13 ~ Aku, Kau, dan Hujan

32 33 19
                                    

Hujan adalah bagian sederhana dari kecintaanku kepada Sang Pencipta, yang telah menghadirkan Kau tuk jaga dan menemaniku di kala bermain Hujan...

*****

Hujan masih turun dari langit yang sepertinya enggan memberikan kehangatan di siang yang gelap ini. Sesekali terdengar bunyi petir yang menyambar asal dari gemuruh yang terdengar bersaut-sautan. Begitulah ketika hujan datang, memberikan kedamaian tersendiri bagi orang-orang yang memang bahagia menyambutnya. Termasuk gue, penunggu dan penyuka hujan.

Namun,
Walau sejatinya aku adalah sang penyuka hujan, tapi terselip ketakutan terbesar akan gemuruh yang bersaut-sautan,
Mereka seakan menakut-nakutiku, sebelum sang hujan yang turun bersama dengan kebahagiaan.

"Nuca...," gue masih setia memanggil Nuca, alias pacar gue, yang masih kuat membonceng gue di motor sportnya dikala dingin menusuk di hujan yang lumayan deras.

Dia tampak menoleh ke belakang, sembari tersenyum. "Kamu kenapa panggil aku? Kedinginan, ya?" Tanyanya dengan suara yang agak kurang jelas, karena suara hujan dan angin yang saling bersekutu seakan menimbulkan suara yang berisik.

"Aku senang, sayang. Karena hari ini akhirnya hujan juga, setelah sekian lama menunggu." Gue merespons Nuca dengan sedikit berteriak.

Nuca hanya tersenyum sembari mengangguk. "Tapi, kamu lebih sayang sama hujan atau aku?" Nuca mencoba memastikan. "Hayo?" Dengan nada sedikit menakut-nakuti.

"Ya hujan atuh, Youca." Ledek gue, sambil tertawa sinis. "Kamu mah yang kusuka kesekian. Hahaha," sambung gue, seraya tertawa kecil melihat tingkah Nuca.

Nuca mengernyitkan keningnya. "Gitu kamu, ya? Aku itu pacar kamu lho. Masa aku malah dijadiin yang kesekian, sih. Udah nggak bener nih," seloroh Nuca dengan nada sedikit lirih. Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya yang tertutup rapat dengan helmet yang dikenakannya.

"Biarin," jawab gue singkat, sambil tertawa sedikit lirih.

"Aku ngambek nih, kalau kamu jadiin aku kayak gitu. Dasar cewek," respon Nuca dengan nada kesal.

Gue hanya tersenyum melihat tingkahnya. "Iya deh, kamu pacar aku yang paling the best, nomor satu lagi," gue membaringkan kepala di punggung pacar gue itu, sambil memeluk erat tubuhnya yang kelihatan rindu akan momen yang sudah lama tak kami lakukan, dan itu adalah BAHAGIA BERSAMA HUJAN.

"Youca, kamu adalah orang pertama yang bikin aku bahagia main sama hujan. I LOVE YOU...," gue tersenyum kecil sambil melihat jalan yang masih dipenuhi kendaraan yang berlalu lalang. "Kalau suatu saat nanti hujan akan datang seperti ini lagi, apakah kamu masih mau menemaniku?"

Dia melirik sekilas ke arah spion motornya. "Masih!" Jawabnya tegas. "Aku akan tetap bersama denganmu disaat hujan seperti ini. Karena aku masih jadi bagian penting dalam kecintaanmu terhadap hujan. Jadi sama sekali tidak ada alasan bagiku untuk tidak menemanimu seperti saat ini," jawabnya santai, dia tersenyum kecil mengarahkan pandangannya ke gue.

Seketika kehangatan yang sudah lama gue rindukan kembali datang dengan sebuah kebahagiaan yang gue rasa tak lama lagi akan kembali seperti sedia kala. Bersama dengan dia yang kucinta.

"Hmm, kalau suatu hari nanti hujan, tapi aku tak sesempurna saat ini, apakah kamu masih mau menemaniku bermain dengan sang hujan," gue kembali bertanya dengan pertanyaan asal yang keluar begitu saja dari mulut gue. Entah kenapa, pikiran gue memilih untuk mengajukan pertanyaan itu.

Nuca mengernyitkan keningnya, lalu dia menjawab. "Mengapa kamu tanya seperti itu?" Tanyanya dengan nada rada-rada lirih.

"Aku hanya ingin bertanya saja, sayang. Pertanyaan itu kini berada di jangkauan nalar pikirku. Sepertinya dia keluar begitu saja memberikan isyarat agar mulutku melontarkannya," ujar gue sembari meyakinkan Nuca. "Hmm, di lain sisi, mungkin saja dia menginginkan kau untuk menjawabnya. Sepertinya dia ingin mengujimu, sayang," lontar gue asal, kemudian tetap memeluk erat Nuca, tak bergedik sedikit pun. Gue masih ingin merasakan kehangatan ini bersama dengannya.

"Oh begitu rupanya," dia mengangguk-angguk, seolah memberikan isyarat mengerti. "Baiklah aku akan menjawab,"
Ujarnya.

"Aku rasa, aku akan tetap menemanimu Tasya. Karena aku sudah janji dengan Tuhan untuk menjagamu dan yang terpenting menemanimu di saat hujan datang." Sambungnya, sembari menyelamatkan senyum manisnya kepada gue.

Dia makin manis saja.

"Love you...," ucap gue bahagia, sambil mengarahkan pandangan kepadanya.

"Aku jauh lebih menyayangimu dari hujan, Sya. Jadi tetaplah percayakan aku agar selalu bisa menemanimu di kala bermain bersama hujan. Love you too, My Rain," selorohnya tenang.

Jangan pernah menyia-nyiakan aku sesaat pun, sayang...
Karena jika kau telah usai melakukan semua itu,
Aku tak akan pernah percaya denganmu, apalagi berada di sisimu untuk yang kedua kali.
Karena itu semua akan terlihat basi.

*****

Khamsahamida...
Makasih banget karena udah baca update terbaru dari ceritaku ini. Jangan lupa VOMMENT ya guys, kalau kalian suka part ini.

See you soon in the next part, genks!

JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang