9 ~ Pagi, kawan!

40 36 27
                                    

Pagi datang dengan hangat menghampiri setiap insan Tuhan, baik yang masih stay dengan keterpurukannya, maupun mereka yang kini siap nenerkam hari dengan sejuta angan yang luar biasa.

Sayup-sayup terdengar suara angin yang berhembus merayu, seraya memberikan rasa nyaman kepada mereka. Sungguh pagi ini terasa sangat sejuk dan nyaris menampakkan bahagia yang sesungguhnya. Walau, hati tak sama eloknya seperti dulu, yang mampu merasakan cinta yang bahagia.

Dengan langkah sedikit gontai, gue memasuki pekarangan sekolah gue yang terkenal dengan keasriannya. Yap! Seperti biasa, setiap pagi gue harus memenuhi kewajiban ekstra gue untuk belajar di sekolah, dengan barapan besar gue bisa mencapai mimpi terbesar gue menjadi seorang CEO perusahaan, melanjutkan usaha internasional bokap dan kakek gue.

Lalu, gue berjalan lihai seraya sedikit menggesek-gesekkan sepatu sekolah gue. Because, gue agak lumayan BM alias Bad Mood hari ini. Makanya, deh, gini kejadiannya. Hehehe...

Pas banget, kala itu gue melihat Chila sama Ananda, sahabat-sahabat sohib gue yang tampak ingin memasuki kelas mereka. Sekedar info doang, kalau, gue sama mereka beda jurusan dan kelas, makanya, deh kalau di kelas, gue tergolong siswi yang pendiam dan gak banyak ngomong. Gue kelas XII Sosial 1, dan mereka kelas XII IPA 2. Kami terpisah semenjak kenalan dan sudah cukup akrab selama MOS kala dua tahun silam.

"CHILA!!! NANDA!!" Gue memangil mereka dengan nada suara agak sedikit keras. Berharap mereka bisa mendengar panggilan gue.

Mereka menoleh, dan tersenyum kecil. Kemudian memberhentikan langkah di depan pintu kelas mereka.

"Haiiii, Bebeb sohib gue!!!" Akhirnya, gue sampai juga di hadapan mereka, sembari menyambar telapak tangan Chila dan Ananda. "Yuk!"

"Hey, Sya." Sahut Ananda sambil tersenyum.

"Ceria amat tu muka. Seneng amat pagi ni, ya? Hayo?" Ganggu Chila, sambil mencokeh-cokeh dagu mungil gue.

"Ih apaan, sih, kalian. Nggak kenapa-kenapa toh," gue sedikit berkedip, dan berusaha meyakinkan mereka dengan apa yang gue katakan barusan. "Cuman lagi seneng aja. Soalnya nyokap gue balik ke Indo besok. Dan, yang pasti dia_"

Wajah Chila dan Ananda berubah 60 derajat menjadi bingung dan ingin segera tahu kalimat gue selanjutnya. Hahaha...Gue mencoba mengulok mereka.

"Hmm, dia apaan?" Tanya Chila, sembari menampakkan raut wajah bingungnya ke gue.

"Iya apaan, sih, Sya?" Timpal Ananda yang juga bingung. "Hmm...,"

Akhirnya, karena udah nggak kuat lagi lihat ekspresi wajah Chila dan Ananda yang makin kecut, sebab gue mengangekkan mereka, gue pun menjawabnya.

"Nyokap gue bakal bawa pulang cowok tajir and cakep ke gue," ujar gue, sembari berlagak sedikit sok. "Hahahaha"

Chila terkejut. "Apa? Yang bener lo, Sya! Cowok tajir+cakep? Gue mau juga, dong." Gumam Chila, sambil menengadahkan wajahnya ke atas. "Nitip...," sambungnya.

Hahaha...Yang bener aja, Chila.

"Astaga, Chila! Lo pikir oleh-oleh yang bisa dititip-titipin," gue membantah omongan Chila tadi, sambil berlagak songong. "Ini cowok, sayang. Not! Barang-barangan, okey?"

"Yahh..." Chila sedikit mengerutkan wajahnya menatap paras gue. Saat itu, gue mulai bisa melihat ekspresi wajahnya yang ngakak abis, gara-gara gue bohongin dia. Hehehehe...

"Hmm, ah yang bener, Sya? Mana mungkin ada cowok Thailand sana yang mau sama lo. Kenal aja belum," seloroh Ananda tiba-tiba, sambil mencokeh punggung tangan gue. "Gue mah nggak percaya sama lo"

"Hmm, beneran Ananda sayang. Masa lo nggak percayaan banget, sih sama gue. Ayo! Percaya, dungs," gue kembali mencoba meyakinkan Chila dan Ananda.

Ananda nampaknya masih tak percaya dengan apa yang gue katakan tadi. Kepalanya sibuk menggeleng-gelengkan omongan gue tadi. "Gak, ah. Gue tetap nggak percaya sama lo," sambung Ananda, kemudian dia mengepaskan posisi berdirinya dan memalingkan wajah kesal ke gue.

Ananda...Ananda...ketipu lo. Hahahah...batin gue dalam hati.

"Iya, iya, gue ngaku, deh. Sebenarnya semua omongan gue tadi nggak ada yang bener. Hahaha..." kikih gue senang, sembari melihat gelagat ekspresi wajah Chila dan Ananda yang sudah sebel banget sama gue. Hihihi...

"Ih, Tasya...Lo booingin kita, ya? Sebel, deh. Gue pikir beneran. Udah berharap banget tadi. Iwww," Chila berceloteh kesal kepada gue, seraya menampakkan raut wajah betenya.

"Ih, kebangetan ya, lo, Sya. Hm, kan, bener dugaan gue, kalau lo memang udah boong dari awal." Ujar Ananda dengan nada sedikit lirih. "Secara, ya, muka pas-pasan kayak lo, mana ada cowok sono yang mau. Hihihi," sambung Ananda, sambil menatap remeh ke wajah gue.

Sontak gue yang mendengar omongan cukup pedas Ananda itu merasa sedikit sinis gimana gitu. Gue pun membalasnya.

"Eits, jangan sembarangan lo kalau ngomong, Nda. Belum tentu juga, kan?" Ujar gue, sambil tertawa jahat ke arah mata Ananda. "Secara, Nuca aja, cowok most wanted, kapten basket, sekaligus anak olimpiade Fisika aja, kenyataannya mau kok sama gue. Hmm, ya menurut gue, omongan lo barusan itu salah besar, Ananda Putri. Heh," sambung gue, seraya sedikit menekankan kata-kata yang gue ucap barusan.

"Alah, terserah lo aja, deh. Iyaaaaa," tampaknya Ananda skakmat dengan perkataan yang gue ucap barusan. Siapa dulu, dong, Tasya, anak debat sekolahan. Kalau soal nge-bantah-bantah argumen orang, gue jagonya.

"Hmm, bagus dungs. Eh, BTW, sorry karena gue udah booingin kalian. Tapi_"

Chila sedikit mengernyitkan keningnya, sembari berkata. "Tapi, apaan, Sya?" Tanyanya dengan nada lirih.

Gue tersenyum kecil kecil melihat Chila dan Ananda.

"Tapi...Lo mau booingin kita lagi, kan?" Tebak Ananda, sembari memelototkan mata bulatnya yang berona kecokelatan.

Gue menggeleng, sembari tersenyum kecil menatap tingkah Chila dan Ananda.

"Terus...? Apaan, dungs?" Tanya Chila dengan ekspresi wajahnya yang penasaran.

"Sebenarnya itu sepupu gue dari Thailand yang mau pindah ke sini. Namanya Beni. Soalnya nyokap sama bokapnya dipindah tugaskan ke Indo balik. Setelah, 8 tahun menetap di Thailand, guys," finally, gue menjelaskan kepada mereka kebenaran kalau adik sepupu gue, alias Beni yang sebenarnya mau pindah ke Indonesia.

"Yang bener, Sya!" Gumam Chila dengan gelagat matanya yang cukup terkejut mendengar apa yang gue katakan.

"Beneran...Hmm, nanti, deh gue jelasin di kantin aja. YUK! Kita ke kantin. Gue udah laper banget, genks," gue mencoba menepiskan pertanyaan yang ditanya oleh Chila itu, seraya mengajak mereka ke kantin. Yap, berhubung perut gue udah keroncongan banget.

"Hmm, ok, deh. Tapi, lo harus janji buat kenalin adik sepupu lo itu, ya?" Ujar Ananda dengan nada semangat, kemudian menarik tangan gue dan Chila pergi ke kantin sekolahan.

"Okey...,"

Makasih, guys, udah baca part aku satu ini. Maaf banget kalau gaje ceritanya...Dan, maaf juga karena telat update. Hehehe...Soalnya lagi lebaran di kampung

Yang penting ikutin terus ya, guys, part gue selanjutnya.

Jangan lupa buat Vomment, please. Makasih. SEE U SOON...

JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang