12 ~ Kau yang kurindukan

40 36 20
                                    

Ketakutan seketika merubah dan melupakan segalanya,
Ketika Kau memberikan kehangatan yang luar biasa tulusnya di zona takutku yang seakan enggan berpaling
~Tasya

*****

Bagi gue, menunggu adalah suatu hal dalam hidup yang bisa dibilang cukup melelahkan. Di saat kondisi seperti itu, gue kian menerka-nerka hal yang akan terjadi ke depannya. Apa itu kepastian dari penungguan gue atau bahkan kegagalan dalam kegiatan penungguan yang dilakukan. Ini semua bisa terjadi menimpa kita, kalau mereka memberikan harapan palsu yang tak jelas asal muasalnya. Ujung-ujungnya yang ada hanya menimbulkan kesia-siaan dari penungguan gue yang sama sekali tak berarti.

Dan kini gue berada dalam zona menunggu yang benar-benar melelahkan. Entah kenapa, benar-benar membosankan? Yapp, tepatnya gue lagi menunggu abang Ojol alias Ojek Online buat jemput gue di halte Busway, yang tak jauh dari sekolahan gue. Sudah sekitar 5 menit yang lalu gue masuk dalam zona penungguan yang lumayan mencekam hati. Dan kini gue hanya ingin mendapatkan kepastian setelah lelah menunggu.

FYUH! Lama banget sih abang Ojolnya,

Batin gue tiada henti-hentinya menggerutu, sambil sesekali melirik ponsel, berharap si tukang ojol itu memberikan kepastian kepada gue. Caelah! Kayak nunggu di tembak aja gue. Hehehehe...

Harap-harapnya sih, sebentar lagi dia juga sampai di hadapan gue.

Hingga tiba-tiba...

Brum...brum...brum...

Sebuah motor sport kece yang didominasi oleh warna biru tua berhenti, lebih tepatnya lagi bertengger di depan halte yang saat itu sedang gue duduki. Saat itu juga ada sang pengemudi dengan postur tubuh lumayan keren, gagah, dan kayaknya lumayan macho pikir gue dalam hati.

Hmm, ini pasti abang tukang Ojol yang gue order tadi! Huh, kayaknya dari perawakannya lumayan kece badai juga, nih. Lumayanlah buat jadi pelampiasan gue, selama Nuca masih bikin hati gue bete.

Benak gue malah berfikir cowok dengan jacket dan motor sport yang bertengger di depan halte itu adalah abang tukang ojol yang gue order tadi.

"Hey," panggil si cowok yang bertengger membawa motor sportnya itu. Lalu, dia tampak membuka helmet yang menutup mulut dan mukanya.

Gue yang melihatnya seketika langsung menoleh dan menebar senyuman. Sampai pada akhirnya dia membuka keseluruhan helmet yang dikenakannya itu.

Loh, kok malah Nuca, sih? Gue nggak salah liat, kan?

Betapa terkejutnya gue saat itu, ketika melihat sosok yang naik motor sport itu ternyata adalah NUCA, pacar gue. Oh My God! Seketika tubuh gue tak mampu lagi bergedik untuk melihat dia. Gue merasa benar-benar menyesal, karena tadi mengira cowok kece di hadapan gue itu adalah abang tukang ojol. Skakmat gue.

"Kok malah lo sih yang datang?" Gue mencoba memulai pembicaraan dengan Nuca saat dia melirik manja ke gue, sembari sedikit mengedarkan pandangan melihat jaket yang dikenakannya. Jujur gue mengakui kekecean Nuca makin maksimal kalau dia mengenakan jaket yang dipakai saat mengendarai motor sportnya itu.

Dia tersenyum kecil nggak jelas, sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang juga memangku helmet miliknya.

Namun, dia juga belum membalas omongan gue tadi.

JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang