OSIS [4]

29 3 0
                                    

Vanya terperanjat. Dengan cepat dia berbalik dan mendapati Dela disana. Sang penjaga uks.

"Kenapa dek? Kok kaget gitu mukanya?" Tanya Dela heran melihat Vanya yang amat sangat terkejut.

Vanya menghembuskan nafas lega. "Eh, nggak kak. Gapapa."

"Em, kamu anak baru ya? Kakak baru liat."

"Eh, iya kak." Vanya menganguk kikuk.

Tak lama kemudian Rara datang dengan tergesa-gesa dan nafas tersengal.

"Van, gawat. Reza diskors tiga hari sama guru." Katanya.

"Hah?!" Kontan Vanya terkaget. Setahunya Reza hanya ikut bergabung diakhir dan mengalahkan lawannya tepat saat guru datang. "Te-terus kakak kelas yang tadi gimana?"

Rara menggeleng, "mereka cuma dikasih hukuman bersihin toilet tiga hari."

"Kok bisa?! Gak adil banget tau!" Tanpa sadar Vanya membentak. Ia dengan cepat berlari meninggalkan Dela yang kebingungan dan Rara disana.

"Dek ada apa ya?" Tanya Dela heran.

"Gak ada waktu buat cerita kak, gue duluan ya. Van! Tungguin gue!" Kata Rara lalu mengejar Vanya.

Vanya berlari secepat yang ia bisa menuju ruang bk. Dan saat sampai, disana sudah ada Reza, tiga orang yang menyerang kelasnya serta bu Fahma. Mereka semua menatap Vanya dengan tatapan heran.

"Maaf, saya dengar bapak mengskors Reza untuk tiga hari kedepan." Ucap Vanya berusaha sopan.

"Iya, ada masalah?" Balas pak Afdi. Dengan jelas Vanya tau ada nada menantangnya disana. Untuk itu, Vanya menarik nafas sebelum angkat suara.

"Maaf sebelumnya pak, tapi kenapa harus skors? Dan kenapa mereka hanya bapak beri hukuman membersihkan toilet? Sudah jelas-jelas mereka yang duluan menyerang kelas kami, dan Reza hanya melindungi diri. Bahkan saya juga menjadi korban disini." Vanya memiringkan tubuhnya, guna memperlihatkan luka yang dialaminya.

"Siapa kamu berani membantah saya?" Balas pak Afdi dengan geram.

"Saya tidak membantah bapak, hanya saja saya mengucapkan kebenarannya. Bukankah itu salah satu visi-misi sekolah ini? Menurut saya, bapak tidak adil." Kata Vanya lagi.

Pak Afdi diam-diam menggeram marah. "Baiklah! Kalau begitu kalian berempat saya hukum untuk membersihkan seluruh toilet laki-laki selama seminggu. Silahkan keluar kecuali kamu Barga!" Seru pak Afdi seraya menunjuk si biang onar. "Dan bu Fahma, saya harap anda lebih memperhatikan anak didik anda."

Bu Fahma mengangguk dan memberi kode untuk Vanya dan Reza agar keluar dari sana. Reza dan Vanya yang mengertipun segera mengambil langkah keluar disertai dua orang pembuat onar tadi. Meninggalkan Barga dan pak Afdi berdua didalam.

"Barga! Kamu itu anggota osis! Bukan begini caranya kamu berkelakuan!" Bentak pak Afdi.

"Tapi saya sudah muak pak! Ditambah bapak yang tidak percaya kalau hantu Tania itu beneran ada! Dan apa kata bapak? Dan bapak malah ngancem siapa aja yang mau keluar dari osis! Semua itu nyata pak! Dan saya salah satu korban yang didatangin arwah Tania!" Balas Barga dengan nada tinggi. Tak peduli bahwa yang didepannya ini adalah kepala sekolahnya.

"Lancang kamu! Memang semua itu tidak nyata! Mana ada arwah gentayangan di zaman ini! Mereka hanya mengada-ngada!" Pak Afdi meradang, ia menggebrak meja dan bangun dari duduknya, menatap Barga nyalang.

"Saya gak mau tau, mulai sekarang saya keluar dari osis dan saya gak peduli apa yang bakal bapak lakuin ke saya!" Ucap Barga final, lalu pergi tanpa persetujuan.

Horror Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang