The games [3]

25 1 2
                                    

"Bener ini jalannya?" Rara bertanya tak yakin pada rombongannya. Pandangannya menelisik keadaan sekitar.

Kini kesepuluh agent LEXO yang ditugaskan untuk melaksanakan misi disebuah pulau berbahaya itu tengah berjalan disebuah jalan setapak penuh semak dan bebatuan dibelakang sebuah dermaga besar di California.

Setelah mendarat tadi malam, pagi ini mereka akan berangkat ke pulau dengan alat yang telah di sediakan.

"Ya emang. Satu-satunya jalan kebelakang dermaga cuma ini." Liam menyahut.

Vanya menghela nafas. "Serius kita gak bawa alat apa-apa kesana?" Ucapnya lesu. Tangannya dengan senantiasa menggenggam tangan besar milik Galang. Sebetulnya Galang yang sejak tadi tidak melepas genggaman itu.

"Ya mau gimana lagi, kalau mau misi berjalan lancar, resiko itu harus kita ambil." Balas Chandra.

"Lagian nih ya, terakhir lo ngejalanin misi juga gak bawa apa-apa masuk. Earphone lo, lo ancurin kalo lo lupa." Tambah Adibha.

"Ya itu karna dipintu masuk ada sensor pendeteksi. Kalo gue bawa gituan, kita bisa ketauan dan misi kita gagal total." Balas Vanya tak terima di pojokkan.

"Nah, kita juga mengantisipasi hal itu disana, little cute girl." Ujar Regi disamping Vanya lalu mengusak rambut gadis itu.

"Jangan panggil gue cute girl!" Vanya melotot marah kearah Regi membuat lelaki keturunan belanda itu terkekeh puas.

"Tenang aja, tim kita selalu punya cara sendiri buat komunikasi." Tian menenangkan.

Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah pantai kecil yang sangat sepi.

"Itu spead boat nya." Rara menunjuk kedepan.

Mereka berpandangan sebentar lalu mendekati spead boat itu dan menaiknya.

"Kok gak ada orang?" Tanya Adibha entah pada siapa.

"Dari sini, kita bisa tau kalau Mr. X ini bener-bener bekerja sendiri tanpa campur tangan orang lain." Asumsi Chandra.

"Guys, didalem emang gak ada orang. Tapi petanya udah ditentuin disini." Tian menyahut dari dalam.

"Oke, Tian lo yang nyetir. Kalo lo mau gantian, bisa sama yang lain nanti." Titah Galang yang diangguki Tian.

***

"Huaaaaaa nda ada jaringannn....." Vanya merengek keras sembari menggoyang-goyangkan ponsel miliknya keatas.

"Yaiyalah bocil, tengah laut begini lo mau dapet jaringan dimana?" Sahut Chandra yang bertengger di pembatas besi.

"Bego banget heran." Cibir Rara yang duduk bersandar dibangku belakang bersama Adibha lengkap dengan kaca mata hitamnya.

"Itu Dibha maen hape!" Vanya menuding Adibha.

"Dia mah baca wattpad, girl. Lo tau itu bisa offline." Kali ini Tian yang menyahut dikursi depan bersama Reza.

Di luar kabin paling depan ada Liam, Edo dan Regi yang duduk menikmati angin.

Vanya memberengut, bibirnya maju dan tangannya memeluk lengan berotot Galang dengan kencang.

Galang yang tadinya melihat kearah laut, kini menunduk melihat Vanya. Vanya pun begitu, ia mendongak menatap Galang dengan bibir manyunnya.

Galang tersenyum menenangkan. Ia melepas tangannya yang dipeluk Vanya dan beralih memeluk bahu gadis itu lalu mencuri satu kecupan di ujung hidung Vanya.

Vanya tersenyum senang, ia memeluk erat tubuh Galang dari samping. Galang melihat tingkah Vanya dengan perasaan yang berbeda. Gusar menyelimuti hatinya, ia takut tidak bisa lagi seperti ini bersama gadisnya setelah ini. Untuk itu, Galang mencium kening Vanya dalam dengan waktu yang lama.

Horror Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang