10 ~ Yasmine? Nyaris sempurna

47 35 26
                                    

Sungguh sempurnanya dia,
Rupawan yang cantik,
Mengisyaratkan sebuah kedamaian,
Yang belum mampu kurasakan seutuhnya di dalam arena pertikaian batinku ini...

*****

Sesampainya di kantin Mak Shinta...

"Chil, Nda, kalian mau pesan apa?" Tanya gue kepada Chila dan Ananda yang saat itu sudah berada di hadapan gue, tepatnya duduk di kantin sekolahan Mak Shinta, yang terkenal dengan keramaiannya di kala waktu istirahat tiba. But, karena kali ini masih waktu pagi banget, jadi tidak terlalu banyak anak yang melenggang makan dan nge-rumpi di kantin Mak Shinta. Makanya, deh, gue lumayan betah kalau pagi makan di sini. Dan malas banget kalau istirahat. Rame banget soalnya.

"Hmm, gue Mie Pangsit, Sya. Sama minumnya Teh Anget aja, deh...," jawab Chila tegas, sembari membenarkan ikatan rambutnya. "Okey..." dia menganggukkan kepalanya.

Gue pun bangkit dan memesan makanan mereka.

"Eh, Sya, gue pesan Bubur Ayam, ya. Ingat! Nggak pake sayur di atasnya, kerupuk, kecap, sama saos. Buburnya sikit, aja. Okey," jelas Ananda, sambil bangkit dari kursi kantin Mak Shinta dan memanggil Gue.

Gue mengangguk. "Oce, rempong," sahut gue, sembari memutar malas bola mata.

Kemudian, gue memesan pesanan mereka. Lalu, kembali duduk bersama.

"Eh, BTW, Sya, gimana hubungan lo sama Nuca? Baik-baik aja, kan?" Tanya Ananda, yang tiba-tiba saja mengajukan pertanyaan tentang Nuca kepada gue. "Kalau dia berani macem-macem atau nyakitin hati lo, lapor ke gue, okey?"

Huh! Nuca lagi.

Sontak gue sedikit Bete ketika mendengar kata NUCA, yang Ananda tanyakan tadi. Apalagi itu menyangkut tentang hubungan gue dengan dia. Malas banget bahasnya.

"Please, jangan bahas tentang Nuca dulu, Nda." Gue menatap lekat mata Ananda dan mencoba memastikannya, kalau gue lagi nggak mood omongin tentang Nuca.

"Kenapa, emangnya? Lo lagi ada masalah ama dia, Sya?" Lagi-lagi Ananda mengajukan pertanyaan menyangkut Nuca, yang sontak kembali membuat batin gue rasanya kehabisan sabar.

"Nda, please, kali ini aja. Jangan bahas tentang dia dulu. Gue lagi nggak mood, okey?" Seloroh gue, sembari kembali meyakinkan sahabat sohib gue itu.

"Okey, gue nyerah...," sahut Ananda mengangguk, kemudian menampakkan raut wajah pasrahnya.

"Hmm, mendingan kita bahas soal sepupu, lo yang dari Thailand itu aja, Sya. Katanya dia sekalian pulang sama nyokap lo, kan?" Seloroh Chila, sembari menyeruput teh hangat di genggamannya.

"Hmm, setuju." Angguk Ananda, mengarahkan telunjuknya ke arah gue dan Chila. "Katanya lo mau ceritain tentang dia ke kita, ya, kan?" Ujar Ananda sembari memastikan perkataan gue tadi.

"Iya," gue tersenyum kecil menatap mereka. Kemudian memulai pembicaraan.

"Jadi adik sepupu gue itu pindah ke Indo_"

Fix, omongan gue terpotong sama si Chila rempong itu.

"Cewek apa cowok, Sya?" Tanyanya dengan nada penasaran.

JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang