5 ~ Ferdi?

63 42 11
                                    

Kini...
Baru pertama kalinya aku merasakan ada kehadiran sosok pria yang sedang bersamaku...,
Tapi, keberadaannya hanya sebagai penonton sandiwara drama hidupku...
PERCUMA?
Karena dia tidak percaya dengan masa depannya...

@@@@@

"Sya...?"

Buat apalagi coba dia panggil gue hanya untuk menyembunyikan kebohongan yang lama-kelamaan hanya akan membuat gue muak dengan tingkahnya. Kini, yang gue butuhkan hanya sebuah kejujuran dan kepercayaan satu sama lain, jika hubungan ini bisa dilanjutkan ke depannya.

Gue saat itu berusaha menjauh darinya sekilas. Berharap dia menyadari akan suatu hal yang seharusnya wajib untuk diungkapkan demi mempertahankan hubungan ini.

"Sya...," Panggilnya lirih. "Aku mau jujur sama kamu...,"

Seketika, pandanganku dibuatnya bingung dan bungkam. Lalu, aku mencoba berjalan mendekatinya. Dan duduk disampingnya.

"Hmm, yang bener? Kamu mau jujur?" Tanya gue dengan nada sedikit lirih. Berharap, Nuca beneran ingin jujur kepada gue.

"Iya, aku mau jujur sama kamu, Sya." Jawabnya tegas, sambil menatapku serius.

"Ok, silahkan ungkapin, kenapa kamu bisa babak belur kayak gini? Aku pengen dengerin semuanya?"

"Hmm, sebenarnya, dia..." Nuca terlihat masih berkutat dengan keraguannya untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi, yang membuat dia bisa menjadi korban babak belur seperti saat ini.

"Ferdi???"

"Hah?" Nuca menampakkan raut wajah yang tampak terkejut mendengar nama orang itu.

"Apa ini ada hubungannya dengan FERDI???"

"Hmmmmm..." Nuca kembali berkutat, dan masih ragu dengan jawaban yang akan diutarakannya kepada gue.

"Jawab, Nuca! Gue paling males liat cowok plin-plan, ya! Kalau memang lo masih kekeh berkutat, ya, udah, gue pergi aja. Semoga lo nyadar, ya?"

Akhirnya, gue mutusin buat ninggalin dia saat itu juga. Rasa muak sudah mulai menyeringai dibenak ini. Dan mungkin ini adalah tindakan yang pas buat dia segera nyadar.

"Sya, tunggu...," Seketika, Nuca langsung mencegat pergelangan tangan gue. Dan sepertinya, dia sudah mulai sadar akan kesalahannya.

"Iya, kenapa? Masih pengen booingin aku? Iya? Kalau memang masih ragu-ragu, nanti aja, deh. Biar aku nggak PMS terus sama kamu, sayang...," Gue tersenyum kecil melihat Nuca. Kemudian, sedikit menaikkan alis.

"Ya, aku bakal jujur sejujurnya sama kamu..., Janji?" Ucap Nuca, sembari membangunkan sedikit tubuhnya yang tadi terbaring di kasur UKS.

"Hmm...?"

"Sebenarnya, ini semua ada hubungannya dengan Ferdi. Dugaan kamu bener kalau mikir semua ini ada hubungannya dengan Ferdi," ujar Nuca.

Kan, benar dugaanku. Ternyata memang ada hubungannya dengan si brengsek Ferdi itu...,

"By the way, kamu tau dari mana kalau masalahku ini ada hubungannya dengan Ferdi? Semudah itukah kamu mengetahuinya?"

"Pas aku nyariin kamu ke kantin, aku ketemu sama Saras, dan aku bilang aku lagi nyariin kamu. Terus dia bilang tadi kamu sama Anjir dan Ferdi lagi nongkrong bareng. Hmm, emangnya apaan sih yang kalian bicarakan? Aku khawatir tau sama kamu, sayang,"

Semoga, Nuca menjawab pertanyaan aku itu dengan jujur. Jangan bohong, Nu....

"Oh, ternyata, Saras yang kasih tau kamu. Hmm, sebenarnya aku sama mereka cuman lagi bicarakan tentang kerjaan di Cafe doang. Hanya sekedar kontrak kerja buat manggung di Cafe, Sya. Tapi, aku coba nolak. Terus si Ferdi malah ngajak aku ke markasnya. Tapi, yang terjadi, aku malah kenak pukulan dia karena nggak mau nerima tawaran itu. Sampai akhirnya gini, deh. Aku malah jadi babak belur, Sya. Hmm, kamu percaya, kan, sama aku?" Jelas Nuca panjang lebar, dan berharap adanya kepercayaan yang muncul di benak gue.

Hmm, apa benar yang dikatakan Nuca?

"Sya, jangan bengong atuh. Percaya aja, deh sama aku. Aku, kan, pacar kamu, Sya. Trust me!"

"Hmm, beneran, kan, kamu nggak boong sama aku? Kalau kebukti kamu boong sama aku gimana?" Gue berusaha meyakinkan Ferdi dengan statement yang tadi diutarakannya agar membuat gue percaya.

"Beneran, Sya. Nggak percayaan banget, sih, sama pacar sendiri? Hmm, kalau memang aku terbukti booingin kamu, kamu boleh nampar aku sepuasnya...," Lanjut Nuca, sambil menaikkan sedikit alis kanannya.

"Hmm, iya, deh, aku mau percaya sama kamu. But, kalau kamu ketauan nipu sama aku, liat aja nanti apa yang akan terjadi...," Gue berusaha meyakinkan Nuca dengan apa yang gue katakan barusan. Berharap Nuca benar-benar jujur sama gue.

"Oh, sadis amat, sih, sama pacar sendiri. Senyum, dong, sayang. Nggak Baek tau kalau cemberut terus, nanti kamunya cepet tua tau. Emang kamu mau cepet-cepet jadi nenek-nenek? Kalau aku sih, ogah ya. Amit-amit cabang bayi, mah" seloroh Nuca.

"Iya, itu, aku percaya. Tapi, kamu nggak usah sama-samain aku sama nenek-nenek tua. Jelas cantikan aku, dungss,"

"Yapp, kamu, kan, memang cantik, Sya. Makanya aku mau taken sama kamunya," Nuca tampak berusaha menghibur gue.

And finally, gue merasa sedikit terhibur sama lelucon anehnya dia. Ya, walaupun agak receh gimana gitu dengernya.

"Sya??" Panggil Nuca lirih, seraya mengarahkan badannya ke hadapan gue.

"Heh, kenapa Youca yang labil?"

"Ishh, cuek amat, sih. Masak gue dikatain labil, sih?" Gerutu Nuca sedikit mengoreksi perkataan gue.

"Ya, memang kenyataannya Lo labil, kan, sayang. Nggak nyadar, sih, lo...,"

"Ih, kamu kok ngomong nya paket lo gue, sih sekarang. Kan, kita pacaran?"

Pacaran sama tembok, iya?

"Suka-suka aku, dong, Nuca," gue meledek Nuca, dan kemudian mencibirnya.

"Ehh, Sya, aku laper, nih, ambilin makanan, dong!" Tiba-tiba, Nuca meminta gue buat diambilkan makanan. Hmm, roman-romannya, ni bocah satu laper berat, dah. Hahahaha...

"Kamu laper? Hmm, mau makan apaan?" Gue kembali berusaha baik kepada Nuca.

"Hmm, burger Mak Shinta aja, deh. Lagi demen, ni, yang...," Pintanya dengan nada sedikit merengek.

"Astaga! Lo laper apa demen, sayang? Kayak ibu hamil, aja. Heran, deh akuhhh..."

"Ya laperlah, Sya. Masak demen kayak ibu hamil. Hahahaha," seloroh Nuca dengan gelagapan ketawanya.

"Ya udah, kamu tunggu bentar, aku beli dulu...,"

"Iyyy,,,"

Thanks bagi yang udah baca part ini. Jangan lupa buat Vote dan Comment, please...

Maafin kalau masih banyak typo di part ini, dan juga kalau ceritanya kurang jelas alias gaje...😉

See you soon, genks...

JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang