget saat tidak melihat Vanya didalamnya.
"Van! Vanya lo dimana?!" Rara berteriak memanggil Vanya, namun tak ada jawaban. Hingga matanya tertuju kearah pintu depan yang terbuka dan Vanya yang telah berjalan jauh keluar.
"Vanya! Lo mau kemana, Van?!" Rara lalu dengan cepat mengejar Vanya.
"Van! Vanya!" Rara kehilangan jejak. Ia terus memanggil-manggil nama Vanya berharap gadis itu menyahutinya. Namun tetap tak ada sahutan.
Brakk!!
Saking paniknya, Rara bahkan tak memperhatikan jalan hingga dirinya menabrak seseoraang. Rara mendongak melihat siapa orang yang sudah ditabraknya.
"Kenapa malem-malem lo keluyuran?" Itu Liam, ia bertanya dengan nada tak suka.
"Te-temen gue hilang." Jawab Rara dengan nafas ngos-ngosan.
"Kok bisa?!"
"Gue gak tau, tadi siang dia tiba-tiba demam dan malem ini gue liat dia keluar dari rumah. Pas gue kejar, gue kehilangan jejak." Jelas Rara.
"Oke, gue bakal bantuin lo nyari temen lo." Ujar Liam yang dibalas anggukan setuju dari Rara.
Ditempat lain Reza mengernyit heran saat gadis tempo hari yang ia temui di bazaar berjalan sendiri dijalanan yang sepi. Pandangannya terlihat kosong dan ia tak mengenakan alas kaki. Reza berdecak, gadis itu sudah ia peingati agar tidak berjalan sendirian saaat malam akan tetapi kini ia keluar seakan menentang perkataan Reza.
Reza berjalan mendekat dan menarik lengan kecil gadis itu hingga berbalik kearahnya.
"Lo tuh ya! Gue kan udah bilang jangan pernah keluar malem! Cukup selesain urusan kalian di pondok itu terus pergi!" Reza membentak, namun tak ada balasan dari sang gadis. Vanya hanya menatap kosong kepadanya.
"Lo dengerin gue gak sih?!" Ucap Reza lagi, dan Vanya tetap diam. Sehingga Reza memandangnya curiga, dan benar saja, tak lama kemudian tubuh Vanya melemas dan matanya terpejam. Dengan sigap Reza menahannya agar gadis itu tak membentur aspal. Reza tambah dibuat kelabakan karna tiba-tiba suhu tubuh Vanya kian meninggi. Ia kemudian berlari menuju dimana gadis itu tinggal.
Rara dan Liam berhenti didepan pondok dengan nafas tak beraturan. Tak lama setelah itu, mobil Adibha datang. Dari dalam muncul Adibha dan Tian dengan wajah cemas bercampur bingung.
"Kok kalian ada diluar?" Tanya Adibha langsung.
"Vanya, Dibh. Tadi dia tiba-tiba keluar dan gak tau kemana." Jawab Rara dengan wajah resah.
"Loh, kok bisa?"
"Udah-udah, kalian tenang aja dulu. Kita sama-sama cari temen kalian itu, karna gue yakin dia belum jauh dari sini." Lerai Tian berusaha menenangkan.
"Kalo gitu-"
Belum sempat Adibha menyelesaikan kata-katanya, Reza datang melewati mereka berempat dengan Vanya digendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Story
HorrorCuma macam-macam cerita horor pendek picisan yang diperankan oleh pemeran yang sama dan dengan karakter yang beragam di tiap ceritnya. Yang mau buang-buang waktunya bisa mampir. [Shoot story] Selamat membaca cerita membosankan iniヾ( ̄▽ ̄)