Misteri vila tua [4]

71 11 0
                                    

"Pas gue buka, ternyata dikunci. Ya gue dobrak. Dan gue kaget, bener bener kaget. Yang gue liat, kamar dalam keadaan gelap, barang barang berantakan, bahkan kasurnya gak keurus. Bau busuk menyeruak bercampur darah. Yang gue kagetin, gue nemuin Angela yang udah tergeletak dilantai dengan darah dimana mana." Suara sang pemuda terdengar bergetar menahan tangis.

"Angela, gue nemuin banyak banget bekas cambukan dibadannya. Bahkan ada luka bakar. Rambutnya botak dan mukanya ancur babak belur. Kepalanya bocor, dikakinya banyak banget jarum kecil yang sengaja di cucukin, lehernya merah kayak bekas tali, dan telapak tangannya hampir hancur diduga akibat dipukulin pake palu."

Adibha dan Rara menutup mulut mereka dengan tangan. Air mata mereka turun dengan sendirinya. Tak bisa membayangkan kalau Vanya yang merasakannya. Tian dan Liam sama terkejutnya.

"Ibu sama kakaknya dateng dan kaget liat ada gue disana. Langsung aja gue caci maki gak terima Angela digituin. Gue ngancem bakal lapor ke warga dan polisi. Mereka paniklah, dan supaya berita tentang Angela gak nyebar dan mereka gak masuk polisi, mereka nikam gue."

"Gi-gimana bisa?" Tanya Adibha tak percaya.

"Gue disekap disebuah kamar juga. Untung keadaan gue masih baik baik aja. Gue kabur dengan bobol jendela setelah lapan jam dikamar itu. Pas gue laporin ke warga, saat itu juga gue gak sadarin diri. Pas gue sadar, gue udah ada dirumah sakit. Dan pas gue tanyain. Ibu tiri Angela masuk penjara, dan Tiara meninggal dilalap api pas gas didapur meledak. Gue udah ikhlasin Angela, tapi ternyata semuanya belum selesai. Sebulan setelahnya, ada cewek yang deketin gue secara terang terangan. Sebenernya gue risih, tapi gue cuekin. Namanya Mawar. Gak lama setelah itu, banyak kabar yang beredar kalo Mawar didatengin sama arwahnya Tiara. Dia hampir gila. Suatu hari, Mawar dibawa sama orang tuanya keluar dari desa. Tapi kayaknya Tiara Gak biarin hal itu. Mawar meninggal dijalan." Cerita pemuda itu panjang lebar.

"Jadi maksud lo, kita gak akan bisa pergi dari sini sebelum Vanya...."

"Gak! Kita pasti bisa pergi dari sini! Dan Vanya juga pasti selamat!" Tukas Rara keras. Liam yang ada dibelakangnya berusaha mengelus punggung cewe itu supaya tenang.

"Kalian terlambat, harusnya kalian udah pergi dari sini sejak awal." Kata pemuda itu datar dan tetap memperhatikan wajah Vanya.

"Sebuah kisah dongeng, huh?" Sahut Tian.

Pemuda itu terkekeh hambar, "yeah, dongeng dengan akhir yang mengenaskan."

"Dimana ayahnya? Tadi lo bilang cuma ibunya doang yang meninggal." Tanya Liam tak mengerti.

"Menurut lo, kapan waktu yang pas buat bawang merah dan ibu tirinya nyiksa bawang putih? 'Reza balik bertanya.

"Saat...... dia pergi keluar kota karna kerjaan?" Tebak Rara dan Reza mengangguk.

"Jadi lo..." Adibha menggantungkan kata katanya menatap sang pemuda dengan tatapan bertanya siapa-nama-lo?.

"Reza."

"Oke. Jadi lo, Reza. Bisa gak bantuin kita keluar dari masalah ini? Sumpah kita gak tau apa apa." Pinta Adibha.

"Gue gak tau."

"Kok gitu sih?!" Sentak Rara.

"Karna ini juga pertama kalinya buat gue!" Balas Reza tak terima.

Rara mingkem.

"Tapi setidaknya plis bantuin kita. Kita mau pulang dan juga mau Vanya selamat." Mohon Adibha.

"Tapi gue gak menjamin juga." Kata Reza. "Kalian liat sendiri kan, pas gue masuk tadi, Vanya yang dirasuki Tiara marah."

Horror Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang