Dapat ku lihat matanya menajam. Ia mendekat kearahku, yang aku lakukan hanya menangis dan bersingut mundur. Aku juga dapat mendengar teriakan sahabat sahabatku diluar sembari menggedor gedor pintu.
Aku tak tau aku ada diruangan mana. Yang jelas, disini terdapat kasur bulat, meja rias dan lemari tak layak pakai.
Sosok yang mereka panggil Tiara itu menyeringai lebar saat diriku menabrak dinding. Bulu kudukku neremang saat seringaiannya itu sampai ketelinga.
"Kau tak bisa kemana mana lagi Angela." Dia berkata dengan tajamnya seraya menjulurkan tangannya yang terbakar dan berkuku panjang itu hendak mencekikku.
"KYAAAA!!!!!!!"
Tak ada yang bisa ku lakukan selain berteriak dan menangis. Berharap sahabat sahabatku atau seseorang datang menyelamatkanku.
Tangannya kembali mencekik leherku. Pasokan oksigen mulai tak masuk kedalam paru paruku. Ku pukul pukul tangannya sebagai bentuk pemberontakan walau itu percuma. Kaki ku sudah tak lagi menginjak lantai. Kukunya yang runcing dan tajam itu mulai menggores bahkan menusuk leherku.
Sungguh, ini sangat menyakitkan. Jika memang ini adalah akhir hidupku, maka aku ikhlas. Tapi mengapa akhir hidupku sungguh tragis.
Kepalaku sangat pusing. Penglihatanku mulai mengabur. Tak ada udara lagi yang masuk kedalam paru paruku. Tubuhku melemas bersamaan dengan rontaanku yang mulai hilang.
"Tiara hentikan!"
Sebuah suara masuk kedalam gendang telinga ku. Sosok Tiara yang tadinya tersenyum jahat menatapku kini menolehkan kepalanya kebelakang.
"KAU!" Ia kembali berteriak marah.
Brak!
Lagi lagi ia melemparkan tubuhku ke dinding disamping pintu.
"Uhuk uhuk." Aku terbatuk batuk saat merosot dari dinding. Meraup udara sebanyak banyaknya. Dengan kesadaran yang tipis, aku melihat sosok lain melayang didepan jendela bertutupkan gorden itu. Memakai baju putih, rambut yang panjang dan wajah yang mirip dengan ku.
Tunggu! Apa itu aku? Argghh kepalaku semakin berdenyut saat mencoba memikirkannya.
"Dia bukan aku, Tiara." Ucapnya tegas.
"Aku tidak peduli! Aku membencimu dan tak akan ku biarkan kau bebas diluar sana walaupun dia bukan kau!" Sosok Tiara kembali berteriak marah.
"Tapi dia bukan aku Tiara! Kita sudah berada dia alam yang sama. Walaupin kau adalah kakak tiriku, aku tetap menyayangimu. Aku sudah memaafkanmu Tiara.
"Aku tidak peduli!"
"Kak, kembali lah. Disini bukan alam mu lagi." Sosok itu berkata lirih dan memohon.
Tiara berteriak nyaring. Ia menerjang sosok didepannya. Mencekiknya lebih brutal. Sosok yang dicekik tetap terlihat santai.
"Kak.."
"Aku bukan kakakmu!"
"Ayo kita pergi kak." Sosok itu berucap lirih dikeadaannya. Tanpa sadar air mataku menetes. Kakak. Sosok yang aku impikan sejak kecil. Sosok yang aku inginkan untuk selalu menyayangiku.
Aku selalu berandai andai mempunyai seorang kakak. Kakak yang melindungiku saat aku dibuli. Ya, dibuli. Aku selalu dibuli sejak sd. Lalu bertemu dengan Rara dan Adibha. Sahabatku yang sudah kuanggap sebagai kakakku. Lalu ada Tian, cowok yang menyarankanku agar tidak berpenampilan cupu. Dan, Liam. Sahabat yang selalu membuatku tertawa. Kini keempatnya tengah menggedor gedor pintu yang tak jauh disampingku sambil memanggil nama ku. Dapat ku dengar isakan Rara dan Adibha. Ingin ku berteriak agar jangan menangis, tapi aku terlalu lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Story
HorrorCuma macam-macam cerita horor pendek picisan yang diperankan oleh pemeran yang sama dan dengan karakter yang beragam di tiap ceritnya. Yang mau buang-buang waktunya bisa mampir. [Shoot story] Selamat membaca cerita membosankan iniヾ( ̄▽ ̄)