"HAH!!!"
Vanya terbangun dari tidurnya. Ia terduduk, tubuhnya bergetar hebat dengan keringat dingin yang mengucur deras di pelipisnya. Jatungnya berdetak sangat kencang sehingga Vanya susah untuk mengatur nafasnya.
Beberapa saat kemudian, barulah Vanya bisa bernafas dengan normal. Diambilnya segelas air yang ada diatas nakasnya dan diminumnya dengan rakus.
Bertepatan dengan itu, mama Vanya masuk kedalam kamar.
"Vanya, kamu mimpi buruk lagi?" Tanya mama Vanya sambil duduk disampingnya.
Vanya mengangguk. Ia membiarkan mamanya mengusap peluh yang membasahi keningnya.
"Kamu pasti lupa ashar tadi, makanya mimpi buruk. Ayo mandi, abis itu kita maghrib sama-sama." Ajak mamanya.
Vanya menoleh kearah jendela, ternyata langit sudah mulai gelap. "Vanya ketiduran ma, makanya gak sempet ashar. Maaf." Sesal Vanya.
"Gapapa. Sekarang kamu mandi ya."
"Iya ma."
***
Dengan beanie berwarna pink yang menutupi baju kaus putihnya dipadukan dengan skinny jeans berwarna hitam, Vanya berdiri didepan gerbang rumahnya. Ia tengah menanti Rara yang sudah berjanji akan menjemputnya kerumah Tiara. Di punggungnya ada ransel yang berisi buku-buku pelajaran. Sebagai informasi tambahan, Vanya menguncir rambutnya seperti ekor kuda.
(Duh, ngebayanginnya kayak Ra Bong Hee pemeran missing 9 :v)
Tak lama kemudian sebuah mobil bmw berwarna putih berhenti tepat didepannya. Kaca samping mobil dibuka, menampilkan Rara disana.
"Maaf lama. Gue isi bensin dulu tadi." Ucap Rara.
"Gapapa."
"Yaudah, ayo masuk."
Vanya lalu berjalan memutari mobil dari depan dan duduk disamping Rara. Setelah Vanya siap memasang sabuk pengaman, Rara menjalankan mobilnya.
Perjalanan mereka sedikit ternganggu karna adanya kemacetan. Rara terus menggerutu sebal dan tak jarang mengumpat sembari membunyikan klakson dengan nyaring.
"Goblok banget si yang didepan. Udah tau macet tapi masi aja ngebut."
"Namanya juga Jakarta, Ra. Macet gini wajar. Gue bakal chat yang lain di grup kalau kita bakal telat." Sahut Vanya yang mendapat anggukan dari Rara.
"Eh, Ra. Mereka katanya nitip kentang goreng nih. Gimana?" Tanya Vanya setelah lama menunduk.
"Yahh.... bi Gendis cuti pasti nih. Yaudah deh, bilang aja ntar di beliin." Jawab Rara.
Vanya mengangguk dan kembali sibuk di ponselnya. Setelah mendapat jawaban 'oke', Vanya mematikan ponselnya. Ia melirik-lirik kearah Rara. Ingin menanyakan tentang Tania.
"Eumm...Ra." Vanya akhirnya memberanikan diri.
Rara menoleh sekilas, "ya?"
"Lo tau.... Tania?"
Dapat Vanya lihat Rara tercekat ditempatnya. Rara menoleh cepat kearah Vanya.
"Dari mana lo tau Tania?"
Vanya menghela nafas. "Tania cewek itu kan? Cewek yang buat kalian bisa nerima diri kalian di kelas K?"
"Tania...." Rara menerawang. "Dia sahabat gue. Satu-satunya orang yang mau jadi temen gue. Dia adalah sahabat pertama gue. Bukan cuma gue, dia berhasil rubah pandangan kami terhadap kelas K. Gue kira, dia bakal mau berjuang sama-sama sama kami. Tapi nyatanya dia duluan yang ninggalin kami, hiks. Makanya, kami anti banget sama orang baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Story
HorrorCuma macam-macam cerita horor pendek picisan yang diperankan oleh pemeran yang sama dan dengan karakter yang beragam di tiap ceritnya. Yang mau buang-buang waktunya bisa mampir. [Shoot story] Selamat membaca cerita membosankan iniヾ( ̄▽ ̄)